BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian
Terdahulu
“Pengaruh
Kualitas Produk dan Brand Image Terhadap Loyalitas Pelanggan Dengan
Kepuasan konsumen sebagai variabel intervening (Studi pada Konsumen
produk Buccheri di Kota Kediri)”.
Hutami (2015)
dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Brand Image Kartu IM3 Terhadap
Kepusan Layanan dan Loyalitas Pelanggan. Penelitian ini dilakukan pada
tahun 2015. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh brand
image IM3 terhadap loyalitas baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui kepuasan. Penelitian dilakukan di empat tempat di Perguruan Tinggi
Negeri di Kota Malang sebagai sampel dengan populasi sebanyak 100.202 mahasiswa.
Kesimpulan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa brand image berpengaruh
secara signifikan terhadap kepuasan layanan dan loyalitas pelanggan. Indicator
dari brand image memberikan kontribusi sebesar 47,5% terhadap kepuasan
pelanggan. Sedangkan kepuasan memberikan kontribusi sebesar 30,7% terhadap
loyalitas pelanggan.
Supriyadi dan
Marlien (2013) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Analisis
Kepercayaan, Citra Merek dan Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan
Dimediasi Kepuasan Pelanggan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan purposive sampling dengan responden sebanyak 100
responden. Kesimpulan dalam penelitian tersebut memperoleh hasil sebagai
berikut (1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepercayaan
terhadap kepuasan, (2) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
citra merek terhadap kepuasan, (3) terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara kualitas layanan terhadap kepuasan, (4) terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan antara kepercayaan terhadap loyalitas nasabah, (5)
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara citra merek terhadap
loyalitas nasabah, (6) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
kualitas layanan terhadap loyalitas nasabah, (7) terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan antara Kepuasan terhadap Loyalitas nasabah, (8) Hasil temuan
efek mediasi pertama dari Kepuasan dalam memediasi pengaruh Kepercayaan
terhadap Loyalitas Nasabah diperoleh bahwa Kepuasan tidak memediasi pengaruh Kepercayaan
terhadap Loyalitas Nasabah, (9) Hasil efek mediasi kedua menunjukkan bahwa
Kepuasan tidak memediasi pengaruh Citra merek terhadap Loyalitas Nasabah. Hal
ini menunjukkan bahwa Citra Merek yang tinggi dan Kepuasan yang tinggi dari
nasabah tidak meningkatkan Loyalitas Nasabah bagi nasabah, (10) Hasil efek
mediasi ketiga menunjukkan bahwa Kepuasan tidak memediasi pengaruh Kualitas
Layanan terhadap Loyalitas Nasabah.
Sri Wartini
(2012) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Citra
Merek Dan Kepercayaan Terhadap Loyalitas Produk Ponsel Melalui Kepuasan Sebagai
Variabel Intervening. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pelanggan Bintang Seluller yang bertempat tinggal di Kelurahan Sampangan
Semarang. Teknik Penentuan sampel menggunakan aksidental sampel sejumlah 165
responden (ditentukan dengan rumus iterasi). Metode pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Analisis data menggunakan
analisis jalur. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Citra merek
berpengaruh secara tidak langsung terhadap loyalitas melainkan melalui
kepuasan. Dan Kepercayaan berpengaruh secara langsung terhadap loyalitas.
Sedangkan kepuasan berpengaruh secara langsung pada loyalitas.
Damayanti,
Cintya. 2015. Dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kualitas Produk dan
Brand Image terhadap Loyalitas Pelanggan dengan Kepuasan Konsumen sebagai
Variabel Intervening. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Kualitas Produk terhadap Kepuasan Konsumen, pengaruh Brand Image
terhadap Kepuasan Konsumen, Pengaruh Kualitas Produk terhadap Loyalitas
Pelanggan, pengaruh Brand Image terhadap Loyalitas Pelanggan, pengaruh
Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas Pelanggan, pengaruh Kualitas Produk
terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Kepuasan Konsumen, dan pengaruh Brand
Image terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Kepuasan Konsumen. Populasi dari
penelitian ini adalah para konsumen yang mengkonsumsi mie instan Supermi di
Kecamatan Genuk, Semarang. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini
tidak diketahui secara pasti. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus
iterasi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji instrumen (uji
validitas dan uji reliabilitas), uji asumsi klasik, analisis jalur (path
analysis), dan pengujian hipotesis. Hasil dalam penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa (1) Kualitas produk berpengaruh secara langsung terhadap
kepuasan konsumen, (2) Brand Image berpengaruh secara langsung terhadap
kepuasan Konsumen, (3) Kualitas produk berpengaruh secara langsung terhadap
loyalitas Pelanggan, (4) Brand Image berpengaruh secara langsung
terhadap Loyalitas Pelanggan, (5) Kepuasan konsumen berpengaruh secara langsung
terhadap loyalitas Pelanggan, (6) Kualitas produk berpengaruh terhadap
loyalitas pelanggan melalui kepuasan konsumen, dan (7) Brand image berpengaruh
terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan konsumen.
Ike-Elechi Ogba
and Zhenzhen Tan (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Exploring The
Impact Of Brand Image On Customer Loyalty And Commitment In China. Penelitian
ini bertujuan untuk menjelajahi kemungkinan dampak citra merek, komitmen,
loyalitas pelanggan dan untuk mengevaluasi ini tentang perilaku pelanggan
terhadap merek yang dipilih dalam sektor pasar ponsel Cina. Metode penelitian
ini menggunakan item skala analisis faktor eksploratori dan menggunakan
principal component analisis (PCA). Kesimpulan Hasil penelitian mendukung
asumsi bahwa citra merek memiliki dampak positif terhadap loyalitas pelanggan
dan komitmen dan temuan yang diidentifikasi sebagai memang mendasar sebagai peneliti
sebelumnya. penelitian ini juga menunjukkan bahwa persepsi kualitas penawaran
pasar juga meningkatkan kepuasan pelanggan, loyalitas dan komitmen terhadap
pangsa pasar.
Yesi Nopriani
(2017), pengaruh kualitas produk, brand image telkomsel terhadap
loyalitas pelanggan dengan kepuasan sebagai variabel moderating (study pada
mahasiswa/I fakultas ekonomi dan bisnis islam UIN Raden Fatah Palembang).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka pada penelitian
disimpulkan bahwa (1) Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan, maka semakin baik kualitas produk Telkomsel yang
dipertahankan maka semakin puas pelanggan.
(2) Brand image berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kepuasan, dengan ini semakin bagus dan baik merek
produk atau jasa maka akan meningkatkan kepuasan para pelanggan. (3) Kualitas produk berpengaruh positif dan
signifikan terhadap loyalitas pelanggan, akan meningkatkan keingian pelanggan
untuk merekomdasikan atau tetap memakai kembali produk tersebut. (4) Brand image
berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan, berarti
pengaruh merek yang baik dan bagus membuat pelanggan untuk tetap loyal. (5) Kepuasan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan artinya pelanggan yang puas pasti
loyal terhadap produk/jasa apa lagi didukung dengan kulitas produk dan brand image Telkomsel yang baik, dan
variabel moderating ini memperkuat hubungan loyalitas pelanggan. (6) Kualitas produk berpengaruh terhadap loyalitas
pelanggan melalui kepuasan. Maka kepuasan
pelanggan dapat memediasi
pengaruh kualitas produk
terhadap loyalitas pelanggan. (7) Brand Image berpengaruh terhadap
loyalitas pelanggan melalui
kepuasan. Maka kepuasan pelanggan dapat memediasi pengaruh brand image terhadap loyalitas
pelanggan.
David Harianto
dan Dr. Hartono Subagio (2013) “Analisa Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Brand Image dan Atmosfer terhadap
Loyalitas Konsumen dengan Kepuasan Konsumen sebagai Variabel Intervening
Konsumen Kedai Deja –Vu Surabaya” dari hasil penelitian analisis menggunakan Structural Equation Model (SEM)
menyimpulkan bahwa kualitas layanan, brand
image dan atmosfer yang dimiliki oleh Kedai Deja- vu Surabaya memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen. Hasil lain menunjukkan
bahwa kepuasan konsumen Kedai Deja-vu Surabaya memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap loyalitas konsumen Kedai Deja- vu Surabaya.
Tabel. 2.1
Persamaan dan Perbedaan
Penelitian Terdahulu
No
|
Peneliti, Tahun, Judul
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
Hasil
|
1.
|
Hutami, Virgistira Mulya
(2015)
Judul Pengaruh Brand
Image Kartu IM3 Terhadap Kepuasan Layanan dan Loyalitas Pelanggan
|
Variabel
X = brand image
Y = loyalitas pelanggan
Menggunakan teknik Analisis Jalur (Path Analisys)
|
Variabel X1 = Kualitas produk
Variabel Z = Kepuasan konsumen
|
Brand Image yang meliputi identifikasi personal dan status berpengaruh
signifikan dengan kepuasan. Sedangkan variabel jaminan dan identifikasi
social tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan layanan.
|
2.
|
Supriyadi dan Marlien (2013)
Analisis Kepercayaan, Citra Merek dan Kualitas Layanan
Terhadap Loyalitas Pelanggan Dimediasi Kepuasan Pelanggan
|
X2 = Citra merek (Brand Image)
Y = Loyalitas Pelanggan
|
Menggunakan teknik pusposive sampling
|
Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah
(1) Terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara kepercayaan terhadap kepuasan,
(2) Terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara citra merek (brand image) terhadap
kepuasan,
(3) Terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara kualitas layanan terhadap kepuasan,
(4) Terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara kepercayaan terhadap loyalitas nasabah,
(5) Terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara citra merek (brand image) terhadap
loyalitas nasabah,
(6) Terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan
antara kualitas layanan
terhadap loyalitas nasabah,
(7) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Kepuasan terhadap Loyalitas nasabah,
(8) Hasil temuan efek
mediasi pertama dari Kepuasan dalam memediasi pengaruh Kepercayaan terhadap
Loyalitas Nasabah diperoleh bahwa Kepuasan tidak memediasi pengaruh
Kepercayaan terhadap Loyalitas Nasabah,
(9) Hasil efek mediasi kedua
menunjukkan bahwa Kepuasan tidak memediasi pengaruh Citra merek (brand
image) terhadap Loyalitas Nasabah. Hal ini menunjukkan bahwa Citra Merek
yang tinggi dan Kepuasan yang tinggi dari nasabah tidak meningkatkan Loyalitas
Nasabah bagi nasabah,
(10) Hasil efek mediasi
ketiga menunjukkan bahwa Kepuasan tidak memediasi pengaruh Kualitas Layanan
terhadap Loyalitas Nasabah.
|
3.
|
Sri Wartini (2012)
Analisis Pengaruh Citra Merek Dan Kepercayaan Terhadap Loyalitas Produk
Ponsel Melalui Kepuasan Sebagai Variabel Intervening
|
Teknik Penentuan sampel menggunakan aksidental sampel
|
X1 = Kualitas Produk
X2 = Brand image
|
Citra merek (brand image) berpengaruh secara tidak
langsung terhadap loyalitas melainkan melalui kepuasan. Dan Kepercayaan
berpengaruh secara langsung terhadap loyalitas. Sedangkan kepuasan
berpengaruh secara langsung pada loyalitas.
|
4.
|
Damayanti, Cintya (2015), Pengaruh Kualitas Produk dan
Brand Image terhadap Loyalitas Pelanggan dengan Kepuasan Konsumen sebagai
Variabel Intervening.
|
Analisis jalur (path analysis)
variabel :
X1= Kualitas Produk
X2 = Brand Image
Y = Loyalitas Pelanggan
Z = Kepuasan Konsumen sebagai Variabel Intervening
|
Study kasus penelitian dilakukan pada konsumen Produk Buccheri Di Kota Kediri
|
Hasil dalam penelitian tersebut dapt disimpulkan bahwa :
(1) Kualitas produk
berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan konsumen,
(2)Brand Image berpengaruh
secara langsung terhadap kepuasan Konsumen,
(3) Kualitas produk
berpengaruh secara langsung terhadap loyalitas Pelanggan,
(4) Brand Image berpengaruh
secara langsung terhadap Loyalitas Pelanggan,
(5) Kepuasan
konsumenberpengaruh secara langsung terhadap loyalitas Pelanggan,
(6) Kualitas produk
berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan konsumen, dan
(7) Brand image berpengaruh
terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan konsumen
|
5.
|
Ike-Elechi Ogba and Zhenzhen Tan (2009), Exploring The
Impact Of Brand Image On Customer Loyalty And Commitment In China
|
X = brand image
Y = Loyalitas Pelanggan
|
analisis faktor (PCA)
variabel :
Y2: komitmen
|
Citra merek memiliki dampak positif terhadap loyalitas
pelanggan dan komitmen
|
6.
|
Yesi Nopriani (2017), pengaruh kualitas produk, brand
image telkomsel terhadap loyalitas pelanggan dengan kepuasan sebagai variabel
moderating (study pada mahasiswa/I fakultas ekonomi dan bisnis islam
UIN Raden Fatah Palembang).
|
X1: Kualitas produk
X2: Brand image
Y: Loyalitas pelanggan
|
Z: Kepuasan pelanggan sebagai variabel Moderating.
Analisis SEM (Structural Equation Model)
|
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, maka padapenelitian disimpulkan:
1. Kualitas produk
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan, maka semakin baik
kualitas produk Telkomsel yang dipertahankan maka semakin puas pelanggan.
2. Brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan,
dengan ini semakin bagus dan baik merek produk atau jasa maka akan
meningkatkan kepuasan para pelanggan
3. Kualitas produk
berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan, akan
meningkatkan keingian pelanggan untuk merekomdasikan atau tetap memakai
kembali produk tersebut.
4. Brand image berpengaruh
positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan, berarti pengaruh merek
yang baik dan bagus membuat pelanggan untuk tetap loyal.
5. Kepuasan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan artinya pelanggan yang
puas pasti loyal terhadap produk/jasa apa lagi didukung dengan kulitas produk
dan brand image Telkomsel yang
baik, dan variabel moderating ini memperkuat hubungan loyalitas pelanggan.
6. Kualitas produk berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan
melalui kepuasan. Maka kepuasan pelanggan dapat memediasi pengaruh kualitas
produk terhadap loyalitas pelanggan.
7.
Brand Image berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan. Maka kepuasan pelanggan dapat
memediasi pengaruh brand image terhadap
loyalitas pelanggan.
|
7.
|
David Harianto dan Dr.Hartono Subagio (2013), Analisis pengaruh
kualitas pelayanan dan brand image dan atmosfer terhadap loyalitas konsumen
sebagai variabel intervening konsumen kedai Deja-Vu Surabaya.
|
X2: Brand image.
|
analisis penelitian Structural
Equation Model (SEM).
X1: Kualitas pelayanan
Y: Loyalitas konsumen sebagai variabel intervening.
|
Hasil penelitian bahwa kualitas layanan, brand image dan atmosfer yang dimiliki
oleh Kedai Deja- vu Surabaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kepuasan konsumen. Hasil lain menunjukkan bahwa kepuasan konsumen Kedai
Deja-vu Surabaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas
konsumen Kedai Deja- vu Surabaya.
|
(Sumber: diolah peneliti 2018)
2.2 Kajian Teoritis
2.2.1
Kualitas Produk
2.2.1.1
Pengertian Kualitas Produk
Menurut
Crosby, dalam M.N Nasution (2001:3) yang berjudul Manajemen Mutu Terpadu Total
Quality Management, kualitas adalah conformance to requirement,
yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki
kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar
kualitas meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Selanjutnya
Menurut Deming dalam buku karangan M.N Nasution yang berjudul Manajemen Mutu Terpadu
Total Quality Management, kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan
pasar atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang
dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan.
Kualitas produk merupakan titik awal yang baik
untuk menciptakan citra positif dan mempertahankan loyalitas pelanggan jangka
panjang. Semakin tinggi tingkat kualitas dari suatu produk, maka akan
mengakibatkan tingginya tingkat kepuasan yang akan dirasakan oleh konsumen,
dengan tingginya kepuasan yang dirasakan oleh konsumen maka konsumen akan
merekomendasikan produk terhadap orang lain (Kotler dan Keller, 2009:144).
Kesimpulan
yang dapat diambil dari beberapa definisi diatas adalah bahwa kualitas suatu produk merupakan kadar dari tingkat baik buruknya suatu yang terdiri dari semua faktor yang melekat pada barang atau
jasa sehingga barang
tersebut memiliki kemampuan untuk dipergunakan sebagaimana yang diinginkan oleh para konsumen produk tersebut. Pada dasarnya suatu peningkatan kualitas produk memerlukan suatu
peningkatan yang melibatkan semua
orang yang dalam perusahaan tersebut untuk meningkatkan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu diperlukan
kualitas produk yang tinggi
agar kepuasan pelanggan dapat terpenuhi. Suatu tanggung jawab yang besar bagi perusahaan untuk memastikan produknya memenuhi kebutuhan pelanggan.
2.2.1.2 Dimensi Kualitas Produk
Dimensi yang
dapat dijadikan acuan untuk menilai kualitas produk yang ditawarkan, menurut
Gravin dan Lovelock (dalam Tjiptono, 2005: 7), antara lain meliputi :
1.
Performance (kinerja),
kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama dari suatu produk. Ini
merupakan manfaat utama produk yang kita beli dan biasanya menjadi pertimbangan
pertama saat membeli suatu produk.
2.
Features (tampilan),
dimensi feature merupakan karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang
melengkapi manfaat dasar suatu produk.
Fitur bersifat pilihan atau option bagi konsumen. Fitur ditambahkan jika
maanfaat utama terlihat standar.
3.
Reliability (kehandalan),
dimensi keandalan merupakan peluang dari suatu produk bebas dari kegagalan saat
menjalankan fungsinya.
4.
Conformance (kesesuaian),
conformance merupakan kesesuain kinerja produk dengan standar yang
dinyatakan suatu produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti
sesuai dengan standarnya.
5.
Durability (daya
tahan), durability menunjukan usia produk, yaitu jumlah pemakaian suatu
produk sebelum produk tersebut rusak atau digantikan. Produk yang awet akan
dipersepsikan lebih berkualitas dibandingkan produk yang cepat habis atau cepat
diganti.
6.
Serviceability (kemampuan
pelayanan), suatu kualitas produk ditentukan atas dasar kempuan diperbaiki
yaitu mudah, cepat, dan kompeten. Produk yang mudah diperbaiki memiliki
kualitas yang lebih baik.
7.
Aesthetics (keindahan),
keindahan menyangkut tampilan yang membuat konsumen menjadi suka terhadap suatu
produk. Keindahan seringkali dilakukan dalam bentu desain produk atau
kemasannya. Produk yang memiliki desain produk yang menarik dapat menjadi
produk berkualitas dan unggulan.
8.
Perceived quality (kualitas
yang dipersepsikan), dimensi terakhir adalah kualitas yang dipersepsikan.
Dimensi ini menyangkut penilaian konsumen terhadap citra, merek, atau iklan.
Produk yang bermerek terkenal biasanya dipersepsikan lebih berkualitas dibanding
yang lainnya.
Berdasarkan dimensi-dimensi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu dimensi kualitas merupakan syarat agar
suatu nilai dari produk memungkinkan untuk bisa memuaskan pelanggan sesuai
harapan yang telah menjadi suatu persepsi tersendiri bagi pelanggan. Jika suatu
perusahaan ingin mempertahankan keunggulan bersaing (Competitive advantage)
perusahaan harus mengerti titik aspek dimensi yang harus diterapkan untuk
menjadikan nilai lebih perusahaan dimata konsumen supaya menjadi pembeda dengan
perusahaan pesaing yang sejenis.
Di dalam Perdagangan atau bisnis
suatu pekerjaan yang terhormat di dalam ajaran Islam, karena itu cukup banyak
ayat Al-quran dan hadits Nabi yang menyebut dan menjelaskan norma-norma
perdagangan. Nabi Muhammad sendiri adalah seorang aktivis perdagangan
mancanegara yang sangat handal dan pupolis. Sejak usia muda reputasinya dalam
dunia bisnis demikian bagus, sehingga beliau dikenal luas di Yaman, Syiria,
Yordana, Iraq, Basrah dan kota-kota perdagangan lainnya di Jazirah Arab. Hal
ini karena Nabi Muhammad selalu mengutamakan kualitas dan citra produk yang
dijualnya. Dari Mu’az bin Jabal, bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Sesungguhnya
sebaik- baik usaha adalah usaha perdagangan yang apabila mereka berbicara tidak
berdusta, jika berjanji tidak menyalahi, jika dipercaya tidak khianat, jika
membeli tidak mencela produk, jika menjual tidak memuji-muji barang dagangan,
jika berhutang tidak melambatkan pembayaran, jika memiliki piutang tidak
mempersulit” (H.R.Baihaqi dan dikeluarkan oleh As-Ashbahani). Penjelasan Al
Qur’an mengenai kualitas dijelaskan dalam surat Asy-Syuraa ayat 181-183:
۞ أَوْفُوا الْكَيْلَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ
الْمُخْسِرِينَ۞وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ۞
وَلَا
تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ۞
Artinya: “Sempurnakanlah takaran
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan. Dan timbanglah dengan
timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan
janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan”.
Ayat Asy-Syuraa ayat 181-183 memberikan pedoman kepada kita bahwa
pentingnya menjaga kualitas produk yang kita jual yaitu dengan tidak
memanipulasi atau merugikan pembeli dengan kecurangan yang kita buat. (Indriyo
Gitosudarmo, 2000:139) Produk yang dipasarkan merupakan senjata yang sangat bagus dalam
memenangkan persaingan apabila memiliki mutu atau kualitas yang tinggi.
Sebaliknya produk yang mutunya rendah akan sulit untuk memperoleh citra dari
para konsumen. Oleh karena itu produk yang dihasilkan harus diusahakan agar
tetap bermutu baik. Kesimpulan dari ayat di atas adalah
dalam pemasaran tidak saja dari
kesesuaian harga (pengorbanan biaya yang dikeluarkan oleh konsumen) dengan fisik produk,
tetapi jauh lebih dari itu adalah value produk (kualitas) sebagai bahan
bagi konsumen dalam memperbandingkan antara nilai produk dan harganya (biaya),
sekiranya konsumen
merasakan nilai produk lebih tinggi dibandingkan harganya mereka akan puas, sebaliknya jika
nilai produk yang mereka rasakan lebih
rendah, mereka kecewa. Jadi sebagai produsen harus memberikan yang terbaik
untuk konsumen dengan jujur menjual sehingga kepercayaan diri konsumen semakin
meningkat apabila menggunakan produk tersebut. Sebagai
Firman Allah SWT dalam (Q.S Al-Baqarah. 168):
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا
وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ
لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Artinya : “Hai sekalian manusia,
makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh nyata bagimu”.
Dari surah
tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk memproduksi barang kita harus
memperhatikan kualitas produk tersebut sehingga nantiya produk tersebut dapat
dimanfaatkan dengan baik dan barokah.
2.2.2 Brand
Image (Citra Merek)
2.2.2.1 Pengertian Merek
Sebuah merek
yang terkenal dan terpercaya merupakan aset yang tidak ternilai. Keahlian yang
paling unik dari pemasaran yang professional adalah kemampuannya untuk
menciptakan, memelihara, melindungi, dan meningkatkan merek. Aaker (1991: 2)
Merek adalah cara membedakan sebuah nama atau symbol seperti logo, trademark,
atau desain kemasan yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan produk atau jasa
dari satu produsen atau satu kelompok produsen dan untuk membedakan produk atau
jasa itu dari produsen pesaing.
UU Merek No.15
Tahun 2001 Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa Merek adalah tanda yang berupa
gambar, nama kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari
unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang dan jasa.
Definisi ini
memiliki kesamaan dengan definisi versi American Marketing Association yang
menekankan peranan merek sebagai identifier dan differentiation. Merek
sangat bermanfaat bagi konsumen dan produsen. Kotler dalam Fandy Tjiptono
(2008: 104) menyusun paham bahwa ada enam makna yang bisa di sampaikan melalui
suatu merek, yaitu:
1) Sarana identifikasi untuk
memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan.
2)
Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik.
3)
Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka
bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu.
4)
Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari
para pesaing.
5) Sumber keunggulan kompetitif,
terutama melalui perlindungan hukum,
loyalitas pelanggan, dan citra unik yang berbentuk dalam benak konsumen.
6) Sumber financial returns terutama
menyangkut pendapatan masa depan.
Dari definisi yang
telah disampaikan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa merek adalah
sebuah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut atau simbol yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
2.2.2.2 Brand Image (Citra Merek)
Citra merek (brand
image) merupakan serangkaian asosiasi (persepsi) yang ada dalam benak
konsumen terhadap suatu merek, biasanya terorganisasi menjadi suatu makna.
Hubungan terhadap suatu merek akan semakin kuat jika didasarkan pada pengalaman
dan mendapat banyak informasi. Citra atau asosiasi merepresentasikan persepsi
yang bisa merefleksikan kenyataan yang objektif ataupun tidak. Citra yang
terbentuk dari asosiasi (presepsi) inilah yang mendasari keputusan membeli bahkan
loyalitas merek (brand loyalty)
dari konsumen. Citra merek (brand image) meliputi pengetahuan dan
kepercayaan akan atribut merek (aspek kognitif), konsekuensi dari penggunaan
merek tersebut dan situasi penggunaan yang sesuai, begitu juga dengan evaluasi,
perasaan dan emosi yang dipersepsikan dengan merek tersebut (aspek Afektif).
Menurut
Kotler, Armstrong (2001:225) “Brand image adalah keyakinan tentang merek
tertentu”. Citra atau asosiasi merepresentasikan persepsi yang bisa
merefleksikan kenyataan yang objektif ataupun tidak. Citra yang terbentuk dari
asosiasi inilah yang mendasari dari keputusan membeli bahkan loyalitas merek (brand
loyalty) dari konsumen.
Ferinda Dewi
(2008: 203) berpendapat citra merek adalah merupakan konsep yang diciptakan
oleh konsumen karena alasan subjektif dan emosi pribadinya. Dari beberapa pendapat para ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa citra merek (brand image) adalah persepsi
konsumen dan preferensi terhadap merek, sebagaimana yang direfleksikan oleh
berbagai macam asosiasi (presepsi) merek yang ada dalam ingatan konsumen.
2.2.2.3. Faktor-Faktor Yang Membentuk Brand Image
Schiffman
dan Kanuk (2011:33) menyebutkan faktor-faktor pembentuk citra merek sebagai
berikut:
1. Kualitas atau mutu, berkaitan
dengan kualitas produk yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.
2. Dapat dipercaya atau diandalkan,
berkaitan dengan pendapat dan kesepakatan yang di bentuk oleh masyarakat
tentang suatui produk yang dikonsumsi.
3. Kegunaan atau manfaat, yang
terkait dengan fungsi dari suatu produk yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.
4. Pelayanan, yang berkaitan dangan
tugas produsen dalam melayani konsumennya.
5. Resiko berkaitan dengan untung rugi yang dialami oleh konsumen.
6. Harga, dalam hal ini berkaitan
dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan
konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka
panjang.
7. Image, yang dimiliki merek
itu sendiri, yaitu berupa pelanggan, kesempatan dan informasi yang berkaitan
dengan suatu merek dari produk tertentu.
Menurut Keller (1993:3) faktor-faktor pendukung terbentuknya brand image dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Keunggulan asosiasi
merek (favor-ability of brand association). Hal ini dapat membuat
konsumen percaya bahwa atribut dan manfaat yang diberikan oleh suatu brand dapat
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga menciptakan sikap yang
positif terhadap brand tersebut.
2. Kekuatan asosiasi merek (strenght of brand association).
Hal ini bergantung pada bagaimana informasi masuk dalam ingatan konsumen dan
bagaimana informasi tersebut dikelola oleh data sensoris di otak sebagai bagian
dari brand image. Ketika konsumen secara aktif memikirkan dan menguraikan
arti informasi pada suatu produk atau jasa, akan tercipta asosiasi yang semakin
kuat pada ingatan konsumen.
3. Keunikan asosiasi merek (uniqueness
of brand association). Sebuah brand haruslah unik dan menarik
sehingga produk tersebut memiliki ciri khas dan sulit untuk ditiru para
pesaing. Keunikan suatu produk akan mem-berikan kesan yang cukup membekas
terhadap ingatan pelanggan akan keunikan brand. Sebuah brand yang
memiliki ciri khas haruslah dapat melahirkan keinginan pelanggan untuk
mengetahui lebih jauh dimensi brand yang terkandung di dalamnya.
2.2.2.4 Indikator Brand Image
Indikator-indikator yang membentuk brand image menurut Aaker
dan Biel (2009:71) adalah:
1.
Citra pembuat (Corporate Image), yaitu sekumpulan asosiasi
yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu barang atau
jasa. Citra perusahaan merupakan gambaran perusahaan di mata konsumen
berdasarkan pengetahuan, tanggapan serta pengalaman konsumen terhadap perusahaan
yang bersangkutan. Meliputi: popularitas, kredibilitas, jaringan perusahaan,
serta pemakai itu sendiri.
2.
Citra produk / konsumen (product Image), yaitu sekumpulan
asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu barang atau jasa. citra
produk merupakan gambaran produk di mata konsumen berdasarkan pengetahuan,
tanggapan serta pengalaman konsumen terhadap produk yang bersangkutan.
Meliputi: atribut dari produk, manfaat bagi konsumen, serta jaminan.
3.
Citra pemakai (User Image), yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau
jasa. Citra pemakai merupakan sekumpulan karakteristik dari konsumen yang
dihubungkan dengan ciri khas dari konsumen suatu merek. Meliputi: pemakai itu sendiri, serta status
sosialnya.
Aaker dalam Dewi (2011) membagi 3 indikator yang harus
diperhatikan dalam membentuk sebuah citra merek yaitu:
a. Pengenalan, tingkat dikenalnya sebuah merek (brand) oleh
konsumen
b. Reputasi,tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah
merek karena lebih terbukti mempunyai track record yang baik.
c. Daya tarik, semacam emotional relationship yang timbul
antar sebuah merek dengan konsumennya
Citra merek merupakan serangkaian
asosiasi yang ada dalam benak konsumen terhadap suatu merek, biasanya
terorganisasi menjadi suatu makna. Hubungan terhadap suatu merek akan semakin
kuat jika didasarkan pada pengalaman dan mendapat banyak informasi. Citra atau
asosiasi mempresentasikan persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan yang
obyektif ataupun tidak.
Merek merupakan elemen penting
guna meneyebarkan ajara-ajaran atau nilai-nilai yang terkandung dalam Islam.
Proses branding dalam ajaran Islam dilakukan oleh Nabi Adam hingga Nabi
Muhammad SAW. yang memiliki reputasi sebagai seseorang yang terpercaya sehingga
dijuluki alamin. Dalam Al-Qur‟an Q.S Al-Ahzaab ayat 21, Allah berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ الَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ
كَانَ يَرْجُو الَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ الَّهَ كَثِيرًا
Artinya :“sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah (Muhammad) itu suri tauladan yang baik bagim (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Ayat diatas ditunjukkan bahwa Nabi Muhammad
SAW sebagai suri tauladan yang baik untuk dapat dijadikan contoh oleh ummatnya.
Hal ini menunjukkan bahwa personal branding telah dikenal dalam Islam, yaitu
melalui Nabi Muhammad SAW. Dalam sejarah dikatakan bahwa Nabi Muhammad telah
mencetak personal branding yang kuat dengan menjadi pengusaha yang professional
dan jujur. Seperti halnya para sahabat menginvestasikan hartanya kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai bekal diakhirat untuk berjuang menegakkan agama Islam. Semua
itu dipercayakan kepada Nabi Muhammad yang mempunyai integritas yang baik
(Gunara dan Hardiono, 2008:76).
Membangun brand yang kuat
adalah penting, tetapi dengan jalan yang tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah marketing. Salah satu hal yang penting yang
membedakan produk Islam dengan produk lainnya adalah karakter brand yang
mempunyai value indicator bagi konsumen. Brand yang baik adalah brand
yang mempunyai karakter yang kuat dan bagi perusahaan atau produk yang
menerapkan syariah marketing, suatu brand juga harus mencerminkan
karakter-karakter yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah atau
nilai-nilai spiritual. (Syakir 2006;180)
Merek merupakan hal yang penting
bagi perusahaan guna menjadi pembeda dengan produk perusahaan lain. Pemasar
harus membangun merek yang kuat guna meningkatkan penjualan dan memuaskan
pelanggan hingga mencapai terjadinya suatu loyalitas konsumen.
2.2.3 Kepuasan
Konsumen
2.2.3.1
Pengertian Kepuasan Konsumen
Dalam
upaya memenuhi kepuasan konsumen, perusahaan memang dituntut kejeliannya untuk
mengetahui pergeseran kebutuhan dan keinginan konsumen yang hampir setiap saat
berubah. Pembeli akan bergerak setelah membentuk persepsi terhadap nilai
penawaran, kepuasan sesudah pembelian tergantung dari kinerja penawaran
dibandingkan dengan harapannya.
Kepuasan
konsumen menurut Barkelay dan Saylor (1994:84), "fokus dari proses
manajemen berorientasi pada konsumen, bahkan dinyatakan pula bahwa kepuasan
pelanggan adalah kualitas". Menurut Lupiyoadi (2006:192) banyak manfaat
yang diterima oleh perusahaan dengan tercapainya tingkat kepuasan pelanggan
yang tinggi. Tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi dapat meningkatkan
loyalitas pelanggan dan mencegah perputaran pelanggan, mengurangi sensitiivitas
pelanggan terhadap harga, mengurangi biaya kegagalan pemasaran, mengurangi
biaya operasi yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah pelanggan, meningkatnya
efektifitas iklan dan meningkatkan reputasi bisnis.
Pengertian
secara umum mengenai kepuasan atau ketidakpuasan konsumen merupakan hasil dari
adanya perbedaan antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan oleh
konsumen tersebut. Dari beragam definisi kepuasan konsumen yang telah diteliti
dan didefinisikan oleh para ahli pemasaran, dapat disimpulkan bahwa kepuasan
konsumen merupakan suatu tanggapan perilaku konsumen berupa evaluasi purna beli
terhadap suatu barang atau jasa yang dirasakannya (kinerja produk) dibandingkan
dengan harapan konsumen. Kepuasan konsumen ini sangat tergantung pada persepsi
dan harapan konsumen itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen
ketika melakukan pembelian suatu barang atau jasa adalah kebutuhan dan
keinginan yang dirasakan oleh konsumen tersebut pada saat melakukan pembelian
suatu barang atau jasa, pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi barang atau
jasa tersebut serta pengalaman teman-teman yang telah mengkonsumsi barang atau
jasa tersebut dan periklanan.
2.2.3.2. Indikator Ukuran Kepuasan Konsumen
Menurut Kotler (2007 : 275) Konsumen akan merasa puas akan
melakukan tindakan sebagai berikut :
a. Umumnya pelanggan akan lebih lama setia
b. Membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk
baru dan memperbarui produk-produk yang ada.
c. Membicarakan hal-hal yang baik tentang perusahaan dan
produk-produknya
d. Memberi perhatian lebih sedikit kepada merek-merek atau
iklan-iklan pesaing serta kurang peka terhadap harga.
e. Menawarkan gagasan jasa atau produk kepada perusahaan.
Dalam pandangan Islam mengenai kepuasan bahwa
memang tidak dapat dipaksakan terhadap pelanggan melainkan atas dasar keinginan
pelanggan itu sendiri tanpa ada unsur paksaan dalam menyukai suatu merek
ataupun produk. Sebagaimana tercantum dalam surat Al-Maa’idah ayat 100:
قُلْ لَا
يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ ۚ
فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya : Katakanlah: "tidak
sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik
hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu
mendapat keberuntungan."
Ketika perusahaan telah berhasil
memuaskan pelanggannya, maka loyalitas konsumen terhadap merek atau produk akan
tercipta jika pemasar melakukan proses marketing dengan benar.
2.2.3.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen
Dalam
menentukan kepuasan konsumen ada lima faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan
(Lupyoadi, 2001:158) antara lain :
1)
Kualitas produk, yaitu pelanggan akan merasa puas bila hasil mereka menunjukkan
bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
2)
Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu pelanggan akan merasa puas bila mereka
mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
3)
Emosi, yaitu pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang
lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang
cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan yang diperoleh
bukan karena kualitas dari produk tetapi sosial atau self esteem yang membuat
pelanggan merasa puas terhadap merek tertentu.
4)
Harga, yaitu produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga
yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggan.
5)
Biaya, yaitu pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak
perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas
terhadap produk atau jasa tersebut.
2.2.3.4. Elemen Kepuasan Konsumen
Menurut
Wilkie (1994: 27) menyatakan bahwa terdapat 5 elemen dalam kepuasan konsumen
yaitu :
1)
Expectations, Harapan konsumen terhadap suatu barang atau jasa telah
dibentuk sebelum konsumen membeli barang atau jasa tersebut. Pada saat proses
pembelian dilakukanan, konsumen berharap bahwa barang atau jasa yang mereka
terima sesuai dengan harapan, keinginan dan keyakinan mereka. Barang atau jasa
yang sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan konsumen merasa puas.
2)
Performance, Digunakan tanpa diperngaruhi oleh harapan mereka. Ketika
kinerja actual barang atau jasa berhasil maka konsumen akan merasa puas.
3)
Comparison, Hal ini dilakukan dengan membandingkan harapan kinerja
barang atau jasa sebelum membeli dengan persepsi kinerja aktual barang atau
jasa tersebut. Konsumen akan merasa puas ketika harapan sebelum pembelian
sesuai atau melebihi persepsi mereka terhadap kinerja aktual produk.
4)
Confirmation/disconfirmation, Harapan konsumen dipengaruhi oleh
pengalaman mereka terehadap penggunaan merek dari barang atau jasa yang berbeda
dari orang lain. Confirmation terjadi bila harapan sesuai dengan kinerja
actual produk. sebaliknya disconfirmation terjadi ketika harapan lebih
tinggi atau lebih rendah dari kinerja aktual produk. konsumen akan merasa puas
ketika tejadi adanya confirmation / discofirmation.
Kepuasan pelanggan adalah
tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan antara kinerja yang ia
rasakan/ alami terrhadap harapannya Kotler (dalam Tjiptono, 2008:169). Kepuasan
pelanggan adalah hasil yang dicapai ketika keistimewaan produk merespon
kebututuhan pelanggan adanya kekurangan produk dapat menyebabkan pelanggan
tidak puas sehingga menimbulkan reaksi, seperti komplain, pengembalian produk
dan lain-lain.
Dari beberapa definisi para ahli
dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan pelanggan yaitu mengenai apa yang
dirasakan pelanggan atas suatu pelayan dan kualitas yang telah dibelinya sesuai
dengan apa yang diinginkan bahkan dapat melebihi harapannya. Jika kualitas dari
suatu produk dan brand image tersebut di bawah harapan maka hasilnya konsumen
tidak akan merasakan kepuasan terhadap produk yang dibelinya. Dan apabila
kualitas maupun pelayanan yang dirikan lebih dari yang diharapkan oleh
pelanggan maka pelanggan akan merasa puas.
Dalam
menilai kepuasan dalam Islam adalah perbandingan harapan terhadap produk atau
jasa yang seharusnya sesuai dengan syariah dengan kenyataan yang diterima. Dari
Abdullah bin Amr bin Al-ash bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ
كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“ Sungguh sangat beruntung seorang
yang masuk Islam kemudian mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah
menganugerahkan kepadanya sifat qana’ah ( sifat cukup dan puas) dengan rizki
yang Allah anugerahkan kepadanya”.
Sifat qana’ah adalah
salah satu ciri yang menunjukan kesempurnaan iman, kerena sifat ini menunjukan
keridhaan orang terhadap ketentuan pembagian rezeki.
2.2.4 Loyalitas Pelanggan
2.2.4.1 Pengertian
Loyalitas Pelanggan
Menurut
Schiffman dan Kanuk (2007: 227) loyalitas merek adalah preferensi konsumen
secara konsisten untuk melakukan pembelian pada merek yang sama pada produk
yang spesifik atau kategori pelayanan tertentu.
Menurut
Hasan (dalam Harizaturrasyika: 2012:8-9) mengemukakan definisi loyalitas
sebagai berikut:
a. Sebagai konsep generik, loyalitas
merek menunjukkan kecenderungan pelanggan untuk membeli sebuah merek tertentu
dengan tingkat konsistensi yang tinggi.
b. Sebagai konsep perilaku,
pembelian ulang kerap kali dihubungkan dengan loyalitas merek (brand loyalty).
Perbedaannya, bila loyalitas merek mencerminkan komitmen psikologis terhadap
merek tertentu, perilaku pembelian ulang menyangkut pembelian merek yang sama
secara berulang.
c. Pembelian ulang merupakan hasil
dominan perusahan berhasil membuat produknya menjadi satu-satunya alternatif
yang tersedia.
Menurut Aaker (2004: 36) mendefinisikan
loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan terhadap sebuah
merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang kemungkinan seorang
pelanggan beralih ke produk lain terutama pada suatu merek tersebut didapatinya
adanya perubahan, baik menyangkut harga atau atribut lain.
Menurut Engel
(2005: 18) mendefenisikan loyalitas merek sebagai berikut Kesetiaan konsumen
akan suatu barang atau jasa dengan melakukan pembelian ulang barang atau jasa
tersebut secara terus menerus, kebiasaan ini termotivasi sehingga sulit diubah
dan sering berakar dalam keterlibatan yang tinggi.
2.2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan
Priyanto
Doyo (1998:45) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap suatu
produk atau jasa adalah sebagai berikut :
1)
Nilai (harga dan kualitas).
2)
Citra (baik dari kepribadian yang dimilikinya dan reputasi dari merek
tersebut), citra dari perusahaan dan merek diawali dengan kesadaran. Produk
yang memiliki citra yang baik akan dapat menimbulkan loyalitas konsumen pada
merek.
3)
Kenyamanan dan kemudahan untuk mendapatkan produk tersebut.
4)
Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen.
5)
Pelayanan, dengan kualitas pelayanan yang baik
6)
Garansi dan jaminan.
Menurut Joko
Riyadi (1999:58) faktor-faktor yang mempengaruhi kesetiaan konsumen sebagai berikut :
1) Kepuasan (Satisfaction)
Konsumen akan loyal terhadap suatu produk bila ia mendapatkan kepuasan dari produk tersebut. Karena itu,
bila konsumen mencoba beberapa macam produk melampaui kriteria kepuasan
kepuasan produk atau tidak. Bila setelah mencoba dan responnya baik, maka berarti
konsumen tersebut puas sehingga akan memutuskan membeli produk tersebut secara
konsisten sepanjang waktu. Ini berarti telah tercipta kesetiaan konsumen
terhadap produk tersebut.
2) Perilaku Kebiasaan (Habitual Behavior)
Kesetiaan konsumen dapat dibentuk karena kebiasaan konsumen.
Apabila yang dilakukan sudah merupakan kebiasaan, maka pembeli tersebut tidak
melalui tidak lagi melalui pengambilan keputusan yang panjang. Pada kondidi
ini, dapat dikatakan bahwa konsumen akan tetap membeli produk tersebut, yaitu
konsumen akan tetap membeli produk yang sama untuk suatu jenis produk dan
cenderung tidak berganti-ganti produk.
3) Komitmen (Commitment)
Dalam suatu produk yang kuat terdapat konsumen yang memiliki
komitmen dalam jumlah yang banyak. Kesetiaan konsumen akan timbul bila ada
kepercayaan dari konsumen terhadap produk-produk sehingga ada komunikasi dan
interaksi diantara konsumennya, yaitu dengan membicarakan produk tersebut.
4) Kesukaan Produk (Linking of The Brand)
Kesetiaan
yang terbentuk dan dipengaruhi oleh tingkat kesetiaan konsumen secara umum.
Tingkat kesetiaan tersebut dapat diukur mulai timbulnya kesukaan terhadap
produk sampai ada kepercayaan dari produk tersebut berkenaan dari kinerja dari
produk-produk tersebut. Konsumen yang dikatakan loyal adalah konsumen yang
berulang kali membeli produk tersebut bukan karena adanya penawaran khusus,
tetapi karena konsumen percaya terhadap produk tersebut memiliki kualitas yang
sama sehingga member tingkatan yang sama pada produknya.
5) Biaya Pengalihan ( Switching Cost)
Adanya perbedaan pengorbanan dan atau resiko kegagalan, biaya,
energi, dan fisik yang dikeluarkan konsumen karena dia memilih salah satu
alternatif. Bila biaya pengalihan besar, maka konsumen akan berhati-hati untuk
berpindah ke produk yang lain karena resiko kegagalan yang juga besar sehingga
konsumen cenderung loyal.
2.2.4.3 Pengukuran Loyalitas Pelanggan
Menurut Griffin (2009:31) Pelanggan yang
loyal adalah pelanggan yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Melakukan pembelian ulang secara
teratur (makes regular repeat purchase).
Loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan
keputusan untuk melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang/jasa
suatu perusahaan yang dipilih. Tingkat kepuasan terhadap toko akan mempengaruhi
mereka untuk membeli kembali.
2. Membeli di luar lini produk/jasa (purchases across product and service lines). Membeli di luar lini produk
dan jasa artinya keinginan untuk membeli lebih dari produk dan jasa yang telah
ditawarkan oleh perusahaan. Pelanggan yang sudah percaya pada perusahaan dalam
suatu urusan maka akan percaya juga untuk urusan lain.
3. Mereferensi toko kepada orang lain,
artinya menarik pelanggan baru untuk perusahaan (Refers other). Pelanggan
yang loyal dengan sukarela merekomendasikan perusahaan kepada teman-teman dan
rekannya.
4. Menunjukkan kekebalan daya
tarik dari pesaing (Demonstrates an
immunity to the full of the competition).
Tidak mudah terpengaruh oleh tarikan persaingan perusahaan sejenis lainnya.
Dalam Islam loyalitas dapat
terbentuk ketika dua belah pihak memiliki kesamaan pemikiran dan tercapainya
tujuan yang baik dalam diri masing-masing. Dalam Al-Qur‟an dijelaskan dalam
surat Al-Maaidah ayat 2 sebagai berikut:
ۘ
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ
وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya : “ dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”.
Ayat diatas menunjukkan kepada
setiap orang untuk dapat menciptakan loyalitas konsumen atau pelanggan harus
ada kebaikan dalam setiap hal, tentunya jika hal tersebut tidak baik bagi
konsumen maka loyalitas pelanggan tidak akan tercapai.
2.3 Kerangka Konseptual
2.3.1
Hubungan Kualitas Produk, Kepuasan Konsumen serta Loyalitas Pelanggan
Menurut Alfred (2013:183) kualitas mempengaruhi
harapan pelanggan dan sejauh mana pelanggan atau pengguna percaya produk
atau jasa melampaui mereka kebutuhan dan harapan. Menurut Shaharudin et
al, (2010) dalam Alfred (2013:183) kualitas produk adalah faktor yang
paling penting bagi pemilihan masing-masing merek terutama di lingkungan
pasar di mana tingkat persaingan sangat ketat.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Asgar Afshar
(2011), menunjukkan bahwa kualitas produk mendukung dan signifikan
terhadap kepuasan konsumen. Hubungan antar kualitas produk dengan
kepuasan pelanggan memiliki kaitan yang sangat erat. Biasanya jika
produk yang ditawarkan perusahaan berkualitas baik kemudian konsumen
membeli dan mengkonsumsi langsung dan produk tersebut melebihi
ekspektasi dari konsumen, maka dapat dikatakan mereka puas terhadap
produk tersebut. Sebaliknya pun begitu, jika saat mengkonsumsi mereka
cenderung kecewa maka mereka akan beralih pada produk yang lain.
Kepuasan konsumen sendiri ditimbulkan dari kualitas yang diberikan oleh
perusahaan, semakin baik kualitasnya semakin banyak pula pelanggan yang
dimiliki, perusahaan harus mempertahankan kualitas yang sudah dimiliki
atau menambah kualitas yang lebih baik agar konsumen tidak terpengaruh
oleh pesaing yang lain dan tetap setia pada merek tersebut.
Dengan adanya kepuasan dari pembelian produk yang
ditawarkan kepada konsumen, mereka terus menerus membeli dan menggunakan produk
itu secara berkala dan tidak tertarik dengan produk lain karena sudah percaya
pada produk tersebut tetap loyalitas pada satu produk dan merekomendasikan
produk tersebut kepada orang lain. Hal ini memberikan gambaran bahwa semakin
tinggi kualitas produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan, maka akan
semakin meningkatkan tingkat loyalitas konsumen.
2.3.2
Hubungan Brand Image, Kepuasan Konsumen Serta Loyalitas Pelanggan
Menurut
Kurniawati, dkk (2013:3) Brand Image memiliki pengaruh yang positif
terhadap kepuasan konsumen. Citra merek merupakan image atau sesuatu
yang melekat di benak konsumen. Semakin baik persepsi di benak konsumen
terhadap citra merek perusahaan maka kepuasan konsumen juga akan semakin
tinggi. Sebaliknya juga, jika persepsi konsumen terhadap citra merek buruk maka
kepuasan konsumen juga akan semakin rendah. Dari pernyataan tersebut, maka
diperlukan strategi yang tepat dalam mempopulerkan suatu merek. Strategi
tersebut dapat dimulai dengan membangun citra merek yang positif dibenak
konsumen. Dengan citra merek yang positif maka merek akan dikenal dan populer
sebagai merek dengan mutu yang terjamin. Citra merek yang positif tersebut akan
menjadi pertimbangan konsumen dalam menentukan produk yang akan dibelinya.
Dari
penelitian yang dilakukan oleh Tutut Ratna (2011), brand image
berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Hubungan citra
merek dengan loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh pengalaman penggunaan produk
yang memuaskan. Konsumen yang memiliki loyalitas terhadap suatu merek akan
terus melakukan pembelian ulang karena sudah percaya dan merasa puas sehingga
konsumen tidak mudah tergiur dengan promosi dari pihak pesaing dan adanya
kemauan untuk merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain. Sehingga
menciptakan dari kepuasaan menjadi loyalitas pelanggan yang di timbulkan dari
citra merek tersebut.
2.3.3
Hubungan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Pelanggan
Widodo
(2012:28) menyatakan bahwa seseorang yang kembali membeli, dan akan memberitahu
yang lain tentang pengalaman baiknya dengan produk tersebut dapat dikatakan
pelanggan tersebut merasa puas. Para konsumen membeli suatu produk bukan karena
fisik produk semata-mata tetapi karena manfaat yang ditimbulkan dari produk
yang dibeli. Lovelock dan Wright (2007:102) mengungkapkan bahwa kepuasan adalah
keadaan emosional, reaksi pasca-pembelian seseorang, dapat berupa kemarahan,
ketidakpuasan, kejengkelan, netralitas, kegembiraan, atau kesenangan.
Didasarkan
oleh penelitian Dewi Kurniawati (2014), menujukkan bahwa kepuasan konsumen berpengaruh positif dan signifikan
terhadap loyalitas pelanggan. Kepuasan merupakan efek akhir dari suatu
pembelian, yang diartikan sebagai suatu sikap dan niat untuk berprilaku di masa
depan, dan disalurkan melalui hal-hal seperti komitmen untuk membeli kepada
perusahaan jika membutuhkan produknya, komitmen untuk memberikan rekomendasi
kepada orang lain dengan menceritakan hal-hal yang positif tentang perusahaan
dan kesediaan untuk membayar mahal (beban biaya). Sebagaimana diketahui bahwa
tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan para pelanggan merasa puas.
Terciptanya kepuasaan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan
antara perusahaan dengan pelanggannya menjadi harmonis sehingga memberikan
dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya kesetiaan terhadap merek
serta membuat suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang
menguntungkan bagi perusahaan (Tjiptono, 2000 : 105).
Berdasarkan landasan teori dan menurut penelitian terdahulu, dapat
disusun kerangka pemikiran pada penelitian ini. Model yang digunakan pada
penelitian ini terdiri dari dua variabel independen, variabel tersebut adalah brand
image dan kualitas produk. Kemudian terdapat satu variabel dependen yaitu
loyalitas pelanggan dan satu variabel intervening yaitu kepuasan
konsumen.
Pengaruh kualitas dan citra merek (brand image)
terhadap Loyalitas pelanggan dengan kepuasan konsumen sebagai variabel intervening
pada konsumen produk Buccheri di Kota Kediri. Pada dasarnya baik atau buruknya
sebuah brand image tergantung pada baik dan buruknya kualitas produk itu
sendiri. Dalam pengambilan keputusan pembelian produk merek Buccheri inipun
terdapat faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai kepuasan konsumen
yang dapat memberikan dampak pembelian secara berulang atau loyalitas pelanggan
meliputi: keunggulan, kekuatan dan keunikan merek.
Buccheri merupakan sebuah perusahaan fashion sepatu
asli Indonesia sejak tahun 1980 di naungi oleh PT.Vigano
Cipta Perdana
satu produk unggulan dari perusahaan dengan merek Buccheri tersebut adalah
sepatu. Salah satu faktor yang digunakan para produsen kepada para konsumen
sebelum melakukan pembelian produk adalah dengan branding image. Merek
disini memiliki peranan penting dalam keputusan pembelian produk, namun tidak
kalah penting pula dari brand image yaitu kualitas produk itu sendiri.
Karena ketika kualitas dan brand image tidak seimbang maka kemungkinan
kecil konsumen akan memutuskan untuk membeli produk tersebut. Salah satu merek
sepatu Buccheri ini memiliki brand image yang unggul dan harus mampu
mempertahankan keunggulan kualitasnya terhadap persaingan citra merek (brand
image) kepada produsen sepatu lainnya yang saat ini mulai bermunculan
dengan model, teknologi, warna dan inovasi baru.
Seorang konsumen ketika memutuskan untuk membeli suatu produk sangat di pengaruhi oleh penilaian akan
bentuk fisik dan kualitas produk tersebut. Tuntutan permintaan akan sebuah
produk barang yang semakin berkualitas membuat perusahaan yang bergerak di
berbagai bidang usaha berlomba-lomba meningkatkan kualitas produk yang mereka
miliki.
Pada intinya semakin bagus kualitas produk dan citra merek (brand
image) sebuah produk, maka akan semakin banyak konsumen yang tertarik untuk
membeli produk tersebut, sekalipun perusahaan menetapkan nilai jual (harga)
yang tinggi, hal ini tidak akan menjadi suatu masalah untuk konsumen karena
kualitas barang yang mereka beli sebanding dengan biaya yang dikeluarkan dan
sebaliknya, apabila kualitas barang yang dibeli oleh konsumen tidak sesuai
dengan biaya yang dikeluarkan maka perusahaan Buccheri ini akan mendapatkan protes
dari konsumen atau pelanggan serta dapat mendeteksi adanya loyalitas konsumen
akan produk pada brand image tersebut. Berikut ini adalah bagan dari
kerangka berfikir dalam penelitian ini:
Gambar 2.1
Kerangka
konseptual:
Pengaruh
kualitas produk dan brand image terhadap loyalitas pelanggan
dengan kepuasan konsumen sebagai variabel intervening
H2.1
H1.1 H3.1
H2.3
H1.2
H2.2 H3.2
Sumber : Data diolah peneliti, 2018
Keterangan : (menunjukkan hubungan secara langsung)
(menunjukkan pengaruh secara tidak langsung)
2.4
Hipotesis Penelitian :
Hipotesis merupakan jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui
data yang terkumpul (Arikunto, 2002:64). Berdasarkan pokok permasalahan yang
telah dirumuskan dan beberapa kajian teoritis yang telah dikemukakan, berikut
ini diajukan hipotesis :
H1.1: Diduga
kualitas produk berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.
H1.2 : Diduga brand
image berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.
H2.1 : Diduga
Kualitas Produk berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan.
H2.2 : Diduga brand
image berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan.
H2.3 :Diduga Kepuasan
konsumen berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan.
H3.1
: Diduga terdapat pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan melalui
kepuasan konsumen.
H3.2
: Diduga terdapat pengaruh brand image terhadap loyalitas pelanggan
melalui kepuasan konsumen.
1 komentar:
Izin promo ya Admin^^
Bosan gak tau mau ngapain, ayo buruan gabung dengan kami
minimal deposit dan withdraw nya hanya 15 ribu rupiah ya :D
Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa
- Telkomsel
- XL axiata
- OVO
- DANA
segera DAFTAR di WWW.AJOKARTU.COMPANY ....:)
Posting Komentar