BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L) diduga berasal dari benua Amerika,
tetapi para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi
jalar adalah Selandia Baru, Polinesia dan Amerika bagian tengah. Ubi jalar
mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama ke negara-negara beriklim tropis pada
abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama
Filipina, Jepang dan Indonesia. Cina merupakan penghasil ubi jalar terbesar
mencapai 90% (rata-rata 114,7 juta ton) dari yang dihasilkan dunia (FAO, 2004).
Nilai gizi ubi jalar secara kualitatif
selalui dipengaruhi oleh varitas, lokasi dan musim tanam. Pada musim kemarau
dari varitas yang sama akan menghasilkan tepung yang relatif lebih tinggi
daripada musim penghujan, demikian juga ubi jalar yang berdaging merah umumnya
mempunyai kadar karoten yang lebih tinggi daripada yang berwarna putih
Tanaman ubi jalar
sangat tanggapterhadap penambahan pupuk.Penambahan kalium sebesar 150kg KCl/ha
pada varietas lokal dapatmeningkatkan hasil sebesar 28,7%dan penambahan 150
kg KCl/ha padasumber nitrogen urea 100
kg/hadan pada sumber nitrogen ZA 200kg/ha ternyata meningkatkan hasilsecara
nyata sebesar 67,7 dan23,8%(Basuki et al., 1987). Kalium meningkatkan aktivitas
fotosintesisdan mempunyai pengaruh yang lebihbesar terhadap proses
pembentukanumbi daripada pertumbuhanbatang dan daun. Pembentukanumbi akan
terhambat apabila tanahkekurangan oksigen dan air tanahterlalu tinggi
(Soemarno, 1981), sedangkan media tumbuh yang baik untuk ubi jalar adalah tanah
bertekstur lempung atau lempung berpasir dan drainase baik.
Secara fisik,kulit ubi
jalar lebih tipis dibandingkan kulit ubi kayu dan merupakan umbi dari bagian
batang tanaman. Warna kulitubi jalar bervariasi dan tidak selalu sama dengan
warna umbi. Warna daging umbinya bermacam-macam, dapat berwarna putih, kuning,
jingga kemerahan, atau keabuan.Demikian pula bentuk umbinya seringkali tidak
seragam (Syarief dan Irawati, 1988).
Ubi jalar memiliki prospek dan peluang yang sangat baik
untuk menjamin ketersediaan pangan, terutama jika produksi padi dan jagung
tidak dapat mengimbangi kebutuhan pangan masyarakat. Di Indonesia, penanaman
ubi jalar belum menunjukkan perkembangan yang baik sehingga produksinya
mengalami pasang surut. Pada tahun 1991, produksi ubi jalar 2.039.00 ton dengan
luas panen 2.14.300 hektar. Pada tahun 1992, produksi ubi jalar mengalami
kenaikan menjadi 2.171.000 ton dengan luas panen 229.800 hektar. Pada tahun
1993 dan 1994, produksi ubi jalar mengalami penurunan menjadi 2.088.200 ton
dengan luas panen 224.200 hektar (1994).
Sedangkan pada tahun 1995, produksi ubi jalar mengalami
kenaikan lagi, namun kenaikan ini kurang berarti dibandingkan dengan produksi
pada tahun sebelumnya (1991 dan 1992).
1.2. Tujuan Praktikum
1. Agar Mahasiswa dapat mengaplikasikan
teknik budidaya ubi jalar
2. Untuk mengetahui sitem tata cara
pengolahan dan pengendalian hama penyakit tanaman ubi jalar
1.3. Kegunaan Praktikum
Kegunaan
praktim ini adalah:
1. Dapat memberikan informasi bagi
mahasiswa dalam pengamatan sehingga memberikan nilai tambah dalam pesiapan
pelitian yang lebih lanjut
2. Menambah wawasan yang begitu komplit
dalam budidaya ubi jalar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Tanaman Ubi Jalar
Tanaman ubi jalar dalam sistematika
(taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi :
Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Ordo :
Convolvulaceae
Famili :
Convolvulaceae
Genus :
Ipomoea
Spesies : Ipomoea
batatas L.Sin batatas edulis choisy
2.2.
Morfologi Tanaman Ubi
jalar
Menurut Marzuki (2007),
akar kacang tanah serabut dengan batang tidak berkayu dan
berbulu halus. Batang
kacang tanah ada
yang tumbuh tegak
dan menjalar. Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap. Daunnya
terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak
daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun ini bertugas
mendapatkan cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Bunga
keluar pada ketiak
daun. Setiap bunga seolah-olah bertangkai
panjang berwarna putih. Tangkai
ini sebenarnya bukan tangkai bunga,
tetapi tabung kelopak.
Mahkota bunga (corolla) berwarna kuning. Bendera
mahkota bunganya bergaris-garis merah
pada pangkalnya. Umur bunganya
hanya satu har,
mekar di pagi
hari dan layu
pada sore hari. Bunga kacang tanah dapat melakukan
penyerbukan sendiridan bersifat geotropis positif. Penyerbukan terjadi sebelum
bunganya mekar
Kacang tanah
berbuah polong. Polongnya
terbentuk setelah terjadi pembuahan. Bakal
buah tersebut tumbuh
memanjang. Inilah yang
disebut ginofora yang menjadi tangkai polong. Cara pembentukan polong
adalah mulamula ujung ginofora
yang runcing mengarah
keatas. Setelah tumbuh
ginofora tersebut melengkung ke bawah dan masuk ke dalam tanah. Setelah
menembus tanah, ginofora mulai
membentuk polong. Pertumbuhan memanjang ginofora memanjang terhenti
setelah terbentuk polong.
Polong-polong kacang tanah berisi
antar 1 sampai
dengan 5 biji.
Biji kacang tanah
berkeping dua dengan kulit ari berwarna putih, merah atau
ungu tergantung varitasnya. Ginofora tidak dapat membentuk
polong jika tanahnya
terlalu keras dan
kering atau batanya terlalu tinggi (Adisarwanto, 2003).
2.3.
Syarat Tumbuh
Temperatur merupakan
suatu syarat tumbuh
tanaman kacang tanah. Temperatur sangat
erat hubungannya dengan
ketinggian, semakin tinggi
suatu daerah maka suhu akan semakin turun (Suprapto, 2006). Kacang tanah
dapat tumbuh pada lahan dengan ketinggian 0-500 m di ataspermukaan laut.
Tanaman ini tidak terlalu memilih tanah khusus. Diperlukan iklim yang lembab. Kacang tanah termasuk
tanaman yang memerlukan
sinar matahari penuh.
Adanya keterbatasan cahaya matahari akibat naungan atau halangan dan
atau awan lebih dari 30% akan
menurunkan hasil kacang
tanah karena cahaya
mempengaruhi fotosintesis dan respirasi. Intensitas cahaya yang rendah pada saat pembentukan ginofor akan
mengurangi jumlah ginofor,
sedangkan rendahnya intensitas cahaya pada masa pengisian polong
akan menurunkan jumlah dan berat polong serta akan menambah jumlah polong hampa
(Oentari, 2008)
Kacang tanah
dapat dibudidayakan di
lahan kering (tegalan)
maupun di lahan sawah
setelah padi. Kacang
tanah dapat ditanam
pada tanah bertekstur ringan maupun agak berat, yang
penting tanah tersebut dapat mengatuskan air sehingga tidak menggenang. Akan
tetapi, tanah yang paling sesuai adalah
tanah yang bertekstur ringan, drainase baik, remah, dan gembur. Di tanah
berat (lempung), bila
terlalu becek, tanaman
mati atau tidak berpolong. Dalam
kondisi kering, tanah
lempung juga terlalu keras,
sehingga ginofor (calon polong)
tidak dapat masuk
dalam tanah, perkembangan
polong terhambat dan pada
saat panen banyak
polong tertinggal dalam
tanah. Padatanah yang kandungan
bahan organiknya tinggi (>2%) polong
yang dihasilkan berwarna kehitaman sehingga menjadi kurang menarik.
Kacang tanah
masih dapat berproduksi
dengan baik pada
tanah yang berpH rendah atau
tinggi. Tetapi pada pH tanah tinggi (7,5–8,5) kacang tanah sering mengalami
klorosis, yakni daun-daun menguning. Apabila tidak diatasi, polong menjadi
hitam dan hasil
menurun hingga 40%
(Balai Penelitian Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi, 2012).
2.4.
Pupuk dan Waktu Aplikasi
Tanaman
memerlukan unsur hara
selama pertumbuhan dan perkembangannya. Tidak
tersedianya unsur hara
bagi tanaman akan menyebabkan pertumbuhannya terganggu
dan menurunnya produksi. Pupuk adalah suatu bahan yang memberikan
unsur hara tambahan bagi tanaman agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan
baik. Pupuk adalah bahan
untuk diberikan kepada
tanaman baik langsung maupun tidak langsung, untuk mendorong
pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitasnya sebagai
akibat perbaikan nutrisi tanaman (Sutedjo,
1994).
Lebih lanjut
Sutedjo (2010) menambahkan
bahwa yang dimaksud dengan
pupuk daun adalah
bahan-bahan atau unsur-unsur
yang diberikan melalui daun
dengan cara penyemprotan
atau penyiraman kepada mahkota tanaman agar langsung dapat
diserap guna mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangannya, Pemupukan melalui
daun mempunyai keuntungan
antara lain dapat mengindari terjadinya
kompetisi unsur hara
di dalam tanah, pencucian,
dan fiksasi, tetapi bukan
merupakan menggantikan pemupukan
melalui tanah, melainkan hanya
melengkapi unsur hara
yang tersedia (Sukamto, 1977
dalam Sutapradja dan Hilman, 1994). Seperti yang dikemukakan oleh
Styaningrum et al. (2013), pupuk daun
digunakan untuk melengkapi kebutuhan unsur hara yang telah diberikan melalui
tanah.
Gandasil D merupakan
pupuk daun lengkap/sempurna, berbentuk kristal. Kandungan kadar
N 14%, P2O5 12%,
K2O 14% dan
Mg 1% dan
unsur-unsur hara mikro lainnya yang melengkapi yaitu: Mn, Bo, Cu, Co,
Zn, serta Aneurine (sejenis hormone tumbuh). Masudal (2004) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa perlakuan kosentrasi
pupuk organik meningkatkan
jumlah anakan saat panen, bobot kering polong cipo/tanaman
dan bobot kering polong cipo/3,6m.
Fitama (2003)
juga menyimpulkan bahwa
perlakuan waktu aplikasi
tidak menunjukkan pengaruh yang
nyata terhadap semua
peubah vegetative dan peubah
generative tanaman kedelai
yang diamati. Perlakuan
kosentrasi secara umum berpengaruh
nyata terhadap produksi
kedelai, terdapat pengaruh
nyata perlakuan kosentrasi terhadap
peubah jumlah polong isi,
berat 100 butir,
dan bobot biji kering per petak. Interaksi perlakuan waktu aplikasi dan
konsentrasi pupuk daun organic
berpengaruh nyata terhadap
peubah bobot kering brangkasan pada
umur 6 MST
sedangkan pada peubah-peubah
lain tidak berpengaruh nyata.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan penanaman ubi jalar
dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal :
08 Oktober
s/d 22 Desember 2016
Tempat :
Areal lahan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Waktu Kegiatan :
06.30 sampai dengan selesai.
3.2. Bahan dan Alat
1.
Bahan
Stek
bibit ubi jalar Varietas B.1, Pupuk kandang
dan Pupuk NPK Mutiara.
2. Alat
Adapun
peralatan yang kami gunakan dalam praktikum tersebut adalah Ember, Cangkul, Sabit,
Tali raffia/tambang, Ajir, meteran , Alat tulis, Pisau/cutter, Mistar
3.3.
Tahapan
Pelaksanaan Praktikum
1. Membersihkan
gulma pada areal penanaman dengan cara manual
2. Setelah
gulma dibersihkan secara manual oleh alat pertanian pengolahan lahan dengan hand
traktor dan mencangkul tanah supaya gembur
3. Setelah
areal lahannya diolah dengan maksimal maka dibentuklah gludukan
4. Bedengan
yang sudah sedikit gembur dengan air maka persiapan penanaman bibit ubi jalar
varietas B 1. Sebelum ditanam memberikan pupuk kandang terlebih dahulu dan Penyulaman
dilakukan maksimal 2 minggu setelah tanam, agar tidak terjadi perbedaan
pertumbuhan yang terlalu mencolok antara tanaman asli dan hasil sulaman
5. Penyiangan
dilakukan setiap minggu saat terlihat gulma yang tumbuh di sekitar tanaman kedelai.
Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh
dengan tangan..
3.4
Parameter Pengamatan
Pengamatan terhadap parameter pertumbuhan dilakukan sebanyak 1 kali
yaitu tiap umur 1 minggu setelah tanam sampai 8 Mst , sedangkan untuk parameter
hasil dilakukan pada saat panen. Adapun peubah yang diamati adalah sebagai
berikut:
- Panjang tanaman/PT (cm), diamati mulai pangkal batang hingga pangkal daun tertinggi.
- Jumlah daun / JD (helai), dihitung semua daun yang terbentuk.
- Jumlah cabang / JC.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tabel Hasil Praktikum
Pengamatan :
1 mst
|
||||
Tanaman
|
Ubi Jalar (V.B,1)
|
|||
Panjang T
|
Jml Daun
|
Jml C. Daun
|
Jml Bunga
|
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
1
|
12
|
3
|
-
|
-
|
2
|
9
|
3
|
-
|
-
|
3
|
12
|
7
|
-
|
-
|
4
|
12.5
|
9
|
-
|
-
|
5
|
11
|
4
|
-
|
-
|
6
|
13
|
8
|
-
|
-
|
7
|
13
|
5
|
-
|
-
|
8
|
14
|
6
|
-
|
-
|
9
|
14
|
6
|
-
|
-
|
10
|
11.5
|
4
|
-
|
-
|
Rata rata
|
12.2
|
5.5
|
-
|
-
|
Pengamatan :
2 mst
|
||||
Tanaman
|
Ubi Jalar (V.B,1)
|
|||
Panjang T
|
Jml Daun
|
Jml C. Daun
|
Jml Bunga
|
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
1
|
14.5
|
5
|
-
|
-
|
2
|
10
|
7
|
-
|
-
|
3
|
15
|
7
|
-
|
-
|
4
|
15
|
14
|
-
|
-
|
5
|
15
|
7
|
-
|
-
|
6
|
17
|
15
|
-
|
-
|
7
|
18
|
9
|
-
|
-
|
8
|
16.5
|
8
|
-
|
-
|
9
|
18
|
10
|
-
|
-
|
10
|
13
|
5
|
-
|
-
|
Rata rata
|
15.2
|
8.7
|
-
|
-
|
Pengamatan :
3 mst
|
||||
Tanaman
|
Ubi Jalar (V.B,1)
|
|||
Tinggi
|
Jml Daun
|
Jml C. Daun
|
Jml Bunga
|
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
1
|
21
|
20
|
-
|
-
|
2
|
20
|
25
|
-
|
-
|
3
|
26
|
25
|
-
|
-
|
4
|
28
|
24
|
-
|
-
|
5
|
34
|
45
|
-
|
-
|
6
|
35
|
25
|
-
|
-
|
7
|
24
|
23
|
-
|
-
|
8
|
25
|
31
|
-
|
-
|
9
|
16
|
9
|
-
|
-
|
10
|
15
|
11
|
-
|
-
|
Rata rata
|
24.4
|
23.8
|
-
|
-
|
Pengamatan :
4 mst
|
||||
Tanaman
|
Ubi Jalar (V.B,1)
|
|||
Panjang T
|
Jml Daun
|
Jml C. Daun
|
Jml Bunga
|
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
1
|
33
|
35
|
-
|
-
|
2
|
53
|
48
|
-
|
-
|
3
|
44
|
52
|
-
|
-
|
4
|
46
|
51
|
-
|
-
|
5
|
57
|
60
|
-
|
-
|
6
|
35
|
48
|
-
|
-
|
7
|
40
|
50
|
-
|
-
|
8
|
42
|
49
|
-
|
-
|
9
|
18
|
10
|
-
|
-
|
10
|
29
|
28
|
-
|
-
|
Rata rata
|
39.7
|
43.1
|
-
|
-
|
Pengamatan :
5 mst
|
||||
Tanaman
|
Ubi Jalar (V.B,1)
|
|||
Panjang T
|
Jml Daun
|
Jml C. Daun
|
Jml Bunga
|
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
1
|
38
|
63
|
4
|
-
|
2
|
50
|
78
|
3
|
-
|
3
|
55
|
77
|
4
|
-
|
4
|
45
|
79
|
5
|
-
|
5
|
69
|
88
|
5
|
-
|
6
|
57
|
73
|
4
|
-
|
7
|
53
|
75
|
6
|
-
|
8
|
55
|
76
|
5
|
-
|
9
|
30
|
73
|
1
|
-
|
10
|
57
|
58
|
3
|
-
|
Rata rata
|
50.9
|
74
|
4
|
-
|
Pengamatan :
6 mst
|
||||
Tanaman
|
Ubi Jalar (V.B,1)
|
|||
Panjang T
|
Jml Daun
|
Jml C. Daun
|
Jml Bunga
|
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
1
|
82
|
98
|
4
|
-
|
2
|
110
|
81
|
5
|
-
|
3
|
87
|
78
|
5
|
-
|
4
|
80
|
80
|
5
|
-
|
5
|
100
|
90
|
5
|
-
|
6
|
81
|
86
|
4
|
-
|
7
|
79
|
79
|
7
|
-
|
8
|
100
|
80
|
7
|
-
|
9
|
30
|
60
|
1
|
-
|
10
|
69
|
68
|
4
|
-
|
Rata rata
|
81.8
|
80
|
4.7
|
-
|
Pengamatan :
7 mst
|
||||
Tanaman
|
Ubi Jalar (V.B,1)
|
|||
Panjang T
|
Jml Daun
|
Jml C. Daun
|
Jml Bunga
|
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
1
|
83
|
99
|
5
|
-
|
2
|
111
|
80
|
6
|
-
|
3
|
87
|
79
|
6
|
-
|
4
|
80
|
83
|
6
|
-
|
5
|
100
|
92
|
5
|
-
|
6
|
82
|
87
|
5
|
-
|
7
|
79
|
79
|
7
|
-
|
8
|
101
|
80
|
7
|
-
|
9
|
31
|
60
|
1
|
-
|
10
|
69
|
68
|
5
|
-
|
Rata rata
|
82.3
|
80.7
|
5.3
|
-
|
Pengamatan :
8 mst
|
||||
Tanaman
|
Ubi Jalar (V.B,1)
|
|||
Panjang T
|
Jml Daun
|
Jml C. Daun
|
Jml Bunga
|
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
1
|
100
|
110
|
6
|
-
|
2
|
120
|
90
|
6
|
-
|
3
|
96
|
87
|
6
|
-
|
4
|
93
|
93
|
6
|
-
|
5
|
120
|
99
|
5
|
-
|
6
|
90
|
98
|
5
|
-
|
7
|
89
|
88
|
7
|
-
|
8
|
123
|
89
|
7
|
-
|
9
|
0
|
0
|
0
|
-
|
10
|
80
|
80
|
6
|
-
|
Rata rata
|
91.1
|
83.4
|
5.4
|
-
|
Pertumbuhan
tanaman ubi jalar dapat dilihat pada tabel dan grafik diatas bahwa pengamatan
dilakukan setiap minggu pada sepuluh sampel tanaman ubi jalar yang sudah
dipilih untuk dijadikan sampel pengamatan, perkembangan tanaman ubi jalar yang
diamati adalah Panjang Tanaman (PT), jumlah daun (JD), sedangkan untuk Jumlah
Cabang (JC) pada pengamatan minggu pertama sampai minggu ke empat masih belum
terlihat pada tanaman adanya cabang sehingga data belum dapat dimasukan pada
tabel dan grafik pengamatan. dan terlihat pada grafik pengamatan bahwa Panjang
Tanaman (PT) yang tertinggi yaitu pada pengamatan 5 mst rata-rata 50.9 ke 81.8
6 mst ada penambahan 30.9 cm, sedangkan tanaman ubi jalar yang terendah adalah
pada tanaman sampel 6 mst dengan rata 81.8 ke 82.3 7 mst hanya 0.5 prosentase
penambahannya.
Selanjutnya
jumlah daun (JD) rerata kenaikan terbanyak padan 4 mst dengan rerata 43.1 ke 74
5 mst hal ini ada penambahan 30.9. Kemudian re rata paling sedikit terdapat
pada 6 mst yaitu rerata 80 ke 80.7 7 mst kenaikan tersebur hanya 0.7. Sedangkan
pada jumlah cabang (JC) rerata yang paling banyak 5 mst rerata 4 ke 4.7 6 mst
kenaikan rerata 0.7 lalu jumlah daun yang paling sedikit adalah 7 mst 5.3
reratanya naik ke 8 mst dengan rerata 5.4 dengan penamabahan 0.1. Dari beberapa
pengamatan jumlah cabang yang tidak begitu seignifikan meningkat adalah jumlah
cabang dan yang paling meningkat setiap minggunya yaitu panjang tanaman dan
rata-rata semua tanaman mengalami peningkatan.
4.2. Pembahasan
1. Syarat tumbuh
Iklim pada lokasi praktikum penanam
ubi jalar sangat cocok dilihat dari adanya musim kemarau dan musim hujan,
dengan penyinaran 11-12 Jam/hari dimana tanaman ubi jalar dapat ditanam di
daerah dengan curah hujan antara 500-5000 mm/tahun, sedangkan untuk optimalnya
antara 750-1.500 mm/tahun. dan dilihat dari suhu pada lokasi tersebut yang
dalam kisaran 21-27 derajat C, sedangkan Tanaman ubi jalar sendiri
membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Dengan daerah yang paling ideal
untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27 derajat C.
Daerah lokasi praktikum juga
mempunyai ketinggian tempat masih dibawah 500 mdpl yaitu dalam kisaran 200 mdpl
sehingga sangat cocok untuk meningkatkan hasil produksi tanaman ubi jalar
karena umur panen menjadi pendek berbeda dengan daerah yang mempunyai
ketinggian tempat diatas 500 mdpl maka umur panen akan menjadi lebih panjang
sehingga akan mempengaruhi tingkat hasil produksi tanaman ubi jalar.
2. Media Tanam
a.
Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan
ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak
mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Pada lokasi praktikum
di areal tanah milik STPP Bogor adalah sangat cocok untuk usaha budidaya
tanaman ubi jalar karena teksur dan keadaan tanah lokasi tersebut adalah pasir
berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya
baik. Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan
ubi jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas
sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase
yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah
busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.
b. Derajat keasaman tanah adalah
pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan kelembaban tanah yang cukup.
3.
Persyaratan Bibit
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak
secara generatif dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek
pucuk. Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala
penelitian untuk menghasilkan varietas baru sedangkan pada kegiatan praktikum
bibit disiapkan melalui stek pucuk. Persyaratan bibit sebagai berikut :
a. Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar
yang sering dipraktekan adalah dengan stek batang atau stek pucuk. Bahan
tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat
sebagai berikut:Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.
b. Bahan tanaman berumur 2 bulan atau
lebih. Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat,
normal, tidak terlalu subur.
a. Ukuran panjang stekyang digunakan
pada saat praktikum adalah antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya
tidak berakar.
b. Mengalami masa penyimpanan di tempat
yang teduh selama 1-7 hari. Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman
produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui
proses penunasan. Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara
terus-menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi
berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus
diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
4.
Kegiatan Budidaya
1.
Penyiapan Bibit
Tata
cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar adalah sebagai berikut:
a. Memilih tanaman ubi jalar yang sudah
berumur 2 bulan atau lebih, keadaan pertumbuhannya sehat dan normal.
b. Memotong batang tanaman untuk
dijadikan stek pucuk sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan pisau yang tajam,
dilakukan pada pagi hari.
c. Mengumpulkan stek pada suatu tempat,
kemudian buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan yang
berlebihan.
d. Bahan tanaman (bibit) ubi jalar yang
dipilih pada saat praktikum adalah bibit campuran ungu dan putih sebanyak 25
rumpun.
2.
Penyiapan lahan
Pertumbuhan ubi membutuhkan media tumbuh yang gembur,
beraerasi baik dan tidak tergenang. Oleh karena itu, penyiapan lahan dilakukan
sebagai berikut :
1. Tanah diolah terlebih dahulu hingga
gembur, kemudian dibiarkan selama ± 1 minggu, pada kegiatan praktikum ini tanah
sudah dalam keadaan rata dibajak kemudian langsung dibuat parit keliling
terlebih dahulu yang berfungsi untuk drainase air dan memudahkan pengairan pada
saat tanah kering serta untuk mencegah kebanjiran pada lahan karena intensitas
air hujan yang mungkin dapat tinggi dan tahap berikutnya tanah dibentuk
guludan-guludan.
2. Tanah langsung diolah bersamaan
dengan pembuatan guludan-guludan yaitu dengan menumpukan tanah parit sehingga
menjadi guludan dengan tujuan untuk memperbanyak top soil pada guludan, untuk
memperbaiki struktur tanah dan untuk menciptakan drainase dan airase yang baik
serta tempat tumbuhnya umbi, kemudian dibiarkan selama ± 1 minggu. Ukuran
guludan lebar 60 cm, dan jarak antar guludan 100 cm. tinggi 30 cm-40 cm,
3. Penanaman
Sistem tanam ubi jalar dilakukan secara tunggal
(monokultur), bibit ubi jalar yang telah dipilih dan disiapkan dibawa ke lokasi
penanaman dan disimpan di atas guludan sebelum masing-masing dilakukan
penanaman dan satu persatu bibit dibenamkan ke dalam media tanah yang sudah
diberi lubang dengan menusukan ajir ke dalam tanah gulud, batang bibit yang
masuk adalah 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah selanjutnya disiram air.
Ada tiga teknik penanaman stek ubi jalar yaitu :
1.
Tegak
lurus
2.
Miring
3.
Tidur
Pada kegiatan praktikum ini penulis
mendapat perlakuan penanaman ubi jalar dengan cara miring.
4. Cara penanaman
Pemilihan bibit ubi jalar berupa stek pucuk sepanjang 25cm.
Sebelum di tanam jumlah daun stek di kurangi untuk menekan penguapan. kemudian,
Menggemburkan guludan yang telah di buat, Menghitung jarak tanam 25 cm antar
tanaman dengan menggunakan mistar, Stek di tanam dengan posisi miring
menghadap arah matahari di atas guludan dengan 2/3 bagian bibit terbenam dalam
tanah, Setelah stek tanaman ubi jalar di tanam kemudian tanah di sekitarnya
agak dipadatkan.
5. Pemeliharaan
Tanaman
a. Penyulaman
Selama 1 (satu) minggu setelah
ditanam, penanaman ubi jalar diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau
tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam
adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang
baru, dengan menanam sepertiga bagian pangkal setek ditimbun tanah. Penyulaman
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak
terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk
penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
Dalam pengamatan tanaman ubi jalar
di lahan praktek tidak terdapat bibit yang mati atau bibit yang tumbuh
abnormal, semua bibit yang ditanam tumbuh dan daun tanaman dapat tumbuh
rindang.
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan setiap seminggu sekali bersamaan dengan
pengamatan Panjang Tanaman dan Jumlah Cabang. Penyiangan dilakukan dengan cara
membersihkan gulma dengan cangkul dan sabit. Langkah-langkah penyiangan adalah
sebagai berikut :
a) Bersihkan
rumput liar (gulma) dengan sabit atau cangkul secara hati-hati agar tidak
merusak akar tanaman ubi jalar.
b) Gemburkan
tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan, kemudian tanahnya
diturunkan ke dalam saluran antar guludan.
c) Timbunkan
kembali tanah ke guludan semula.
c. Pengepraisan
Pengepraisan dilakukan pada minggu
ketujuh setelah penanaman ubi jalar, pengepraisan adalah Mengambil bagian tanah
di sepanjang sisi guludan dan disimpan di bawah permukaan parit dengan
mengangkat tanaman secara perlahan agar tidak terjadi stres. Maksud dari
pengepraisan adalah agar akar tanaman dapat terkena sinar matahari yang berguna
untuk perkembangan atau pertumbuhan umbi di dalam guludan tersebut, dengan
mengangkat tanaman secara perlahan.
Mengembalikan tanah hasil
pengepraisan ke tempatnya semula (sisi gulud) dilakukan pada minggu ke delapan
setelah penanaman ubi jalar atau satu minggu setelah kegiatan pengepraisan.
d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dua kali
pemupukan pertama dan pemupukan kedua pemupukan pertama dilakukan waktunya pada
minggu ke-1 yaitu sebelum melakukan kegiatan penanaman sedangkan untuk
pemupukan kedua dilakukan waktunya pada minggu ke- 5. Pemupukan kami lakukan
dengan cara di tebar diantara tanaman ubi jalar pupuk yang digunakan adalah NPK
muiara.
e. Pengendalian hama dan penyakit
Kami melakukan pembuangan ulat yang
menyerang daun secara tradisional yaitu dengan mencari daun yang berlobang lalu
membuang ulat tersebut.
f.
Pengairan dan penyiraman
Pengairan dilakukan secara terus
menerus tiap hari jika tidak ada huja namun Jika air hujan yang sudah
memabasahi maka kami tidak menyiram lagi agar tanaman tersebut tidak berlebihan
airya, karena jika terlalu banyak maka tanaman akan jenuh dan menyebabkan layu
kemudian mati apalgi jika terlalu lembab sarang hama dan penyakit semakin
meningkat.
4.3.
Grafik Pertumbuhan Tanaman Ubi Jalar
1. Tinggi Tanaman Ubi Jalar
2. Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar
3. Jumlah Cabang Tanaman Ubi Jalar
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dapat kami simpulkan bahwasanya
dari beberpa pengamatan pada budiday ubi jalar ini adalah tanaman tersebut akan
meningkat apabila perawatan sedemikian rupa kita coba maka tanaman tersebut
menjadi maksmal namun sebaliknya apabila kurang perawatan, kurang dan lebih
airnya itu tidak diperhatikan maka tanaman akan mengalami titik kematian.
Apalgi banyak hama dan penyakit yang menyerang sehingga proses pertumbuhan dan
reproduksi aubi jalar menurun.
Factor yang menjadi makanan tanaman
tersebut yaitu unsur hara dalam tanah mencukupi begitupun air sebagai proses
foto sintesis nantinya akan dsalurkan ke berbagai jaringan.
4.2. Saran
Dalam kegiatan praktikum ini hendaknya mahasiswa peserta praktek dapat
mengikuti serangkaian kegiatan dari awal hingga akhir dari mulai penyiapan
lahan sampai dengan panen sehingga mahasiswa peserta praktek dapat mengetahui
dan menganalisa serta membandingkan hasil produktifitas dari tanaman ubi jalar
baik pada posisi tanam miring ataupun tidur, baik dengan menggunakan varietas
ubi jalar putih, orange, atau campuran yaitu ungu dan putih.
DAFTAR PUSTAKA
Bapelluh_Purbalingga.2013.
Budidaya Ubi Jalar http://epetani.deptan.go.id/berita/budidaya-ubi-jalar-7832. Diakses tanggal 10 Januari 2017.
Ir. H. Rahmat Rukmana - Ubi jalar – Budidaya dan pasca
panen - Yogyakarta : Kanisius - 1997
Juanda
JS Dede dan Cahyono Bambang. 2000. Ubi Jalar Budidaya
dan Analisis Usaha Tani. Kanisus, Yogyakarta.
Lingga, Pinus - Bertanam
ubi-ubian - Jakarta : Penebar wadaya - 1986
Paimin F.R - Potensi 1.000 Jenis Ubi Jalar di Indonesia - Trubus No. 309, Agustus - 1995
Wargiono. J - Budidaya Ubi Jalar - Jakarta : Bhratara - 1989
Pracaya - hama penyakit tanaman - Jakarta : Penebar swadaya - 1993
Soemartono - Ubi jalar - Jakarta : CV. Yasaguna – 19
Paimin F.R - Potensi 1.000 Jenis Ubi Jalar di Indonesia - Trubus No. 309, Agustus - 1995
Wargiono. J - Budidaya Ubi Jalar - Jakarta : Bhratara - 1989
Pracaya - hama penyakit tanaman - Jakarta : Penebar swadaya - 1993
Soemartono - Ubi jalar - Jakarta : CV. Yasaguna – 19
Saeful, Aef. 2011. Ubi Jalar http://aepsaeful.blogspot.com/2011/03/ubi-jalar.html Diakses tanggal 25 Desember 2016.
Sediaoetama,
A. D. 1993. Ilmu Gizi Jilid 1.
Jakarta: Bharata Karya Aksara
Soenarjo,
R. 1984. Potensi Ubi Jalar sebagai Bahan
Baku Gula Fruktosa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Syarief,
R dan A. Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan
Untuk Industri Pertanian. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa
Taufikhurozik.2013.
Budidaya Ketela Rambat/Ubi Jalar http://taufiqurrozik.blogspot.com/2013/05/budidaya-ubi-jalar_13.html Diakses tanggal 27 Desember 2016
Lampiran
Gambar 05: Pembersihan gulma dan pengamatan
|
Gambar
06: Tanaman Ubi Jalar 7 Mst
|
Gambar
02: Pembersihana gulma
|
Gambar
01: Tahap Pengolahan Tanah
|
Gambar 03: Pembuatan Bedengan
|
Gambar 04: Daun ubi jalar terserang hama
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar