BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Pestisida
merupakan semua zat kimia atau bahan
lain termasuk mikroba yang dapat digunakan membrantas hama, pathogen, gulma
pada pertanian, mematikan dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan,
membrantas pengganggu pada hewan, ikan, rumah tangga, bangunan dan lain-lain.
Pada dasarnya,
pestisida digunakan untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit
yang menyerang tanaman agar tanaman dapat berproduksi maksimal. Pestisida yang umumnya digunakan oleh kebanyakan
petani di Indonesia adalah pestisida kimia sintetik. Hal ini dikarenakan
petani menginginkan hasil yang dapat segera terlihat dalam hitungan waktu yang
singkat.
Awal mula
penggunaan pestisida kimia sintetik adalah tahun 1942 yang merupakan awal dari gerakan
revolusi kimia dalam bidang pertanian, dimana pada tahun itu telah berhasil
diciptakan suatu pestisida buatan (sintetis) yang merupakan suatu bentuk
persenyawaan yang memiliki gugus aktif. Pestisida pertama yang dihasilkan
adalah jenis DDT (Dikhloro Difenil Trikhloroetena), dan kemudian diikuti oleh
bermacam-macam jenis lainnya (Palar, 1994).
Seiring
berjalannya perkembangan pestisida, ditemukan berbagai macam pestisida kimia
sintetik yang terbuat dari golongan logam berat seperti tembaga dan belerang.
Logam-logam ini biasanya terdapat di pestisida kimia seperti Bubur Bordeaux dan
bubur California. Pestisida bubur Bordeux dan bubur California dapat
memberantas penyakit khususnya dari golongan fungi dengan cepat. Namun
sayangnya logam-logam berat yang terdapat di bubur Bordeaux dan bubur
California dapat memberikan efek negative tidak hanya bagi hama dan penyakit
tetapi juga bagi manusia dan makhluk lain karena residunya.
1.2 TUJUAN
PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui cara pembuatan pestisida kimia bubur Bordeaux dan bubur
California secara sederhana.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Sejarah penggunaan
pestisida telah diketahui sejak beberapa ribu tahun yang lalu yaitu berupa
racun arsen pada abad kesatu oleh bangsa Yunani dan China. Perkembangan
pestisida khususnya pestisida kimia terjadi pada tahun1867 di Amerika Serikat
yaitu dengan penggunaan zat warna Paris Green untuk mengendalikan Colorado
Potato Beatle. Pada tahun 1939,
DDT diformulasikan di Swiss sebagai racun perut dan racun kontak dan di tahun
1950-an mulai dikembangkan Fungisida captan and glyodin; insektisida
organophosphorous dan malathion. Tahun 1961 DDT didaftarkan untuk 34
jenis tanaman yang penggunaannya meningkat dramatis. Penggunaan pestisida kimia
yang berlebihan ternyata memberikan dampak negative terhadap makhluk hidup dan
ekosistem sehingga pada tahun 1962, Rachel Carson menerbitkan buku Silent Spring,
tentang bahaya pestisida (Anonim,2011).
Pestisida
digolongkan menjadi beberapa bentuk seperti berdasarkan jasad pengganggu, cara
masuknya, formulasi, tempat kerja, dan berdasarkan bahan aktif serta susunan
kimia yang dikandungnya. Fungisida adalah suatu senyawa kimia
atau campuran beberapa senyawa kimia yang dipergunakan untuk
memberantas/mematikan cendawan yang menyebabkan penyakit (Dingra,1981).
Pestisida
untuk mengendalikan cendawan (fungi) menurut efeknya terhadap cendawan sasaran
terdiri atas dua macam. Pertama, senyawa-senyawa yang mempunyai efek
fungistatik, yakni senyawa yang hanya mampu menghentikan perkembangan cendawan.
Cendawan akan berkembang lagi bila senyawa fungistik tersebut hilang. Kedua,
senyawa-senyawa yang mempunyai efek fungitoksik atau efek fungisida (fungicidal
effect), yakni senyawa yang mampu membunuh cendawan (Nene, 1971).
Fungisida dapat
digolongkan menjadi golongan tembaga anorganik, golongan belerang
anorganik dan golongan organik. Golongan Tembaga Anorganik antara lain Bubur Bordeaux (Bordeaux Mixture). Bubur
Bordeaux (BB) dapat kita buat dari terusi, kapur dan air. Terusi ditumbuk
sampai halus, supaya mudah larut di dalam air yang dingin. Kemudian Bubur
Burgundy (Burgundi Mixture), Bubur Cheshunt (Cheshunt Mixture), dan Eau Celeste
(Sky Blue Water). Golongan belerang anorganik antara lain Tepung belerang yang dapat dibuat dari belerang Lumpur
dan belerang cirrus. Kedua, Bubur California yang peroleh dengan jalan merebus
belerang dan kapur hingga terbentuk cairan berwarna coklat karat. Dan yang
ketiga adalah Belerang Basah (wettable sulfure). Fungisida ini berbentuk pasta
belerang atau tepung belerang yang terdiri dari unsure belerang murni, sehingga
pengaruh kerusakan terhadap tanaman dapat lebih dikurangi lagi (Triharso, 2004).
BAB III
METODOLOGI
3.1 TEMPAT DAN WAKTU
Tempat pelaksanaan praktikum di lab biologi UNITRI Malang, pada tanggal 26 April 2016
3.2 ALAT DAN BAHAN
·
Alat :
Adapun alat yang
digunakan dalam praktikum ini Sendok, Masker,Timbangan analitis, Beker glas
Kompor Buku dan alat tulis
·
Bahan :
Bubur Bordeaux
Terusi :
15 gr CuSO4
Kapur tohor : 15
gr CaO
Aquades : 100 ml
Kertas lakmus
Bubur California
kapur tohor CaO :40
gr
Blerang S :
20 gr
Aquades :200
ml
Sabun cair
Kertas lakmus
3.3
METODE PELAKSANAAN
Adapun cara kerja pada
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Bubur Bordeaux
a.
Dipanaskan 100 ml air sampai mendidih
b.
Dimasukkan tembaga
sulfat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai tercampur.
c.
Setelah tercampur,
dimasukkan kapur tohor sedikit demi sedikit sampai tercampur rata dan berubah
warna, diangkat dan didinginkan sampai larutan mengendap.
d.
Setelah didinginkan,
kemudian diukur pH larutan bubur dengan kertas lakmus.
2.
Bubur California
a.
Dipanaskan 200 ml air sampai mendidih
b.
Dimasukkan belerang
sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai dan ditambahkan sabun cair agar
belerang larut.
c.
Setelah tercampur,
dimasukkan kapur tohor sedikit demi sedikit sampai tercampur rata dan berubah
warna, diangkat dan didinginkan sampai larutan mengendap.
d. Setelah
didinginkan, kemudian diukur pH larutan bubur dengan kertas lakmus.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Gambar 02: Bubur Deaux
dan Bubur California yang sudah dikocok
|
Gambar 01: Bubur Deaux
dan Bubur California yang didiamkan beberapa jam
|
No.
|
Perubahan
|
Bubur Bordeaux
|
Bubur California
|
1.
|
Warna
|
Hijau Toska
|
Kuning keruh
|
2.
|
pH
|
<5
|
>8
|
v Bubur
Bordeaux yang semula berwarna biru cerah berubah warna menjadi hijau toska
setelah dicampurkan dengan kapur tohor dan pH <5.
v Belerang
yang tidak dapat larut di dalam air setelah diteteskan beberapa tetes sabun
cair, dapat terlarut dan warnanya kuning cerah. Setelah dicampurkan dengan
kapur tohor, warnanya berubah menjadi kuning keruh.
4.2.
PEMBAHASAN
Fungisida
adalah senyawa yang digunakan untuk memberantas fungi yang mengganggu tanaman.
Mekanisme fungisida yang digunakan untuk penanggulangan penyakit pada umumnya
adalah dengan menghambat perkecambahan, pertumbuhan, dan perkembangbiakan atau
sekaligus membunuh pathogen. Bubur Bordeaux dan bubur California merupakan fungisida yang telah
lama dikenal dan digunakan di berbagai negara.
Fungisida yang telah lama dikenal yaitu
Bubur Bordeaux (Bordeaux mixture, Boullie Bordelaise) tergolong dalam senyawa
tembaga yaitu campuran dari larutan sulfat tembaga (terusi) dengan larutan
kapur. Mengenai Perbandingannya tergantung dari macamnya tanaman yang akan disemprot.
Fungisida ini bersifat sistemik, multisite inhibitor, dan aktivitasnya terbatas
untuk menghambat spora sehingga harus diaplikasikan sebelum spora berkecambah.
Bubur Bordeaux tradisional berbentuk
suspensi koloidal berwarna biru langit dan jika diendapkan akan membentuk
endapan sedangkan Bubur Bordeaux
komersial berbentuk tepung halus berwarna biru. Untuk mengurangi sifat
fitotoksiknya maka dapat diadakan dengan jalan mempertinggi perbandingan kapur
terhadap tembaga. Tapi jika pemberian kapur ini agak terlalu banyak, maka daya
toksisitasnya terhadap cendawan akan berkurang.
Bubur Bordeaux yang dibuat saat praktikum
berwarna hijau toska dari semula berwarna biru langit setelah ditambahkan kapur
tohor. pH dari larutan bubur ini setelah diendapkan adalah <5 yang
mengindikasikan bahwa bubur Bordeaux tersebut bersifat masam.
Walaupun terdapat banyak kebaikan dari
fungisida ini diantaranya dapat dipergunakan untuk banyak macam penyakit, dapat
dibuat sendiri dari bahan-bahan yang murah didapat, mempunyai daya lekat yang
tinggi tapi selain itu terdapat pula kekurangan-kekurangannya seperti merusak
alat-alat semprotan, harus hati-hati dalam pembuatannya jangan sampai merusak
tanaman jika sudah dibuat harus segera dipakai dan jangan sampai disimpan lama
dan sedapat mungkin jangan dipergunakan untuk menyemprot daun atau buah-buahan
yang biasa dimakan, karena tembaga berbahaya pada manusia.
Dengan merebus
kapur dan belerang, maka akan terjadilah Lime sulfur yang juga disebut Bubur
California atau Self-boiled Lime sulfur (Bubur California yang masak sendiri)
atau Dry lime sulfur (Bubur California yang kering). Menurut Nene (1971),
Kandungan belerang pada fungisida kapur-belerang dapat bertindak sebagai
akseptor hydrogen dala sistem metabolisme yang bekerja dengan cara mengganggu
sistem hidrogenasi dan dehidrogenasi normal dalam sel. Fungisida kapur-belerang
juga mengeluarkan uap yang mampu menghambat perkecambahan konidia cendawan.
Pada bubur
California yang dibuat saat praktikum, didapatkan pH sebesar 9 karena penambahan
sabun cair yang bersifat basa sehingga menaikkan pH larutan dari yang semula
netral menjadi basa.
Bubur California ini disamping memiliki efek fungisida juga memiliki efek
insektisida, hanya bubur ini merupakan obat keras yang dapat merusakkan alat
serta berbahaya bagi manusia; di samping itu penggunaan bubur California jangan
diaplikasikan saat cuaca panas karena akan dapat membakar bagian tanaman yang
disemprot.
Fungisida tersebut dipergunakan untuk menanggulangi penyakit seperti
antraknose, tepung, kudis pada apel dan sebagainya.
Pada saat ini, bubur Bordeaux dan
bubur California sudah tidak digunakan lagi karena sangat berbahaya bagi
manusia karena efek residu yang ditimbulkannya.
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Bubur
Bordeaux memiliki pH <5 sedangkan bubur California memiliki pH >8.
2. Bubur
Bordeaux terbuat dari campuran tembaga dan kapur tohor sedangkan bubur
California terbuat dari campuran belerang dan kapur tohor.
3. Bubur California disamping memiliki efek fungisida juga
memiliki efek insektisida.
4. Fungisida
bubur Bordeaux dan bubur California tidak boleh digunakan lagi karena
mrngandung logam berat dan efek residunya dapat membahayakan makhluk yang
mengkonsumsi tanaman yang menggunakan fungisida tersebut.
5.2. SARAN
1.
Sebaiknya para
petani dan pencinta tanaman jangan terlalu banyak menggunkan pestisida ini
dikarenakan banyak residu yang terkandung didalamnya.
2.
Berhati-hati
dalam menggunakan pestisida kimia ini
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Petrogenol-800-l. (ONLINE). (http://www.bersamakitaserasi.com/content/ petrogenol-800-l, diakses pada tanggal 10
Mei 2016).
Anonim. Furadan-3-gr. (ONLINE). http://www.bersamakitaserasi.com/content/furadan-3-gr, diakses pada tanggal 10
Mei 2016).
Anonim. Bubur california. (ONLINE). http://citruscentre.blogspot.com/2009/03/bubur-california.html, diakses pada tanggal 10
Mei 2016).
Anonim.(ONLINE).http://tokopioneermart.com/wp-content/uploads/2010/11/22225x300.jpg, diakses pada tanggal 10
Mei 2016).
Anonim.Ridomil Gold MZ 4/64 WG.(ONLINE). http://www.tokokimia.com/fungisida/item/ ridomil
-gold-mz-464-wg.html, diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
Anonim. Ridomil Gold MZ
4/64 WG. (ONLINE). http://bersamakitaserasi.
com/content/ridomil-gold-mz-464-wg, diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
Anonim. (ONLINE).http://www.toko-kimia.com/insektisida/item/crash-480-as-copy.html,
diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
Anonim. Curacron 500 EC. (ONLINE).http://www.bersamakitaserasi.com/content/curacron-500-ec,
diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
Anonim. Decis 25 EC.
(ONLINE).http://www.bersamakitaserasi.com/content/decis-25-ec,
diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
Anonim.(ONLINE).http://www.lembahpinus.com/index.php?option=comcontent&task=view
&id=180&Itemid=82, diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar