Hama Penyakit Tanaman Mangga
(Mangifera
indica)
A. Hama
1.
Rhytidodera simulans White
Serangga hama ini dikenal dengan
penggerek batang mangga atau a trunk borer of mango, termasuk Ordo
Coleoptera, famili Cerambycidae dan ditemukan diseluruh Indonesia.
Biologi Hama
Telurnya diletakkan pada kulit
cabang/batang mangga dan seekor serangga betina dapat inenghasilkan teiur
sebanyak 160 butir. Larva masuk kedalam cabang/batang melalui lubang bekas
gigitan semut atau menembus bagian lunak disisi tunas. Kemudian larva menggerek
cabang/batang dengan membuat lorong kebagian tangkai sebagai tempat tinggalnya.
Gerekannya menyebabakan pembuluh kayu rusak dan larva akan tetap di dalam
cabang sampai stadia pupa. Begitu menjadi dewasa kumbang tersebut keluar dari
cabang/batang.
Gejala Serangan
Pohon mangga yang terserang
kumbang ini coronanya tidak teratur dan keriput karena terus-menerus terjadi
pematahan dahan. Dalam tahap yang parah, cabang utama rusak. Pada cabang yang
patah terdapat bukit patahan yang berbentuk cincin dengan lubang ditengahnya.
Cacat ini sangat khas pada kerusakan pada kumbang hama ini. Cacat lain seperti
terdapatnya cabang-cabang dengan lubang kecil yang terusun seperti cincin,
lubang cincin itu tempat mengeluarkan kotorannya dan tepung kayu.
Serangan kumbang tersebut
dimulai pada cabang yang kecil kemudian berlanjut pada cabang yang besar.
Dengan cara ini adakalanya sanlpai cabang utamanya. Jika larvanya masih muda
maka serangannya kerap kali sangat sukar untuk dilihat. Lorong-lorong biasanya
terdapat dibagian tengah cabang dan berwarna hitam karena terdapat lubang
pembuang kotoran dan tepung kayu maka lorong-lorong tersebut bersih. Setelah
tidak terpakai lorong-lorong itu kerap kali dihuni semut hitam.
Pengandalian
Pengendalian serangga ini dilakukan dengan :
a.
Untuk pohon mangga yang tidak terlalu tinggi maka bagian tanaman yang daunnya
tampak layu dipangkas sebatas bagian yang kayunya sehat. Bekas pangkasannya
dikumpulkan kemudian dibakar agar telur, larva yang terdapatnya didalamnya
mati,
b.
Apabila lubang gerekan ditemukan, lubang ini disumbat dengan kapas yang sudah
dicelup Insektisida atau disumbat pasak bamboo atau penyumbat lain,
c.
Konservasi parasitoid telur yang dapat menekan populasi penggerek itu adalah Promuscidae,
Anagyrus sp., dan eupelmus sp., yang menyerang telur 30-40 %.
d.
Apabila pohon mangga belum terlalu tinggi biasa dilakukan penyemprotan
insektisida secara rutin seperti insektisida diazinon, karbaril. Apabila pohon
mangga sudah tinggi dilakukan injeksi insektisida granular.
2.
Chlumetia transversa Wlk
Ulat ini dikenal dengan ulat
penggerek pucuk mangga mango shot caterpilar, termasuk Ordo Lepidoptera,
famili Noctuidae dan ditemukan di Jawa, Bali dan Sulawesi.
Gejala Serangan
Ngengat betina meletakkan telur
pada tunas/bunga mangga. Setelah telur menetas, larva menggerek pucuk tanaman
sehingga disekeliling lubang gerek ditemukan kotoran bercampur gerekan yang
meleleh dari dalam lubang. Apabila ranting dibelah akan tampak bagian dalam
yang sudah rusak berupa lorong yang memanjang dan berisi kotoran yang berwarna
hitam. Setelah tidak terpakai lorong-lorong tersebut kerap kali dihuni oleh
semut hitam. Akibat serangan ulat ini pucuk tanaman mangga menjadi layu dan
kering.
Pengendalian
Pengendalian serangga ini
dilakukan dengan memangkas pucuk yang terserang. agar penggerek tidak menjalar
lebih jauh kebagian pangkal/ranting. Pemangkasan itu akan membuat larva aktif
yang masih terdapat di dalamnya. Pangkasannya dibakar agar larva mati.
3.
Noorda albizonallia Hps
Ulat hama ini dikenal dengan
ulat pengerek buah mangga atau a red banded borer of mango, termasuk
Ordo Lepidoptera, famili Pyralidae yang ditemukan di Jawa, Kalimantan.
Biologi Hama
Ngegat betina meletakkan telur
pada buah mangga yang masih muda setelah 4-5 hari telur menetas dan ulat
menggerek buah mangga. Ulat tinggal dalam buah mangga selama 14 hari sambul
terus merusak buah mangga. Apabila ulat sudah siap untuk menjadi pupa, ulat
masuk kedalam tanah. Stadium pupa berkisar 13 – 14 hari dan sikus hidup 40
hari. Kerusakan yang disebabkan oleh penggerek hama ini sebesar 1,45%. Tanaman
inangnya mangga.
Gejala Serangan
Buah yang terserang umumnya buah
yang masih muda, buah mangga berlubang-lubang dan disekitarnya terdapat kotoran
bercampur bekas gerekan yang meleleh dari dalam.
Pengendalian
Pengendaian serangga hama ini
dilakukan dengan pembungkusan buah muda satu-persatu sebelum serangga betina
meletakkan telur. Buah yang berjatuhan dikumpulkann sebelum ulatnya masuk kedalam
tanah demikian pula buah yang masih di pohon tetapi telah diserang ulat
sebaiknya dipetik toh akhirnya jatuh Buah dikumpulkan dibakar agar ulatnya
mati.
.
4.
Dacus dorsalis Hend.
Lalat buah ini dikenal dengan
Oriental fruit fly, termasuk Ordo Diptera, famili Tephritidae dan ditemukan
diseluruh Indonesia. Inangnya tanaman belimbing, pisang, jeruk, cabai dan
lain-lainnya.
Bilogi Hama
Lalat betina meletakkan telur
didalam jaringan kulit buah mangga dengan jalan menusukkan ovipositornya. Akibatnya
pada buah mangga tampak titik hitam. Disekitar titik tersebut menjadi kering,
coklat dan akhirnya Buah busuk. Pada buah mangga yang terserang biasanya
ditemukan lubang kecil di tengahnya. Apabila dibelah, ditemukan ulat atau
belatung kecil dan akan meloncat bila tersentuh. Buah yang terserang kemudia
jatuh. larva masuk kedalam tanah, untuk selanjunya berkembang menjadi pupa.
Setelah sekitar 10 hari, pupa berkembang menjadi lalat dewasa. Siklus hidupnya
23-26 hari.
Pengandalian
Pengendalian serangga ini dilakukan dengan:
a.
Pembungkusan buah mangga yang masih kecil dengan kantung pembungkus dari
plastik. Pembungkusnya dilubangi dibagian pojok kanan, pojok kiri dan tengah.
Maksudnya agar air hujan yang masuk atau air siraman yang tertampung bisa
keluar dari plastik.
b.
Penggunaan methyl eugenol. Methyl eugenol merupakan senyawa organik mirip
feromon yang dikeluarkan oleh lalat betina.
c.
Pencangkulan tanah dibawah pohon mangga tersebut agar larva yang akan membentuk
pupa atau pupa yang sudah terdapat didalam tanah itu tercangkul/terkena sinar
matahari dan mati.
B. Penyakit
1.
Penyakit Antraknose (Colletotrichum sp.)
Gejala Serangan
Terjadi bintik-bintik hitam pada flush,
daun, malai dan buah. Serangan menghebat jika terlalu lembab, banyak awan,
hujan waktu masa berbunga dan waktu malam hari timbul embun yang banyak.
Apabila bunganya terserang maka seluruh panenan akan gagal karena bunga menjadi
rontok.
Pengendalian
Pengendalian penyakit ini dapat
dilakukan dengan pemangkasan, pengeturan penanaman jangan terlalu rapat, bagian
tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar.
2. Penyakit
Recife, Diplodia recifensis
Penyakit ini disebut juga Blendok, vektor
penyakit ini adalah kumbang Xyleborus affinis.
Gejala Serangan
Kumbang Xyleborus affinis membuat
terowongan di batang/cabang kemudian dan cendawan Diplodia masuk ke
dalam terowongan. Di luar tempat kumbang menggerek akan keluar blendok (getah).
Penyakit mangga lainnya seperti embun jelaga (jamur Meliola mangiferae),
kudis/scab (Elsinoe mangiferae), bercak karat merah (ganggang Cephaleuros
sp.)
Pengendalian
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan memotong bagian tanaman yang sakit. Lubang terowongan yang dibuat oleh
kumbang di tutupi dengan kapas yang telah dicelupkan kedalam insektisida.
Hama Penyakit
Tanaman Apel
A. Hama
1. Kutu Daun Hijau (Aphis
pomi Geer)
Gejala Serangan
Gejala serangan hama ini bermula
menghambat pembungaan dan bila berbuah mengakibatkan buah-buah muda gugur atau
menurunkan mutu/kualitas buah. Pada serangan hebat mengakibatkan tidak terjadi
pembuahan.
Pengendaliannya:
a. Secara biologis, dengan menggunakan
musuh alami seperti Coccinellidae dan Lycosa.
b. Secara kultur teknis, dengan sanitasi
kebun dan pengaturan jarak tanam.
2. Tungau atau Spider mite
atau Cabuk Merah (Panonychus ulmi)
Gejala Serangan
Gejala serangan pada buah mengakibatkan
bercak coklat pada kulit buah apel.
Pengendalian
a. Secara biologis, dengan menggunakan
musuh alami seperti Coccinellidae dan Lycosa.
b. Secara kimia, dengan menggunakan pestisida
seperti Omite 570 EC sebanyak 2 cc per liter air setiap 2 minggu sekali pada
awal peningkatan jumlah hama, yaitu apabila ditemukan 8 ekor kutu per daun.
3. Thrips
Gejala Serangan
Gejala serangan pada buah yang masih
sangat muda dan timbul bekas luka berwarna coklat keabu-abuan.
Pengendalian
a. Secara biologis, dengan menggunakan
musuh alami seperti Coccinellidae dan Lycosa.
4. Lalat Buah (Rhagoletis
pomonella)
Gejala Serangan
Larva memakan daging buah yang
mengakibatkan buah menjadi benjol-benjol, timbul lubang-lubang, dan akhirnya
membusuk.
Pengendalian
a. Secara kultur teknis, dengan
membungkus buah.
b. Selain itu dapat juga digunakan perangkap
lalat buah jantan dengan menggunakan Methyl Eugenol (0,1 cc) yang diteteskan
pada kapas yang telah diberi insektisida pada wadah botol plastic bekas tempat
minum yang dipasang disekitar kebun.
c. Untuk mengetahui ada atau tidak ada
lalat dalam kebun dapat digunakan perangkap kuning (yellow traps).
B. Penyakit
1. Embun Tepung atau
Powdery Mildew (Podosphaera leucoticha)
Gejala Serangan
Gejala serangan pada buah muda berwarna
kecoklatan dan pada buah tua warna kulit menjadi coklat muda/seperti sawo.
Pengendalian
a. Secara kultur teknis, dengan
membersihkan rumput di sekitar tanaman dan memotong bunga atau buah muda yang
terinfeksi, dikumpulkan kemudian dibakar.
b. Secara kimia, dengan fungisida seperti
dinokap/Karathane ukuran 4 gram per liter, quinometionat/Morestan ukuran 1 gram
per liter apabila ada serangan 5 % dari jumlah daun. Penyemprotan setelah
defoliasi (pengguguran daun) sampai tunas berumur 4 – 5 minggu dengan jarak 7
hari.
2. Bercak Daun (Marssonina
coronaria J.J. Davis)
Gejala Serangan
Gejala serangan pada daun yang berumur 4-6
minggu setelah perompesan (pemotongan ranting dan daun yang tidak produktif).
Mulanya pada daun timbul bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan
atas timbul titik hitam, dimulai dari daun tua, daun muda hingga seluruh bagian
gugur.
Pengendalian
a. Secara kultur teknis, mengatur jarak
tanam tidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan dibakar.
b. Secara kimia, yaitu menyemprot fungisida
Agrisan 60 WP ukurannya 2 gram per liter air, dosis 1000 – 2000 gram per hektar
sejak 10 hari setelah rompes dengan jarak waktu (interval) seminggu. Selain itu
dapat juga menggunakan Delseme MX 200 ukurannya 2 gram per liter air, Henlate
0,5 gram per liter air sejak umur 4 hari setelah rompes dengan jarak waktu 7
hari hingga 4 minggu.
3. Jamur Upas (Cortisium
salmonicolor Berk et Br)
Gejala Serangan
Gejala serangan meliputi 4 stadium, yaitu:
1. Stadium laba-laba: jamur membentuk
miselium tipis menyerupai sarang laba-laba dan belum menembus jaringan;
2. Stadium bongkol: miselium jamur mulai
membentuk hifa dan menginfeksi kulit;
3. Stadium Cortisium: jamur membentuk kerak
berwarna merah jambu dan makin tua berubah warna menjadi lebih muda atau putih.
Pada fase ini infeksi sudah parah dan pada kulit kayu di bawah kerak telah
membusuk dan mongering;
4. Stadium Necator: jamur membentuk
bulatan-bulatan kecil berwarna merah tua, bagian pinggiran busuk dan mongering.
Pengendalian
a. Secara kultur teknis, dengan
membersihkan rumput dan mengurangi kerimbunan tajuk, mengurangi kelembaban
kebun.
b. Menghilangkan bagian tanaman yang
sakit dan lukanya ditutup dengan obat penutup luka.
c. Secara kimia, dengan
menyemprotkan/menyaput dengan kapur tohor ditambah fungisida (Copper Sandoz
atau Derosal 60 WP setelah perompesan dengan ukuran 2 gram per liter air).
4. Kanker (Botryosphaeria
Sp.)
Gejala Serangan
Gejala serangan pada buah di kebun maupun
di gudang panen. Bermula buah timbul bercak coklat kecil, membusuk, meluas
hingga seluruh buah melembung dan busuk berair serta warna kulit buah menjadi
pucat.
Pengendalian
a. Secara kultur teknis, dengan memetik
buah tidak terlalu masak.
b. Secara kimia, yaitu menyemprot pada
tanaman sehat dengan fungisida seperti Difoliatan 4F (ukuran 100 cc per 10
liter air), Copper Sandoz, Benomyl (ukuran 0,5 gram per liter air) dan Antracol
70 WP (ukuran 2 gram per liter air).
5. Busuk Buah (Gloeosporium
Sp.)
Gejala Serangan
Gejala serangan pada buah di kebun maupun
di gudang panen. Mula-mula timbul bercak kecil kehijau-hijauan, membusuk,
berbentuk bulat, selanjutnya bercak berubah wanca menjadi coklat dan terdapat
bintik-bintik berwarna hitam. Pada akhirnya warna buah menjadi oranye.
Pengendalian
a. Secara kultur teknis, dengan memetik
buah tidak terlalu masak. Kemudian menanam varietas yang tahan penyakit ini,
yaitu varietas Manalagi.
b. Secara kimia, dengan menyemprotkan
fungisida pada tanaman atau apabila buah akan disimpan dicelupkan terlebih
dahulu ke dalam fungisida seperti benomil 0,5 gram per liter air.
6. Busuk Akar (Armilliaria
Melea)
Gejala Serangan
Menyerang tanaman apel pada daerah dingin
basah, ditandai dengan layu daun lalu daun gugur, dan kulit akar membusuk.
Pengendalian
a. Secara kultur teknis, tanaman apel
yang terserang dicabut sampai akar-akarnya dan bekas lubangnya tidak ditanami
selama setahun.
b. Secara kimia, dengan menyemprotkan
fungisida pada tanaman atau apabila buah akan disimpan dicelupkan terlebih
dahulu ke dalam fungisida seperti benomil 0,5 gram per liter air.
Hama Penyakit
Tanaman Belimbing (Averrhoa carambola)
A. Hama
1.
Dacus dorsalis Hend.
Lalat buah ini dikenal dengan
Oriental fruit fly, termasuk Ordo Diptera, famili Tephritidae dan ditemukan
diseluruh Indonesia. Inangnya tanaman belimbing, mangga, pisang, jeruk, cabai
dan lain-lainnya.
Bilogi Hama dan Gejala serangan
Lalat betina meletakkan telur
didalam jaringan kulit buah belimbing dengan jalan menusukkan ovipositornya.
Akibatnya pada buah belimbing tampak titik hitam. Disekitar titik tersebut
menjadi kering, coklat dan akhirnya Buah busuk. Pada buah belimbing yang terserang biasanya ditemukan lubang
kecil di tengahnya. Apabila dibelah, ditemukan ulat atau belatung kecil dan
akan meloncat bila tersentuh. Buah yang terserang kemudia jatuh. larva masuk
kedalam tanah, untuk selanjunya berkembang menjadi pupa. Setelah sekitar 10
hari, pupa berkembang menjadi lalat dewasa. Siklus hidupnya 23-26 hari.
Pengandalian
Pengendalian serangga ini dilakukan dengan:
d.
Pembungkusan buah belimbing yang masih kecil dengan kantung pembungkus dari
plastik. Pembungkusnya dilubangi dibagian pojok kanan, pojok kiri dan tengah.
Maksudnya agar air hujan yang masuk atau air siraman yang tertampung bisa
keluar dari plastik.
e.
Penggunaan methyl eugenol. Methyl eugenol merupakan senyawa organik mirip
feromon yang dikeluarkan oleh lalat betina.
f.
Pencangkulan tanah dibawah pohon belimbing tersebut agar larva yang akan membentuk
pupa atau pupa yang sudah terdapat didalam tanah itu tercangkul/terkena sinar
matahari dan mati.
2.
Penyakit
1.
Penyakit Bercak Daun
Penyebab penyakit ini adalah Cercosvora
averrhoa Fresh
Gejala serangan
Terjadi bercak-becak klorotik
berbentuk bulat dan kecil-kecil pada anak daun. Daun yang terserang berat
menjadi kuning dan rontok, bahkan sampai gundul pada tanaman muda tau stadium
bibit.
Pengendalian
Dengan cara memotong (amputasi)
bagian tanaman yang sakit dan disemprot fungisida yang berbahan aktif Kaptafol,
seperti Difolatan.
Hama Penyakit
Tanaman Jeruk
(Citrus sp.)
A. Hama
1. Diaphorina citri Kuw.
Serangga hama ini dikenal dengan
kutu loncat jeruk atau citrus psyllid, termasuk ordo Homoptera, famili Psyllidae
dan ditemukan di Jawa, Sumatra, Bali.
Biologi Hama
Telurnya berwarna kuning terang
berbentuk buah alpukat, diletakkan secara tunggal/berkelompok dikuncup
permukaan daun muda atau pada tangkai daun. Stadium telur 2-3 hari. Nimfa hidup
berkelompok di tunas-tunas dan kuncup untuk mengisap cairan tanaman. Setelah
2-3 hari nimfa menyebar dan menyerang daun-daun muda. Nimfa lebih merusak
daripada dewasa dan stadium nimfa 17 hari. Begitu jadi dewasa, ditandai adanya
sayap sehingga mudah meloncat apabila terkena sentuhan. Apabila sedang
menghisap cairan sel tanaman, kutu loncat itu memperlihat posisi abdomen lebih
tinggi dari posisi kepalanya. Kemudian terjadi perkawinan Setelah kutu menjadi
dewasa dan seekor betina mampu menghasilkan telur 800 butir selama masa
hidupnnya. Tanaman inangnya yaitu : tapak dara, kemuning dan tanaman lainnya.
Gejala Serangan
D.citri berperan
sebagai vector CVPD dan peran sebagai vector lebih penting daripada sifatnya
sebagai hama. Sebagai serangga hama, kutu loncat menyebabkan tunas-tunas
keriting dan pertumbuhannya terhambat. Apabila serangan berat, bagian tanaman
terserang biasanya kering secara perlahan kemudian mati.
Pengendalian
Pengendalian serangga hama dapat
dilakukan dengan konservasi musuh alami yang berupa predator famili
Coccinelidae, Syrphidae, Lycosidae diharapkan dapat nenekan kutu loncat jeruk.
Sanitasi terhadap tanaman yang terserang D. cirri dengan cara membakar
tanaman yang telah tertular CVPD. Konservasi parasitoid Tetrastighus
radiatus, Diaphorencytrus aligarhnsus dan Tamarixia radiate.
2.
Phyiiocnistis citerlla Si.
Serangga hama ini dikenal dengan
pengorok daun jeruk atau citrus leafminer, termasuk ordo Lepidoptera,
famili Gracillariidae, dan daerah penyebaran di seluruh Indonesia.
Biologi Hama
Telur diletakkan satu persatu
pada daun yang masih sangat muda, berbentuk bulat pipih berkilat, beukuran 1
mm. Stadium telur 4 hari. Larva yang keluar dari telur, langsung masuk ke dalam
epidermis daun secara berkelok-kelok. Tiap larva hanya dapat menggorok pada
sebilah daun saja. Larva berwarna hijau kekuningan dengan bentuk yang sangat
pipih serta tidak bertungkai. Stadium larva berlangsung 6 - 7 hari. Larva
instar terakhir menggorok ke tepi daun dan menjadi pupa di pinggir daun. Pupa
berwarna kecoklatan dengan stadium 6 -7 hari. Serangga dewasa berwarna putih
dengan panjang tubuh 1,5 - 2 mm dan rentang sayap 3,5 mm. Tanaman inangnya :
anggur dan kemuning.
Gejala Serangan
Serangan hama ini menyebabkan
kerusakan pada daun yang masih muda dengan meninggalkan bekas seperti alur
berkelok-kelok transparan. Daun menjadi keriput dan sering bergulung memanjang,
dan serangan berat, daun menjadi kering dan kemudian gugur.
Pengendalian
Pengendalian serangga hama ini
dapat dengan konservasi parasitoid larva seperti Aegeniaspis sp., Cirospelus
sp., dan Trichogramma sp.. Pemetikan daun yang terserang apabila
serangannya belum tinggi dan terus di bakar.
3.
Planococcus citri Risso
Kutu dompolan atau Citrus
anealy bug, termasuk ordo homoptera, famili Pseudococeidae dan tersebar
diseluruh Indonesia.
Biologi Hama
Serangga hama ini meletakkan
telur di dalam kantung disisi tubuh, sekitar 300 butir. Telur berwarna kuning
muda dengan panjang 0,3-0,4 mm. Stadium telur 3-9 hari. Nimfa akan meninggalkan
induknya mencari tempat tinggalnya. Karena jumlahnya sangat banyak maka kutu
itu akan sating bertumpuk sehingga disebut kutu dompolan. Tempat yang disukai
kutu ini, tempat yang teduh dan tidak lembab. Kutu mudah tersebar oleh angina
dan hujan. Kutu dewasa betina berbentuk oval, panjangnya 3-4 mm, lebar 1,5-2
mm. Kutu dewasa jantan bersayap sepasang dan tubuhnya berwarna kecoklatan
dilapisi sedikit lilin putih. Panjang tubuh 0,7- 1 mm. Siklus hidupnya berkisar
20-43 hari. Tanaman inangnya : kopi, kina, teh, dadap, kakao, tembakau,
lamtoro, jati, karet, nenas dan kapas.
Gejala Serangan
Kutu dompolan menyerang tangkai
buah dan meninggalkan bekas berwarna kuning, kemudian kering sehingga banyak
buah-buah yang gugur. Pada bagian tanaman yang terserang banyak dipenuhi oleh
kutu putih seputih kapas.
Pengendalian
Pengendalian serangga ini dapat
dilakukan dengan konservasi musuh alami yang berura predator Scymnus sp.,
Brumus suturallis, Parasitoid Empusa fiesenii banyak
menekan populasi kutu ini.
4. Papilio memnn L.
Serangga hama ini dikenal dengan
kutu pastur, termasuk ordo Lepidoptera famili Pappilionidae dan mempunyai
penyebaran di Jawa, Sumba.
Biologi Hama
Telur serangga ini berwarna
kuning hijau, diletakkan pada daun mudan atau ranting. Stadium telur 3-5
hari.Larvanya berwarna hijau tua dengan panjang 5,5 6,0 cm. Stadium larva 19-26
hari. Kepompongnya bertanduk dua dengan panjang 4 cm. Stadium kepompong 12-16
hari. Kupu betina berwarna abu-abu dengan bercak putih, rllerah, hitarll
sedangkan kupu.jantan berwarna hitam dengan sayap bergurat biru tua. Tanaman
inangnya Clausena exavata, Evodia latifolia, Gyosmis pentophylla.
Gejala Serangan
Gejala serangannya daun jeruk
tampak robek dengan pinggiran daun tidak rata karena dimakan larva tersebut.
Serangan hebat akan menyebabkan daun jeruk habis dan tanaman gundul.
Pengendalian
Pengendalian serangga harna ini
dilakukan dengan Pengumpulan telur, larva, kepompong dan memusnahkannya. Secara
kimiawi dapat di lakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif
diazinon atau karbaril terutama pada tanaman yang masih muda.
5.
Prays endocarpa Meyr
Serangga hama ini dikenal dengan
citrus pock caterpillar, termasuk ordo Lepidoptera, famili Yponometidae,
tersebar di Indonesia.
Biologi Hama
Serangga hama ini yang dewasa
berwarna abu-kemerahan dengan panjang 5 mm dan meletakkan telur di bagian kulit
buah muda. Telur menetas setelah 4 hari dengan ukuran 0,5 mm. Warna telur
kehijauan. Pupa berwarna merah abu-abu dengan panjang 4,0-5,5 mm. Siklus
hidupnya 29 hari. Tanaman inangnya hanya jeruk.
Gejala Serangan
Larva menggerek kulit buah jeruk
serta hidup didalamniya. Akibatnya kulit buah jeruk itu berbenjol. Dalam
benjolan hanya terdapat satu ekor larva. Buah jeruk yang banyak diserang oleh
hama ini terutama jeruk yang berkulit tebal seperti jeruk besar
Pengendalian
Pengendalian Serangga hama dapat
dilakukan dengan pembrongsongan buah jeruk yang masih kecil agar tidak
terserang oleh serangga ini. Konservasi musuh alami berupa parasitoid larva Bracon
sp., Aegeniaspis sp., Parasitoid kepompong Brachymeria sp.
6.
Rhynchoris poseido Kirk
Kepik buah jeruk dikenal dengan spined
fruit bug termasuk ordo Hemiptera, famili Pentatomidae, dengan penyebaran
di Jawa, Sumatera, Kalimantan.
Biologi Hama
Telur kepik ini berwarna
kecoklatan, diletakkan secara berkelompok pada kulit buah. Stadium telur 5-7
hari. Nimfa berwarna jingga dan daerah thoraxnya hitam dengan stadium 32-34
hari. Siklus hidupnya 38-45 hari. Tanaman inangnya hanya jeruk.
Gejala Serangan
Nimfa menghisap cairan jeruk
sehingga kulit buah jeruk terlihat bercak merah pucat ditempat kepik itu
mengisap cairan makanannya. Daging buah menjadi pahit rasanya. Pada buah yang
masih muda sering gugur sebelum dipetik. Apabila diperhatikan pada buah yang
terserang kepik ini terlihat adanya bercak-bercak berwarna pucat.
Pengendalian
Pengendalian serangga hama ini
dengan penangkapan kepik-kepik dewasa dan memusnahkannya
7.
Dacus dorsalis Hend
Lalat buah jeruk ini dikenal
dengan oriental fruit fly, termasuk ordo Diptera, famili Tephrididae dan
ditemukan di seluruh Indonesia.
Biologi Hama
Lalat dewasa berwarna merah
kecoklatan, abdomen berwarna gelap.Lalat betina ujung abdomennya lebih runcing
sedangkan lalat jantan lebih bulat. Lalat betina memasukkan telur kedalam buah
jeru sebanyak 15 butir. Telur berwarna putih berbentuk bulat panjang, berukuran
2 mm, Setelah 2 hari, telur menetas menjadi larva kemudian larva hidup dan
berkembang dalam daging buah selama 6-9 hari menyebabkan buah menjadi busuk.
Pupanya ditemukan dalam tanah berwarna kecoklatan berbentuk oval dengan panjang
5 mm. Siklus hidupnya berkisar 16 hari. Tanaman inangnya cabai, mangga, pisang
dan belimbing.
Gejala Serangan
Lalat buah menyerang buah jeruk
yang hampir masak, menyebabkan buah menjadi busuk dan biasanya terdapat lubang
kecil dibagian tengahnya kemudian buah gugur. Apabila dibelah, pada daging buah
terdapat belatung kecil yang meloncat jika disentuh..
Pengendalian
Pengendalian serangga ini dilakukan dengan :
a.
Pembungkusan buah jeruk yang masih kecil dengan cara membungkus buah pada tandan
pisang itu dengan kantung pembungkus dari plastik. Pembungkusnya dilubangi
dibagian pojok kanan, pojok kini dan tengah. Maksudnya agar air hujan yang
masuk atau air siraman yang tertampung bisa keluar dari plastik.
b.
Penggunaan methyl eugenol. Methyl eugenol merupakan senyawa organik mirip
feromon yang dikeluarkan oleh lalat betina. Kapas yang sebelumnya ditetesi
insektisida monokrotofos sebanyak 2 cc, ditetesi juga dengan methyl eugenol
sebanyak 0,1 cc/kapas. Kemudian kapas tersebut dimasukan kedalam botol aqua
yang sudah dimodifikasi dan digantungkan pada pelepah daun setiuiggi 2-3 m
diatas permukaan tanah. Jumlah perangkap 5-10 buah untuk setiap hektar. Lalat
jantan yang mencium aroma methyl eugenol akan datang masuk ke dalam botol
perangkap, karena menduga ada lalat betina di daamnya. Lalat akan mengerumuni
kapas sumber aroma tersebut dalam hal ini lalat jantan akan menghisap feromon
iuza menghisap racun, akhirnya mati.
c.
Pencangkulan tanah dibawah pohon jeruk tersebut agar larva yang akan membentuk
pupa atau pupa yang sudah terdapat didalam tanah itu tercangkul/terkena sinar
matahari dan mati.
B. Penyakit
1.
Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD)
Penyebab Bakteri Liberobacter asiaticum.
Gejala Penyakit
:
Gejala luar :
Gejala khas CVPD adalah belang - belang
kuning (blotching), mulai berkembang pada bagian ujung tanaman (pertumbuhan
baru) pada daun yang ketuaannya sempurna, bukan pada daun muda atau tunas.
Gejala ini sulit dibedakan dengan gejala kekurangan hara Zn. Tulang - tulang
daun dan urat-urat daun tampak lebih menonjol dengan warna hijau gelap (kontras
dengan warna lamina daun). Pengamatan gejala sebaiknya dilakukan pada permukaan
atas dan bawah daun. Gejala belang - belang pada bagian atas sama dengan bagian
bawah. Pada gejala lanjut daun menjadi lebih kaku dan lebih kecil, tulang daun
menjadi berwarna kuning. Gejala ini sangat jelas pada jeruk manis, tetapi
kurang jelas pada daun jeruk Mandarin.
Gejala dalam :
Irisan tipis ibu tulang daun yang bergejala
khas CVPD, terlihat jaringan floemnya tampak lebih tebal, karena adanya
pengempisan pembuluh tapis dalam floem berupa jalur - jalur putih. Bila diberi
pewarna KI akan terlihat adanya akumulasi pati yang berlebihan dalam sel - sel
tersebut.
Tanaman inang
lain :
Anggota Rutaceae seperti Poncirus
tripoliata Raf., Kemuning (Murraya paniculata L.), Swinglea glutinosa Merr.,
Clausena indica, Atalantia missionis dan Triphasia aurantiola, tapak dara /
Periwinkel (Vinca rosea L.), Maja (Aegle marmeles), dan Kawista (Limnocitrus
lettoralis).
Pengendalian
Penerapan PTKJS Peraturan yaitu melarang
membawa / memasukkan benih jeruk dari daerah serangan ke daerah lain yang masih
bebas penyakit CVPD (belum terserang).
2. Penyakit Tristeza (Quick
Decline)
Penyebab : Virus Tristeza jeruk (Citrus
Tristeza Virus =CTV) dengan serangga penular Toxoptera citricida Krik.
Penyebaran : Di Indonesia terdapat di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Di Luar
Negeri dilaporkan terdapat di Malaysia, Thailand, Philipina, Taiwan, Fiji,
India, Australia, Selandia Baru. Hawaii, Israel, AfrikaSelatan dan Barat, serta
Amerika Utara dan Selatan.
Gejala Serangan
Gejala infeksi pada tanaman adalah
kerusakan pada jaringan pembuluh tapis (floem), lekukan atau celah - celah pada
jaringan kayu pada batang, cabang atau ranting dan gejala daun menguning. Pada
varietas yang tahan seperti jeruk keprok gejalanya bisa tak tampak tetapi tetap
merupakan sumber infeksi bagi varietas yang peka.
Gejala khas penyakit virus ini adalah daun
- daun tanaman yang berubah menjadi berwarna perunggu atau kuning dan gugur
sedikit demi sedikit. Biasanya terjadi pemucatan tulang daun (vein clearing)
berupa garis - garis putus atau memanjang pada tulang daun yang tembus cahaya 2
minggu sampai 2 bulan setelah tertular. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat /
merana, kerdil, daun kaku dan berukuran lebih kecil dengan tepinya melengkung
keatas. Bunga yang dihasilkan berlebihan, tetapi tdak dapat berkembang menjadi
buah yang masak.
Pengendalian
Pengendalian
a. Penggunaan bibit sehat
b. Penggunaan mata tempel yang bebas penyakit
dan batang bawah tahan terhadap virus Tristeza
c. Eradikasi terhadap tanaman sakit dan
tanaman inang serangga penular, kemudian dibakar.
3. Busuk Pangkal Batang
(Brown rot Gummosis)
Penyebab : Cendawan Phytophthora
spp., diantaranya yang penting adalah jamur P. nicotianae var parasitica
(Dast) . Di Indonesia spesies yang utama adalah P. nicotianae var.
parasitica. : Penyakit terdapat di Jawa, Sumatera, Kalimantan Timur,
Kalimantan Barat, dan Bali. Tanaman inang lain adalah kacang tanah, cabai,
tapak dara, kenaf, ubi kayu, jarak, terung, sirsak, srikaya, aren, pepaya,
kelapa, terung belanda, durian, karet, pala, sirih, lada, kakao, anggrek Vanda
dan kemiri minyak.
Gejala Serangan
Penyakit ini umumnya menyerang pada bagian
pangkal batang dekat permukaan tanah atau pada bagian sambungan antara batang
atas dan bawah bibit jeruk okulasi. Gejala awal tampak berupa bercak basah yang
berwarna gelap atau hitam kebasah-basahan pada permukaan kulit pangkal batang.
Jaringan kulit kayu yang terserang mengalami perubahan warna bahkan permukaan
kulit, kambium, kayu, terutama pada serangan lanjut.
Kulit batang yang terserang, permukaannya
cekung dan mengeluarkan belendok, dan pada tanaman terserang sering terbentuk
kalus. Kematian tanaman akibat serangan penyakit ini terjadi apabila bercak
pada kulit melingkari batang. Perkembangan bercak ke bagian atas, umumnya
terbatas hingga 60 cm di atas permukaan tanah, sedangkan perkembangan ke bagian
bawah dapat meluas ke bagian akar tanaman.
Pengendalian
a. Mengurangi kelembaban kebun dengan
mengatur drainase, jarak tanam, pemangkasan, dan sanitasi lingkungan / kebun.
b. Menghindarkan terjadinya pelukaan terhadap
baik akar maupun pangkal batang pada waktu pemeliharaan / penyiangan.
c. Membongkar tanaman (termasuk
akarnya) yang terserang berat, kemudian membakarnya.
d. Memotong / membuang bagian tanaman yang
sakit, termasuk 1 - 3 cm bagian kulit sekitarnya yang sehat, kemudian diolesi fungisida.
Untuk mempercepat pemulihan (regenerasi), sebaiknya bagian atas dan bekas luka
potongan membentuk titik.
e. Mengunakan agens antagonis cendawan
Trichoderma spp., Gliocladium spp. yang dicampur dengan pupuk kandang / kompos.
4. Penyakit Kulit Diplodia
(Bark rot / Diplodia Cummosis)
Penyebab Cendawan Botryodiplodia theobromae Pat. (Oomycetes); yang dulu dikenal dengan nama Diplodia zae Lev.; Diplodia natalensis P.Evans.
Di Indonesia penyakit ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Di luar negeri penyakit terdapat di Amerika Serikat, Kuba, India, Malaysia, dan Thailand.
Gejala Serangan
Pada jeruk dikenal dua macam Diplodia
yaitu Diplodia “basah” dan Diplodia “kering”. Penyakit ini dapat menyerang
akar, batang dan ranting dan dapat mengakibatkan busuk akar, busuk leher dan
mati ranting.
Serangan Diplodia basah mudah dikenal
karena tanaman yang terserang mengeluarkan “blendok” yang berwarna kuning emas
dari batang atau cabang - cabang tanaman. Kulit tanaman yang terserang setelah
beberapa lama dapat sembuh kembali, kulit yang terserang mengering dan
mengelupas. Sering terjadi penyakit berkembang terus, sehingga pada kulit
terjadi luka - luka yang tidak teratur, kadang-kadang terbatas pada jalur yang
sempit, memanjang dan dapat juga berkembang melingkari batang atau cabang yang
dapat menyebabkan kematian cabang atau tanaman. Cendawan berkembang di antara
kulit dan kayu, dan merusak lapisan kambium tanaman. Kayu yang telah mati
berwarna hijau sampai hitam.
Serangan Diplodia kering umumnya lebih
berbahaya karena gejala permulaan sukar diketahui. Kulit batang atau cabang
tanaman yang terserang mengering, terdapat celah - celah kecil pada permukaan
kulit, dan pada bagian kulit dan batang yang ada di bawahnya berwarna hitam
kehijauan. Pada bagian celah - celah kulit terlihat adanya massa spora cendawan
berwarna putih atau hitam. Perluasan kulit yang mengering sangat cepat dan bila
sampai menggelang tanaman, menyebabkan daun-daun tanaman menguning dan kematian
cabang atau pohon.
Pengendalian
a. Sanitasi tanaman. Potong pohon /
cabang / ranting yang terserang berat, buang kulit yang terinfeksi sedang dan
bersihkan kulit yang terinfeksi ringan serta lingkungan dari gulma.
b. Mengurangi kelembaban kebun dengan
mengatur jarak tanam dan melakukan pemangkasan.
c. Penjarangan buah, agar keadaan
tanaman tidak terlalu berat, sehingga cabang / ranting tidak luka / retak.
d. Menghindari pelukaan terhadap akar maupun
batang pada waktu penyiangan.
e. Memotong / membuang bagian bagian
kulit batang tanaman yang sakit,
f. Mengunakan agens antagonis Trichoderma
spp., Gliocladium spp., Pseudomonas fluorescens dan dilanjutkan
dengan Bacillus subtilis yang telah dicampur dengan pupuk
kandang/kompos, setelah kulit dikupas.
Hama Penyakit Tanaman Duku
(Lansium domesticum Corr.)
Hama
1. Kelelawar
Buah duku yang diincar kelelawar
adalah buah duku yang matang dan siap dipanen. Pengendalian dapat dilakukan
untuk mencegah gangguan kelelawar ini adalah dengan membungkus buah duku sejak
buah itu berukuran kecil. Bahan pembungkus dapat berupa ijuk tanaman aren, kain
bekas, bongsang yang terbuat dari anyaman bambu.
2. Kutu
perisai (Asterolecantium sp.)
Hama ini menyerang daun dan
batang duku. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara pemeliharaan dan
perawatan tanaman sebaik mungkin, menggunakan insektisida yang sesuai dengan
jenis hama yang mengganggunya.
Penyakit
1.
Penyakit
antraknosa (Colletotrichum gloeosporiods)
Gejala serangan dapat dilihat
adanya bintik kecoklatan pada rangkaian buah, serangan ini menyebabkan buah
berguguran lebih awal dan juga menyebabkan kerugian pasca panen.
Pengendaliannnya dapat dilakukan dengan pemeliharaan tanaman yang baik,
disemprot dengan fungisida sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat.
2.
Penyakit mati pucuk
Penyebab penyakit ini adalah
cendawan Gloeosporium sp. menyerang ujung cabang dan ranting yang nampak
kering. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan pemeliharaan tanaman yang baik,
dilakukan dengan disemprot dengan fungisida seperti Manzate, Zerlate, Fermate,
Dithane D-14 atau pestisida lain. Dosis untuk obat pemberantasan penyakit ini
harus disesuaikan dengan anjuran pada label masing-masing obat.
Hama Penyakit Tanaman Nenas
(Ananas comosus)
A. Hama
1. Penggerak buah (Thecla
basilides Geyer)
Ciri-Ciri Hama
Kupu-kupu berwarna coklat dan
kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada permukaan buah, kemudian menetas
menjadi larva; bentuk larva pada bagian tubuh atas cembung, bagian bawah datar
dan tubuh tertutup bulu-bulu halus pendek.
Gejala Serangan
Menyerang buah dengan cara
menggerek/melubangi daging buah; buah nanas yang diserang hama ini berlubang
dan mengeluarkan getah, kemudian membusuk karena diikuti serangan cendawan atau
bakteri.
Pengendalian
a.
Non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun serta membuang bagian tanaman yang
terserang hama,
b.
Kimiawi dengan menyemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Basudin
60 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
2. Kumbang (Carpophilus
hemipterus L.)
Ciri-ciri hama
Berupa kumbang kecil, berwarma
coklat/hitam; larva berwarna putih kekuningan, berambut tipis, bentuk langsing
berkaki 6.
Gejala Serangan
Menyerang tanaman nanas yang
gluka sehingga bergetah dan busuk oleh mikroorganisme lain (cendawan dan
bakteri).
Pengendalian
Pengendalian hama ini dapat
dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan pemberian insektisida.
3. Thrips
(Holopothrips ananasi Da Costa Lima)
Ciri-Ciri Hama
Tubuh thrips berukuran sangat
kecil panjang sekitar 1,5 mm, berwarna coklat, dan bermata besar.
Gejala Serangan
Menyerang tanaman dengan cara
menghisap cairan sel daun sehingga menimbulkan bintik-bintik berwarna perak;
pada tingkat serangan yang berat menyebabkan pertumbuhan tanaman muda
terhambat.
Pengendalian
a.
Secara non kimiawi dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan
mengurangi ragam tanaman inang,
b. Secara
kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida: Mitac 200 EC atau Dicarol 25
SP pada konsentrasi yang dianjurkan.
4. Ulat
buah (Tmolus echinon L)
Ciri-Ciri Hama
Serangga muda/dewasa berupa
kupu-kupu berwarna coklat serta larva/ulat tertutup rambut halus dan kepalanya
kecil.
Gejala Serangan
Menyerang buah nanas dengan cara
menggerek dan membuat lubang yang menyebabkan buah berlubang, bergetah dan
sebagian buah memotong bagian tanaman yang terserang berat.
Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan
dengan mengumpulkan/membunuh ulat secara mekanis, serta disemprot insektisida:
Buldok 25 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
B. Penyakit
1. Busuk
hati dan busuk akar
Penyebab
Cendawan Phytophthora
parasitica Waterh dan P. cinnamomi Rands. Penyakit busuk hati
disebut hearth rot, sedangkan busuk akar dinamakan root rot. Penyebaran
penyakit dibantu bermacam-macam tanaman inang, air yang mengalir, alat-alat
pertanian, curah hujan tinggi, tanah yang mengandung bahan organik dan
kelembaban tanah tinggi antara 25-35 derajat C.
Gejala Serangan
Pada daun terjadi perubahan
warna menjadi hijau belang-belang kuning dan ujungnya nekrotis; daun-daun muda
mudah dicabut bagian pangkalnya membusuk dengan bau busuk berwarna coklat, dan
akhirnya tanaman mati; pembusukan pada sistem perakaran.
Pengendalian
a.
Non kimiawi dilakukan dengan cara perbaikan drainase tanah, mengurangi
kelembapan sekitar kebun, dan memotong/mencabut tanaman yang sakit,
b.
Kimiawi dengan pencelupan bibit dalam larutan fungisida sebelum tanam, seperti
Dithane M-45 atau Benlate.
2. Busuk
pangkal
Penyebab
Cendawan Thielaviopsis
paradoxa (de Seyn) Hohn atau Ceratocystis paradoxa (Dade) C. Moreu.
Penyakit ini sering disebut base rot. Penyebaran penyakit dibantu
tanaman inangnya, adanya luka-luka mekanis pada tanaman, angin, hujan
dan tanah.
Gejala Serangan
Pada bagian pangkal batang,
daun, buah dan bibit menampakkan gejala busuk lunak berwarna coklat atau
hitam, berbau khas, atau bercak-bercak putih kekuning-kuningan.
Pengendalian
a.
Non kimiawi dengan melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar
luka cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-luka
mekanis.
b.
Kimiawi dengan perendaman bibit dalam larutan fungisida Benlate.
Hama Penyakit
Tanaman Semangka
1.
Penyakit : Antraknosa (Busuk Buah)
Patogen
Penyebab penyakit busuk buah semangka ini
adalah jamur Colletotrichum orbiculare (Berk. & Mont.) Arx (Syn C. legenarium
(Pass.) Ellis & Halst.)
Deskripsi
penyakit
Penyakit ini mulai teridentifikasi
sejak tahun 1867 di Italia. Penyakit ini pada umumnya menyerang buah pada
tanaman cabe (sering dikenal dengan nama “pathek”).
Gejala Serangan
Gejala serangan antraknose di semangka
akan tampak pada bibit, daun, tangkai daun, batang dan buah. Gejala di daun
adalah dengan adanya luka berwarna coklat sampai hitam dengan tepi tidak
beraturan dan mengelompok di sekitar tulang daun. Pada tangkai daun dan batang
terdapat luka cekung dangkal berbentuk lonjong dan pada buah gejalanya terdapat
spot berwarna kehitaman busuk kering.
Patogen ini hidup pada sisa tanaman
terinfeksi atau pada inang sementara dan terikut dalam benih yang buahnya
terserang. Oleh karena itu pada produksi benih untuk pembenihan, seleksi buah
harus dilakukan untuk menghindari terikutnya buah-buah yang terserang penyakit
tersebut. Spora jamur ini penyebarannya dibantu oleh angin, hujan dan aktivitas
pekerja. Untuk per-kecambahan dan per-tumbuhan spora memerlukan suhu optimum
22-27OC dan kelembaban 100% selama 24 jam.
Penetrasi jamur ke inang dengan cara
membentuk “infection peg” semacam kaki-kaki yang bisa men-cengkeram pada bidang
permukaan terinfeksi. Serangan terjadi 72 jam setelah spora membentuk infection
peg dan selanjutnya gejala terlihat 96 jam setelah infeksi, dimana sel-sel
sudah dipenuhi mycelium jamur tersebut.
Pengendalian
a.
patogen dengan cara membeli benih-benih bersertifikasi / berlabel yang
terhindar dari inokulum (pembawa penyakit), menimbun sisa atau bekas tanaman
yang sudah terserang dan sebaiknya lokasi penimbunan jauh dari pertanaman yang
bisa digunakan sebagai inang sementara seperti cabe.
b. Pengendalian dengan pergiliran masa tanam
dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal baru yang belum ditanami.
c. Pengendalian kimia
menggunakan fungisida protektan dan eradikan yang berbahan aktif copper
hydroxide.
2. Penyakit
: Cercospora leaf spot (Cacar Daun)
Patogen
Penyakit cacar daun semangka disebabkan
oleh jamur Cercospora citrullina Coke.
Deskripsi
penyakit
Penyakit ini menyerang daun pada hampir
semua tanaman famili cucurbitaceae di daerah tropis dan subtropis.
Secara khusus gejala patogen ini ditemukan di daun, tetapi mereka juga akan
muncul di tangkai daun dan batang bila lingkungan mendukung sporulasinya.
Penyebarannya banyak dibantu oleh angin. Suhu yang optimal untuk mempercepat
pertumbuhan dan perkembangannya adalah 26-32oC dan infeksi akan terjadi setiap
7-10 hari.
Gejala Serangan
Cercospora tidak
menimbulkan kerusakan pada buah, tetapi akan menyebabkan terjadinya defoliasi
daun dan akhirnya mengurangi ukuran dan kualitas buah. Gejala penyakit ini
pertama kali akan muncul pada daun-daun muda dengan membentuk spot yang
melingkar tidak beraturan dengan bagian tengah berwarna coklat terang. Gejala
serangan ini terlihat jelas daun bagian atas.
Pengendalian
Pengendalian yang dapat dianjurkan adalah
dengan sanitasi lingkungan untuk mengurangi sumber inokulum, rotasi tanaman dan
pengendalian kimia menggunakan fungisida berbahan aktif Chlorothalonil yang
diaplikasikan sejak daun terbentuk sempurna atau jika kondisi lingkungan mendukung
untuk perkembangan penyakit dan diulang tiap 7 hari. Fungisida yang lain yang
dapat digunakan adalah yang berbahan aktif Maneb.
3.
Penyakit : Bacterial Fruit Blotch (Busuk buah basah /
bisul buah)
Patogen
Penyebab penyakit adalah baketri Pseudomonas
pseudoalcaligenes stainer subspesies citrulli schaad et al.
Deskripsi
penyakit
Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh
Mariana Islands tahun 1988, meskipun untuk family cucurbit lainnya cukup tahan,
tetapi pada semangka penyakit ini sangat nyata mengurangi hasil panen.
Bacterial Fruit Blotch disebabkan oleh Pseudomonas pseudoalcaligenes stainer
subspesies citrulli schaad et al. Patogen ini penyebarannya biasanya
lewat benih baik secara internal maupun external kontaminasi dan dapat juga
terjadi pada lapisan benih. Kondisi yang mendukung perkembangan patogen ini
adalah kelembaban yang tinggi dan suhu sekitar 26oC.
Gejala Serangan
Gejala serangan dari Bacterial Fruit
Blotch adalah terdapatnya busuk basah dengan ukuran kecil, diameter kurang dari
1 cm, kemudian berkembang dengan cepat menutupi permukaan buah selama 7-10
hari.
Cara
pengendalian
Pengendalaian penyakit ini tergantung
apakah benih terkontaminasi atau tidak, Rotasi tanaman dan pengolahan tanah
yang baik dapat mengurangi tingkat intensitas serangan. Hindari dan cegah
terjadinya kerusakan kulit buah, baik selama pengangkutan maupun penyimpanan.
Pengendalian secara kimia mulai dilaksanakan saat awal pembentukan buah.
Fungisida yang dapat dipakai adalah yang berbahan aktif copper hydroxide.
4.
Penyakit : Alternaria Leaf Spot
Patogen
Penyebab
penyakit ini adalah Alternaria cucumerina
Deskripsi
penyakit
Penyakit bercak ternyata tidak hanya
menyerang tanaman kubis maupun cabai saja namun juga pada tanaman yang
tergolong timun-timunan. Penyakit bercak pada semangka ini disebabkan cendawan Alternaria
cucumerina. Biasanya, penyakit ini menyerang hanya satu jenis tanaman saja.
Tanaman dapat terserang pada berbagi fase pertumbuhan. Penyakit ini dapat
bertahan di tanah untuk jangka waktu lama. Penyakit ini bisa berpindah dari
satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah
terserang, dan air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk
perkembangan penyakit ini.
Gejala Serangan
Serangan pada bibit tanaman dapat
menyebabkan mati atau kerdil. Sedangkan pada tanaman yang lebih tua akan layu
pada tengah hari pada beberapa waktu, kemudian layu untuk seterusnya dan
akhirnya mati. Jaringan angkut tanaman menjadi kuning atau coklat.
Cara
pengendalian
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan
menggunakan varietas yang tahan. Menghindari penanaman di lahan yang telah
diketahui mengandung penyakit ini. Serta mencuci peralatan saat berpindah dari
lahan satu ke lahan lainnya. Lahan yang tergenangi untuk padi dapat mengurangi keberadaan
penyakit di tanah.
5.
Penyakit : Layu Fusarium
Patogen
: Fusarium oxysporum f.sp. niveum
Deskripsi
penyakit
Layu fusarium merupakan penyakit yang
sering menyerang tanaman famili timun-timunan. Penyebabnya adalah Fusarium
oxysporum f.sp. niveum pada semangka. Penyakit ini ditemukan di
seluruh dunia, namun beberapa jenis terdapat hanya pada lokasi tertentu saja.
Seperti halnya penyakit alternaria, penyakit ini hanya menyerang satu jenis
tanaman saja. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan
bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian,
seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi
sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini.
Gejala Serangan
Tanaman yang terserang bisa terjadi pada
berbagai tahap pertumbuhan. Mulai dari bibit hingga tanaman tua. Baik saat
bibit maupun tanaman dewasa , serangan penyakit ini dapat meyebabkan layu yang
akhirnya mati. Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut tanaman yang berubah
warna menjadi kuning atau coklat.
Cara
pengendalian
Adapun pengendaliannya dapat dilakukan
dengan menggunakan varietas yang tahan bila memungkinkan. Hindari lahan yang
telah diketahui mengandung penyakit ini. Cucilah peralatan saat berpindah dari lahan
satu ke lahan lainnya. Lahan yang tergenangi untuk padi dapat mengurangi
keberadaan penyakit di tanah.
Hama Penyakit Tanaman Pisang
(Musa paradisica)
A. Hama
1. Erionata
thrax L.
Serangga hama
ini dikenal dengan penggulung daun atau Case building caterpillar, termasuk
ordo Lepidoptera, famili Herperidae dan mempunyai daerah penyebaran di
Indonesia.
Biologi Hama
Telur diletakkan dibagian bawah
daun sekitar 25 butir dengan stadium telur 5 - 6 minggu. Dalam satu area kebun
pisang yang tidak begitu luas biasanya terdapat satu stadium saja misalnya
stadium larva saja atau kepompong saja. Imago serangga ini mengisap nektar
bunga pisang. Tanaman inangnya pisang
dan Musa textilis.
Gejala serangan
Larva serangga ini akan
menggunting daun pisang dari arah pucuk dan menggulung di bagian pangkal
sehingga terlihat adanya gulungan daun pisang yang didalamnya terdapat larva
atau kepompongnya. Larva memakan dalam gulungan daun tersebut. Daun pisang yang
belum tua, sangat disukai larva serangga tersebut.
Pengendalian
Cara pengendaliannya yaitu
dengan memangkas daun yang terserang, kemudian dibakar. Konservasi parasitoid
telur Ooencyrtus erionotae Ferr, Agiommatus sp., Anastatus sp.
Parasitoid ini dapat menekan 50 - 70 % telur. Parasitoid larva Apanteles
erionotae Wlk. Dapat menekan sekitar 10 % larva, parasitoid kepompong Brachymerta
sp. Xanthopimpia sp. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan
dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif kuinalfos dan triklorfon.
Insektisida berbahan aktif sistemik lebih efektif digunakan, mengingat ulat
daun ini bersembunyi dalam gulungan daun.
2. Cosmopolites
sordidus Germar
Serangga hama
ini dikenal dengan penggerek batang atau Banana weevil, termasuk ordo
Coleoptera, famili Curculionidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa.
Biologi Hama
Telurnya berwarna putih
kekuningan, berbentuk elips dengan panjang 2 mm. Telur sebanyak 10 – 50 butir
diletakkan di celah – celah pelepah batang pisang, terutama pada bagian yang
sedang membusuk. Stadium telur 5-8 hari. Larva kumbang ini berwarna coklat.
Stadium larva berkisar 14 - 21 hari. Kepompongnya berada dalam batang tanaman
pisang sampai keluar kumbangnya. Stadium kepornong 5 - 7 hari. Kumbang ini
tidak pernah terbang jauh, gerekannya lamban dari pohon pisang yang satu ke
pohon pisang yang lain, yang letaknya masih berdekatan. Tanaman inangnya
pisang.
Gejala serangan
Larva ini akan membuat
lorong-lorong pada batang pisang dengan cara menggerek dan memakan pelepah
batang pisang. Pembuatan lorong-lorong itu terus berlanjut sampai ke umbi
batang pisang dari tanaman induk maupun anakan pisang yang masih muda. Bagian
dalam tanaman pisang dirusak sedangkan bagian luarnya tampak utuh, sehingga
gejala luar terlihat daun pisang layu dan pelepahnya mudah patah. Apabila
batang pisang ditebang akan tampak lorong-lorong yang dibuat oleh kumbang
tersebut.
Pengendalian
Pengendalian serangga Hama ini
dilakukan dengan penanaman varietas tahan seperti lempereng, pisang kepok dan
pisang tanduk. Sanitasi kebun dengan membersihkan pelepah tua dan menyingkirkan
potongan batang pisang yang telah dipanen. Tanaman pisang yang telah dipanen,
batangnya dipotong-potong pendek sampai permukaan bonggolnya dan ditimbun dalam
tanah. Dapat juga dikendalikan dengan konservasi musuh alami, yaitu predator Plaesius
javanicus Er yang dapat menekan larva kumbang tersebut. Juga dengan
aplikasi menggunakan insektisida berbahan aktif karbofuran dan monokrotofos.
3. Odoiporus
longicolis Oliv
Serangga hama
ini dikenal dengan penggerek batang atau Banana stem weevil, termasuk
ordo Coleptera, famili Curculionidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa.
Biologi Hama
Kumbang ini mudah dikenal karena
moncongnya/Snout dan berukuran panjang 16 mm. Telur diletakkan pada
pelepah pisang kemudian larva akan menggerek batang bagian atas bukan bonggol
seperti pada Cosmopolit.rs sordidus (Germ). Lubang gerek itu memanjang
ke arah atas sehingga tanaman pisang layu. Larva dan imagonya merusak batang
pisang. Tanaman inangnya pisang.
Gejala serangan
Tanaman pisang layu, apabila
batangnya dibelah maka terlihat adanya lubang gerek yang memanjang di sepanjang
batang semu.
Pengendalian
Pengendalian serangga hama ini
dapat dilakukan dengan sanitasi kebun pisang dengan memotong sampai permukaan
tanah tanaman pisang yang telah diambil buahnya, kermudian memotong kecil-kecil
batang pisang tersebut dan dimasukkan kedalam tanah. Dapat juga dengan
konservasi musuh alami yaitu predator P1aesius javanicus Er yang dapat
menekan larva maupun kumbang tersebut. Penggunaan insektisida berbahan aktif
karbofuran.
4. Pelttulorria irih roireritosa Coq
Serangga hama ini dikenal dengan
kutu pisang atau Banana aphid, termasuk ordo Homoptera, famili Aphididae
dan mempunyai daerah penyebaran di Bali, Jawa Barat, lrian Jaya.
Biologi Hama
Serangga dewasa berwarna coklat
dan berukuran 1 - 2 mm dengan antena yang panjang kira-kira sepanjang tubuhnya.
Kerumunan aphid ini ditemukan pada bagian bawah daun yang cukup tua. Serangga
ini merupakan vektor dari penyakit Bunchy top terutama pada perkebunan
pisang di Asia. Tanaman inangnya pisang, tomat, Colocasia, Zingiber,
Alpiina, Palisata, Heliconia.
Gejala Serangan
Aphid tersebut tidak menyerang
buah pisang tetapi menghisap tunas/pucuk tanaman pisang. Kerusakan langsung
karena aphid ini kurang berarti, akan tetapi sebagai vektor penyakit Bunchy
top, kehadiran aphid tersebut sangat berbahaya. Tampak adanya garis yang
berwarna hijau tua pada daun dan perkembangannya menjadi terhambat. Buah pisang
jelek dan kurang laku dijual.
Pengendalian
Pengendalian serangga hama ini
dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif dizinon atau
karbaril segera setelah tampak adanya gejala serangan.
5. Nacolea
octasema
Serangga hama ini dikenal dengan kudis
pisang atau Banana scab moth, termasuk ordo Lepidoptera, famili Pyralidae dan mempunyai daerah
penyebaran di Jawa.
Biologi Hama
Telur diletakkan dalam kelompok sekitar 15
butir pada daun dekat tongkol pisang. Ngengat betina dapat menghasilkan 80 - 120 butir telur
dengan stadium telur 4 - 6 hari. Larva akan memakan bunga yang keluar dari tongkol. Stadium larva 12 - 31 hari.
Kepompongnya terbungkus kokon dengan stadium 10 - 12 hari. Ngengat akan keluar pada sore hari dan hanya hidup
untuk beberapa hari. Tanaman inangnya pisang, jagung, nipah, pandan, Heliconia.
Gejala Serangan
Serangan hama ini menyebabkan
perkembangan buah menjadi terhambat, menimbulkan kudis pada buah sehingga
menurunkan kualitas buah. Dalam satu tandan pisang hanya terdiri dari beberapa
sisir pisang. Hama ini meletakkan telurnya diantara pelepah bunga segera
setelah muncul bunga dari tanaman pisang. Hama langsung menggerek pelepah bunga
dan bakal buah, terutama saat buah masih dilindungi pelepah buah.
Pengendalian
Pengendalian serangga llama ini
dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif diazinon atau
karbaril pada daun dekat tongkol sebelum terbentuk buah pisang. Telur maupun
larva yang ada pada daun akan dapat dikendalikan. Dapat juga dilakukan dengan
membungkus tandan buah saat bunga akan mekar.
6. Dacus dorsalis Hend
Serangga hama ini dikenal dengan
lalat buah atau Oriental fruit fly, termasuk ordo Diptera, famili
Tephritidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Biologi Hama
Telur lalat buah diletakkan
secara berkelompok, berbentuk bulan sabit pada permukaan buah. Setelah 2 hari
telur menetas, larva hidup dan berkembang dalam daging buah selama 6 - 9 hari,
menyebabkan buah menjadi busuk. Apabila larva sudah menjadi dewasa, keluar dari
buah dan memasuki stadium pupa, tepat dibawah permukaan tanah. Lalat dewasa
berwarna merah kecoklatan, lalat betina ujung perutnya lebih runcing sedangkan
lalat jantan lebih bulat. Siklus hldup dari telur hingga lalat dewasa
berlangsung 16 hari. Tanaman inangnya pisang, Cabai, mangga, belimbing, kopi,
buah cengkeh, jeruk.
Gejala Serangan
Gejala seranga yang di timbulkan
oleh hama ini adalah busuknya buah karena larva dari serangga hama ini
berkembang di dalam daging buah.
Pengendalian
Pengendalian serangga hama ini
dilakukan dengan :
a.
Pembungkusan buah pisang yang masih kecil,
Pembungkusan ini dilakukan
dengan cara membungkus buah pada tandan pisang itu dengan kantung pembungkus
dari plastik. Pembungkusnya dilubangi dibagian pojok kanan, pojok kiri dan
tengah. Maksudnya agar air hujan yang masuk atau air siraman yang tertampung
bisa keluardari plastik.
b.
Penggunaan methyl eugenol,
Methyl eugenol yang merupakan
Senyawa organik mirip fenomon yang dikeluarkan oleh lalat betina. Kapas yang
sebelumnya ditetesi insektisida monokrotofos sebanyak 2 cc, ditetesi juga
dengan methyl eugenol. Sebanyak 0,1 cc/kapas. Kemudian kapas tersebut
dimasukkan ke dalam botol aqua yang sudah
dimodifiikasi dan digantungkan pada pelepah daun setinggi 2 - 3 meter
diatas permukaan tanah. Jumlah perangkap 5 - 10 buah untuk setiap hektar. Lalat
jantan yang mencium aroma methyl eugenol akan datang masuk ke botol perangkap,
karena menduga ada lalat betina di dalamnya. Lalat akan mengerumuni kapas
sumber aroma tersebut. Dalam hal ini lalat jantan mengisap feromon juga
mengisap racun, akhirnya mati.
c.
Pencangkulan tanah di bawah pohon pisang tersebut agar larva yang akan
membentuk pupa atau pupa yang sudah terdapat di dalam tanah itu
tercangkul/terkena sinar matahari dan mati.
B. Penyakit
1. Penyakit
layu Fusarium
Penyakit layu
ini disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. sp. Cubense
(FOC). Penyakit ini paling berbahaya dan mematikan, disamping penyakit layu
yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit layu, baik yang disebabkan oleh Fusarium
maupun bakteri sangat sukar untuk dikendalikan, mudah berpindah, dan mampu
bertahan dalam tanah dalam jangka waktu yang lama.
Gejala yang diperlihatkan akibat serangan penyakit ini adalah :
a. Daun : berwarna kuning
kehijauan pada daun tua, dimulai dari pinggir daun. Penguningan berlanjut ke
daun yang lebih muda. Daun paling muda yang baru membuka adalah yang paling
akhir memperlihatkan gejala.
b. Batang semu : pecah
membujur beberapa cm di atas tanah. Dapat juga terjadi pada tanaman muda atau
anakan. Anakan menjadi kerdil, daun menyempit, batang semu pecah dan mengembang
ke atas, mirip serangan kerdil pisang. Bila batang dipotong, ditemukan benang
berupa garis berwarna hitam/ungu/coklat/kekuningan. Empulur biasanya tidak
membusuk atau berwarna hitam.
c. Bonggol : bila dipotong,
bagian tengah berwarna hitam, coklat, atau ungu.
d. Buah : umumnya
tidak sampai panen. Bila dipanen pun ukurannya kecil, layu, dan matang sebelum
waktunya.
e. Jantung : awalnya normal,
kemudian tumbuh kerdil dan layu. Bila dipotong tidak memperlihatkan perbedaan
dengan jantung pisang sehat.
Pengendalian
penyakit ini dapat dilakukan dengan :
a. Penggunaan bibit pisang bebas
penyakit, yaitu bibit diambil dari lahan yang diyakini bebas dari penyakit layu
Fusarium. Penggunaan bibit yang berasal dari kultur jaringan adalah salah satu
bibit pisang yang bebas penyakit.
b. Melakukan pergiliran tanaman.
c. Melakukan sanitasi lahan, yaitu
membersihkan gulma seperti rumput teki dan bayam-bayaman. Gulma tersebut
merupakan inang sementara patogen penyakit layu Fusarium.
d. Melakukan pengamatan cepat keberadaan FOC.
Pada lahan yang akan ditanami pisang, terutama lahan baru, sebaiknya dilihat
terlebih dahulu ada atau tidaknya FOC. Caranya, ambil tanah dari lahan yang
akan digunakan untuk pertanaman pisang, masukkan ke dalam ember setinggi 25 cm.
Campurkan kompos kotoran ayam dengan perbandingan 2 bagian kompos dan 8 bagian
tanah. Biarkan selama 15 hari, lalu tanamkan anakan rebung pisang yang tidak
tahan terhadap FOC (ambon kuning), kemudian amati selama 3 bulan. Bila lahan
tersebut tercemar FOC, pisang yang ditanam akan segera memperlihatkan gejala
penyakit layu Fusarium.
e. Menanam jenis pisang yang tahan
terhadap FOC, seperti Janten/Ketan, Muli, Tanduk, Raja Kinalun/Pisang Perancis,
FHIA-25 dan FHIA-17.
f. Jangan membawa atau memindahkan
bibit pisang dari lokasi yang telah terserang ke lokasi yang masih bebas
penyakit.
g. Melakukan eradikasi atau pemusnahan dengan
membasmi sumber penyakit (tanaman sakit) dengan membongkar dan membakar.
2. Penyakit
layu bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas
solanacearum.
Gejala ditandai sebagai berikut :
a. Daun : kuning pucat dan total
pada daun nomor 2 dan 3, dari pangkal daun terus ke bagian pinggir. Penguningan
berlanjut ke semua pinggir.
b. Anakan : anakan
dengan segera memperlihatkan gejala serangan kerdil, layu, daun kuning ketika
anakan berumur 2-3 bulan.
c. Batang : bila dipotong,
bagian dalam (empulur) terlihat membusuk, berwarna coklat kemerahan.
d. Bonggol : bila dipotong
akan mengeluarkan cairan berwarna coklat kemerahan.
e. Buah : pada tanaman induk
yang terserang, penampilan buah normal, namun bila dipotong buah terlihat busuk
dengan warna coklat kehitaman. Pada tanaman yang terserang sejak awal, buah
tidak terbentuk sempurna dan kering.
f. Jantung : mengering dan bila
dipotong mengeluarkan cairan berupa susu. Bila potongan ini dimasukkan ke dalam
air, akan terbentuk materi berupa benang-benang.
Pengendalian penyakit layu bakteri dapat
dilakukan dengan cara :
a. Menggunakan bibit yang sehat.
b. Lakukan sanitasi lahan, yaitu disarankan
tidak melakukan tumpangsari atau menanam pisang di bekas lahan pertanaman
tomat, jahe, terung, tekokak, meniran, leunca, dan kelompok tomat-tomatan
lainnya.
c. Membuat drainase di kebun.
d. Pengendalian serangga penular. Basmi
serangga ulat penggulung daun Erionata thrax L.
e. Pemakaian jenis pisang tahan,
diantaranya Pisang Raja Kinalun dengan nama lokal pisang Perancis, atau pisang
Sepatu Amora, yaitu sejenis pisang kapok yang tidak mempunyai jantung, sehingga
terhindar dari penyakit layu bakteri yang disebarkan oleh serangga.
f. Pembungkusan buah dengan plastik
transparan untuk menghindari serangan serangga penular. Dilakukan saat keluar
jantung atau paling lama saat sisir pertama muncul.
3. Penyakit
bercak daun sigatoka
Penyakit ini
disebabkan oleh cendawan Mycosphaerella musicola. Penyakit ini
menyebabkan permukaan daun menjadi rusak dan mati, sehingga mengganggu proses
fotosintesis, akibatnya produksi menjadi menurun dan buah masak sebelum
waktunya. Bahkan pada serangan berat mengakibatkan kematian.
Gejala awal penyakit terlihat pada daun ketiga atau keempat, berupa bercak
kecil berwarna kuning pucat. Bercak atau garis-garis ini makin lama makin
membesar dan memanjang, sehingga membentuk bercak bulat telur dengan pusat
mengering berwarna abu-abu. Pada tanaman muda, biasanya ukuran bercak lebih
lebar dibandingkan tanaman tua.
Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain jenis pisang,
umur tanaman, dan faktor iklim. Jenis pisang komersil yang mudah terserang
antara lain kelompok Ambon (Cavendish dan Gross Michell), Mas, Barangan, dan
Raja Sere. Kondisi lingkungan yang baik untuk perkembangan penyakit ini yaitu
pada musim penghujan.
Cara pengendaliannya yaitu dengan mengatur jarak tanam yang tidak terlalu
rapat, pemangkasan daun tua yang terserang, membakar serasah daun yang
terserang, dan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif benzimidazole dan
dithiocarbamate.
DAFTAR PUSTAKA
Semangun, H.
2007. Penyakit-Penyakit Tanaman
Hortikultura di Indonesia (Revisi). Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Susniahti, N.,
Sumeno, H., Sudarjat. 2005. Bahan Ajar
Ilmu Hama Tumbuhan. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Faperta Unpad:
Bandung
Suyanto, agus. 1994. Hama Sayur dan Buah Seri PHT. Penebar Swadaya
: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar