LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU GULMA
DOSEN
I MADE INDRA AGASTYA, SP. MP
ANALISA VEGETASI
OLEH
Nama Mahasiswa : Nurul Sholehuddin
|
Nomor
Mahasiswa :
2014330069
|
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA
TUNGGADEWI
MALANG
2015
A.
Tujuan
Untuk mengetahui cara analisa vegetasi gulma
B.
Tempat dan Waktu
Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di
lahan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
pada Hari Jum’at tanggal 13 November 2015 jam 08.00 WIB.
C.
Bahan dan Alat
Tali rafis,patok, meteran, gunting,
buku identifikasi gulma dan alat tulis-menulis.
D.
Tinjaun Pustaka:
Gulma
ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin
berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan.
Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai
gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan
sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh
secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).
Analisa vegetasi adalah
cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma
- gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang
hidup. Dalam hal ini, penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma
tersebut penting atau tidak. Namun dalam hal ini jenis tanaman memiliki peran
penting, karena tanaman tertentu tidak akan terlalu terpengaruh oleh adanya
gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak (Adi 2013).
Pengamatan komposisi
gulma berguna untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran jenis gulma yaitu
keberadaan jenis gulma pada suatu areal sebelum dan sesudah
percobaan/perlakuan. Some Dominance Ratio (SDR) atau Nisbah Jumlah Dominan
(NJD) berguna untuk menggambarkan hubungan jumlah dominansi suatu jenis gulma
dengan jenis gulma lainnya dalam suatu komunitas, sebab dalam suatu komunitas
sering dijumpai spesies gulma tertentu yang tumbuh lebih dominan dari spesies
yang lain. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma
dilakukan antara lain adalah jenis gulma dominan, tumbuhan budidaya utama,
alternatif pengendalian yang tersedia serta dampak ekonomi dan ekologi (Mas’ud,
2009).
E.
Metode Percobaan:
Ada empat metode yang lazim digunakan yaitu estimasi visual, metode kuadratik, metode garis atau rintisan dan
metode titik. Selanjutnya akan
dibicarakan hanya metode estimasi visual dan metode kuadratik.
a.
Metode Estimasi.
Setelah letak letak dan
kuas petak contoh yang akan diamati ditentukan, lazimnya berbentuk lingkaran,
pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya, m isalnya
selalu di tengah atau di salah satu sudut yang tetap pada petak contoh yang
telah terbatas. Besaran yang dihitung
berupa dominasi yang dinyatakan dalam persentse penyebaran. Karena nilai penyebaran tiap jenis dalam area
dihitung dalam persen, maka bila dijumlah akan diperoleh 100% (trmasuk % daerah
kosong jika ada). Dapat juga dominansi
dihitung berdasar suatu skala abundansi (scale
abundance) yang bernilai 1 – 5 (Braun-Blannquat; Weaver), 1 – 10 (Domin)
atau 1 – 3 (Wirahardja & Dekker).
Cara
ini sangat berguna bilamana populasi vegetasi cukup merata dan tidak banyak
waktu tersedia. Tetapi memiliki
kelemahan yaitu terdapat kecenderungan untuk menaksir lebih besar jenis-jenis
yang menyolok (warna maupun bentuknya), sebaliknya menaksir lebih sedikit
jenis-jenis yang sulit dan kurang menarik perhatian. Juga sulit untuk dapat mewakili keadaan
populasi vegetasi seluruhnya, dan penaksiran luas penyebaran msing-masing
komponen tidak terkamin ketepatannya.
b. Metode Kuadrat.
Yang dimaksud
kuadrat disini adalah ukuran luas dalam satuan kuadrat (m2, cm2,
dsb), tetapi bentuk petak-contoh dapar berupa segi empat, segi-panjang ataupun
lingkaran. Untuk vegetasi yang
pendek/rendah, bentuk lingkaran lebih menguntungkan karena ukurannya dapat
diperluas dengan cepat dan teliti dengan menggunakan seutas tali yang dikaitkan
pada titik pusat petak. Untuk gulma berbebtuk herba rendah lebih efisien
menggunakan metode kuadrat segi-panjang dari pada kuadrat segi-empat, karena
kelompok tumbuhan berkembang membentuk sebuah lingkaran.
Dengan kuadrat segi
panjang akan lebih memungkinkan memotong kelompok tumbuhan dan lebih banyak
kelompok yang bisa diamati. Jika yang
ditinjau distribusi suatu kelompok tumbuhan, kuadrat lingkaran kurang efiasien
dibanding semua bentuk segi-empat, tetapi lingkaran mempunyai keuntungan
dibanding semua bentuk geometri lainnya karena lingkaran mempunyai perbandingan
terkecil antara tepi dan luasnya. Bentuk
lingkaran juga paling cocok untuk evaluasi asosiasi gulma di daerah yang luas
dan bila menggunakan sampling
estimasi visual.
Penentuan Luas/Jumlah minimal Petak Contoh
Karena
luas dan keadaan vegetasi yang sangat bervariasi maka yang selalu menimbulkan
pertanyaan adalah berapa luas/jumlah petak contoh yang memedai. Terutama bila
kita hanya menggunakan petak contoh tunggal (gambar 2), luas yang memadai harus
kita tentukan. Luas/jumlah petak-contoh
minimal ini berbentuk kaudrat atau lingkaran, dapat ditentukan dengan menyusun
sebuah kurva-jenis.
Caranya:
1.
Pilih satu komunitas vegetasi
yang dapat dipakai sebagaia contoh acak, tentukan batasnya.
2.
Di tengah komunitas, letakkan
sebuah petak-contoh 1 x 1 m (p.c. 1) atau sebuah lingkaran dengan jari-jari
0.56 m. Luas petak contoh = 1 m2.
3.
Catat jumlah jenis dalam p.c. 1
pada lembar data (daftar 9?) dengan sebuah tanda (X) pada kolom 1.
4.
Perluas dua kali lipat p.c. 1
(= p.c. 2), catat semua jenis dalam petak contoh 1 + 2.
5.
Perluas seterusnya dua kali
(p.c. 1 + 2 + 3), dan catat jumlah, jenis dalam p.c. 1 + 2 + 3
(kumulatif). Hentikan bila kenaikan
jumlah jenis yang diperoleh tidak berarti.
6.
Buat dan isi daftar data untuk
Kurva Luas dan jumlah minimal petak contoh.
7.
Buat Gambar Kurva luas dan jumlah petak-contoh minimal
berdasarkan data pada tabel petak contoh.
8.
Tentukan jumlah dan luas petak
contoh yang dapat mewakili luasan areal yang ingin diamati gulmanya.
F.
Hasil :
1.
Table Hasil Pengamatan
No
|
Jenis
|
Kotak 1
(60
cm2)
|
Kotak 2
(60 cm2)
|
Kotak 3
(60
cm2)
|
1
|
Wedusan
(Ageratum conyzoides L.)
|
-
|
8
|
10
|
2
|
Rumput grinting (Cynodon
dactylon)
|
19
|
25
|
33
|
3
|
Krokot (Portulaca
Oleracea L.)
|
3
|
5
|
4
|
4
|
Putrid malu (Mimosa pudica)
|
-
|
2
|
3
|
5
|
Teki-tekian (Cyperus rotundus)
|
9
|
37
|
30
|
6
|
Alang-alang (Imperata cylindrica)
|
-
|
-
|
4
|
|
Total
|
31
|
77
|
84
|
2.
Tabel Lembar Data untuk Kurva
Luas/Jumlah Minimal Petak
Tanggal : 14 November 2015
Lokasi : Lahan
Agroteknologi
|
||||
No
|
Jenis
|
Petak-Contoh No.
|
||
1
|
2
|
3
|
||
1
|
Wedusan
(Ageratum conyzoides L.)
|
|
ü
|
ü
|
2
|
Rumput grinting (Cynodon dactylon)
|
ü
|
ü
|
ü
|
3
|
Krokot (Portulaca
Oleracea L.)
|
ü
|
ü
|
ü
|
4
|
Putrid malu (Mimosa pudica)
|
|
ü
|
ü
|
5
|
Teki-tekian (Cyperus rotundus)
|
ü
|
ü
|
ü
|
6
|
Alang-alang (Imperata cylindrica)
|
|
|
ü
|
Dari lembar data petak contoh:
p.c. (1) ditemukan
3 jenis
p.c. (1 + 2) ditemukan
5 jenis
p.c. (1 + 2 + 3) ditemukan
6 jenis
G.
Pembahasan:
Dari hasil pengamatan yang dilakukan
pada waktu praktikum terdapat spesies-spesies gulma yang tumbuh pada petakan
antara 1,2 dan 3 yang paling dominan terdiri dari gulma rumput griting (Cynodo dactylon) dan teki-tekian (Portulaca Oleracea L.).
Pada tabel hasil pengamatan di atas
dapat kita ketahui bahwa terdapat 31 spesies gulma yang ada di kotak 1. Pada
kotak 1 jumlah gulma di dominasi oleh spesies gulma Cynodo dactylon (rumput grinting) kemudian di susul dengan spesies Cyperus rotundus (teki-tekian) dan
spesies Krokot (Portulaca
Oleracea L.)
Pada kotak ke 2
yaitu dengan penambahan luas kotak 2 x 60 cm2 ,jumlah gulma
berjumlah 77 dan terdapat 2 jenis atau spesies gulma yang baru yaitu Wedusan (Ageratum conyzoides L.) dan Putrid malu (Mimosa pudica).pada kotak ke-2 ini gulma yang paling mendominasi adalah gulma Teki-tekian (Cyperus rotundus).
Sedangkan pada
kotak ke-3 gulma yang tumbuh berjumlah 84 dan terdapat 1 jenis spesies yang
baru. Gulma yang mendominasi pada kotak ke-3 adalah Rumput
grinting (Cynodon dactylon) dan Teki-tekian
(Cyperus rotundus).
Jika kita lihat dari tabel di atas, jumlah gulma yang paling banyak tumbuh
adalah Teki-tekian
(Cyperus rotundus) dan Rumput grinting (Cynodon dactylon). Teki-tekian atau Cyperus
rotundus adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka.
Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit
dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya
adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman
satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm).
Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup,
toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan. Ia
termasuk dalam tumbuhan berfotosintesis melalui jalur C4.
H.
Kesimpulan:
Dari hasil pembahasa di atas maka
dapat di simpulkan bahwa:
1.
Vegetasi merupakan
jenis tanaman yang menempati suatu ekosistem.
2.
Tanaman yang jumlah
populasinya sedikit di suatu tempat bukan berarti vegetasinya sedikit, akan tetapi
bisa jadi di pengaruhi oleh fakto-faktor lingkungan sekitar.
I.
Daftar Pustaka
Adi. 2013. Vegetasi Gulma. http://arekpekalongan.blogspot.com/2013/10/vegetasi
gulma.html diakses 20-12-2015.
Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.
Sukman, Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Tehnik
Pengendaliannya. Rajawali Press, Jakarta.
Tjitrosoedirdjo,
S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo., 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia, Jakarta
Arrijani,
dkk.2006. Analisis Vegetasi .Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango
Rohman,
Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang:
JICA.
J.
Dokumentasi
Gambar 1 : Analisis Vegetasi Lahan UNITRI
|
Gambar 3 : Analisis Vegetasi Lahan UNITRI
|
Gambar 4 : Analisis Vegetasi Lahan UNITRI
|
Gambar 2 : Analisis Vegetasi Lahan UNITRI
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar