BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Pepaya (Carica pepaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari
Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar
luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. C.
pepaya adalah satu-satunya jenis dalam genus Carica. Nama pepaya dalam bahasa
Indonesia diambil dari bahasa Belanda, "papaja", yang pada gilirannya
juga mengambil dari nama bahasa Arawak, "pepaya". Dalam bahasa Jawa
pepaya disebut "katès" dan dalam bahasa Sunda "gedang".
Tujuan
penggunaan pestisida adalah untuk mengurangi populasi hama. Akan tetapi dalam
kenyataannya, sebaliknya malahan sering meningkatkan populasi jasad pengganggu
tanaman, sehingga tujuan penyelamatan kerusakan tidak tercapai. Hal ini sering
terjadi, karena kurang pengetahuan dan perhitungan tentang dampak penggunaan
pestisida. Ada beberapa penjelasan ilmiah yang dapat dikemukakan mengapa
pestisida menjadi tidak efektif, dan malahan sebaliknya bisa meningkatkan
perkembangan populasi jasad pengganggu tanaman.
Berkembangnya
penggunaan pestisida sintesis yang dinilai praktis oleh para petani dan
pecinta tanaman untuk mencegah tanamannya dari serangan hama,
ternyata membawa dampak negatif yang cukup besar bagi manusia dan lingkungan.
Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) tercatat bahwa di seluruh dunia
terjadi keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang setiap tahunnya.
Dampak
negatif dari penggunaan pestisida sintetis adalah meningkatnya daya tahan hama
terhadap pestisida (resistansi hama itu sendiri), membengkaknya biaya perawatan
akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang kurang tepat dapat
mengakibatkan keracunan bagi manusia dan ekosistem di lingkungan menjadi tidak
stabil / tidak seimbang.
1.2 TUJUAN
PRAKTIKUM
Adapun tujuan
praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui kandungan kimia pada daun pepaya.
2. Untuk mengetahui pembuatan pestisida dari daun pepaya.
3. Untuk mengetahui manfaat ekstrak daun pepaya sebagai pestisida alami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pestisida
nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian
tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi
berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin
yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan
atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai
pestisida. Sederhananya, pestisida nabati memiliki mekanisme kerja yang unik
terhadap hama sasaran. Kata “unik” ini merujuk pada sebuah efek yang tidak
berarti harus membunuh hama sasaran. Unik bisa berarti mengusir, memperangkap,
menghambat perkembangan serangga/hama, mengganggu proses cerna, mengurangi
nafsu makan, bersifat sebagai penolak, bahkan memandulkan hama sasaran (Anonim,
2013).
Ramuan
pestisida nabati bisa ditelusuri dari sifat-sifat bahan baku yang akan dibuat
dan karakteristik hama sasaran. Sifat-sifat bahan baku misalnya aroma dan racun
(sifat, kadar) dari suatu bahan. Misalnya bawang merah dan bawang putih
memiliki aroma yang tidak disukai hama tertentu. Biji bengkoang, daun mimba,
akar tuba memiliki kadar racun yang bisa mengganggu hama sasaran (Anonim,
2013).
Pestisida
dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan,
bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih
dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa
memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu
tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan
nabati sebagai pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk
mengendalikan hama serangga (Thamrin dkk, 2008)
Pestisida
nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji,
kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa
bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang
dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan
racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu
siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga
(Supriyatin dan Marwoto, 2000).
Pestisida
nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara
kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara
tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu (Anonim, 2013) :
- merusak perkembangan telur, larva dan pupa.
- menghambat pergantian kulit.
- mengganggu komunikasi serangga.
- menyebabkan serangga menolak makan.
- menghambat reproduksi serangga betina.
- mengurangi nafsu makan.
- memblokir kemampuan makan serangga.
- mengusir serangga.
- menghambat perkembangan patogen penyakit.
Dari sisi lain
pestisida alami/ nabati, mempunyai keistemewaan yang bersifat mudah terurai di
alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan
ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat
lebih aman dan nyaman, yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu
itu (bersifat kontak) dan setelah hamanya terbunuh, maka residunya akan cepat
menghilang di alam. Dengan demikian, tanaman
akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi (Supriyatin dan Marwoto, 2000).
Secara
ekonomis, maka biaya pestisida nabati yang dikeluarkan petani relatif lebih
ringan dibanding pestisida sintetis, di mana harga pestisida sintetis di era
sekarang lebih mahal. Pestisida nabati/ alami diartikan sebagai suatu pestisida
yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang tumbuh di sekitar kita.
Pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat dan didapat oleh petani dengan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas (Untung,
1993).
BAB III
METODOLOGI
3.1 TEMPAT DAN WAKTU
Tempat pelaksanaan praktikum di lab biologi UNITRI Malang, pada tanggal 26 April 2016
3.2 ALAT DAN BAHAN
·
Alat :
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum ini
Sendok, Masker,Timbangan analitis, Beker glas Kompor Buku dan alat tulis
·
Bahan :
Daun Pepaya (Carica papaya L)”
Bahan
100 gr daun papaya
2 sdm minyak tanah
3 gr detergent
1 liter air
3.3
CARA KERJA
Daun Pepaya (Carica papaya L)”
Cara pembuatannya:
100 gr daun pepaya segar di
Rajang dihaluskan
Hasil rajangan direndam dalam 1 liter air ditambah 2 sendok
makan minyak tanah, 3 grm detergen, dan di diamkan semalaman.
Saring larutan hasil
perendaman dengan menggunakan kain halus
Semprotkan larutan hasil
saringan ke tanaman
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
HASIL
Gambar 01: Pestisida
Nabati yang sudah disimpan beberapa hari atau yang sudah didiamkan
|
4.2.
PEMBAHASAN
4.2.1. Kandungan
Kimia Daun Pepaya (Carica Pepaya)
Daun
pepaya (Carica pepaya) mengandung berbagai macam zat, antara lain :
vitamin A 18250 SI , vitamin B1 0,15 mg, vitamin C 140 mg, kalori 79 kal,
protein 8,0 gram, lemak 2 gram, hidrat Arang 11,9 gram, kalsium 353 mg, fosfor
63 mg, besi 0,8 mg, air 75,4 gram , papayotin, kautsyuk, karpain, karposit,
Daun pepaya mengandung bahan aktif “Papain”, sehingga efektif untuk
mengendalikan “ulat dan hama penghisap”. Pestisida nabati ini menunjukkan pH
Netral.
4.2.2. Manfaat
Ekstrak Daun Pepaya Sebagai Pestisida Alami
Pestisida
alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti
tumbuhan. Adapun beberapa keunggulan dari pestisida alami, antara lain:
· Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak
mencemarkan lingkungan (ramah lingkungan).
· Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.
· Dapat membunuh hama/ penyakit seperti ekstrak dari daun pepaya, tembakau,
biji mahoni, dsb.
· Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman: tanaman orok-orok,
kotoran ayam
· Bahan yang digunakan pun tidak sulit untuk dijumpai bahkan tersedia bibit
secara gratis (ekonomis).
· Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan
dengan penggunaan pestisida sintesis. Untuk mengukur tingkat keefektifan dosis
yang digunakan, dapat dilakukan eksperimen dan sesuai dengan pengalaman
pengguna. Jika satu saat dosis yang digunakan tidak mempunyai pengaruh, dapat
ditingkatkan hingga terlihat hasilnya. Karena penggunaan pestisida alami
relatif aman dalam dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun yang diberikan
tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Yang ada hanya kesalahan teknis,
seperti tanaman yang menyukai media kering, karena terlalu sering disiram dan lembab,
malah akan memacu munculnya jamur. Kuncinya adalah aplikasi dengan dosis yang
diamati dengan perlakuan sesuai dengan karakteristik dan kondisi ideal tumbuh
untuk tanamannya.
Pestisida
alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan
cepat. Pestisida alami harus menjadi bagian dari sistem pengendalian hama
terpadu, dan hanya digunakan bila diperlukan (tidak digunakan jika tidak
terdapat hama yang merusak tanaman). Pestisida alami dari ekstrak daun pepaya memiliki beberapa
manfaat, antara lain: dapat digunakan untuk mencegah hama seperti aphid, rayap,
hama kecil, dan ulat bulu serta berbagai jenis serangga.
4.2.3 Daun Pepaya Sebagai Pestisida Nabati
Daun
pepaya(carica pepaya L.) yang telah di racik dan di tambah dengan
beberapa bahan lainnya lalu di semprotkan pada tanaman yang berhama dapat
menghilangkan hama tersebut sedikit demi sedikit, tergantung dosis dan lama
penyemprotan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Pestisida
alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan
cepat. Pestisida alami harus menjadi bagian dari sistem pengendalian hama
terpadu, dan hanya digunakan bila diperlukan (tidak digunakan jika tidak
terdapat hama yang merusak tanaman). Pestisida alami dari ekstrak daun pepaya
memiliki beberapa manfaat, antara lain: dapat digunakan untuk mencegah hama
seperti aphid, rayap, hama kecil, dan ulat bulu serta berbagai jenis serangga.
5.2. SARAN
1.
Sebaiknya para
petani dan pencinta tanaman menggunakan pestisida alami sebagai pengganti dari
pestisida sintesis yang digunakan agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
2.
Jangan menggunakan pestisida alami jika tidak ada
tanaman yang diserang oleh hama.
DAFTAR
PUSTAKA
penghijauan/2013/02/15/mengenal-pestisida-nabati-534448.html Diakses
pada tanggal 23 Mei 2016 pukul 09.38 WIB
Untung, 1993. Pestisida Alami ( Nabati). Jakarta: Erlangga.
Thamrin dkk,2008. Potensi Ekstrak
Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati. Jakarta: balai pertanian lahan
rawa
Supriyatin dan
Marwoto, 2000. Pestisida Nabati.
Jakarta: Rineka Cipta
Untung, 1993. Pestisida Alami ( Nabati). Jakarta:
Erlangga.
Thamrin dkk,2008. Potensi Ekstrak
Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati. Jakarta: balai pertanian lahan
rawa
Supriyatin dan
Marwoto, 2000. Pestisida Nabati.
Jakarta: Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar