BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stratifikasi Sosial
adalah pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau
Hirarkis, yang wujudnya adalah kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Sistem
pelapisan tersebut merupakan ciri yang tetap dan umum. Soerjono Soekanto (1982)
mengatakan bahwa barang siapa yang memiliki suatu yang berharga, misalnya
tanah,uang,ternak dan sebagainya dengan jumlah yang sangat banyak dianggap oleh
masyarakat berkedudukan dalam lapisan atas. Bagi mereka yang hanya memiliki
sedikit sesuatu dan berharga tersebut dianggap tidak mempunyai kedudukan dalam
masyarakat.
Stratifikasi sosial berasal dari istilah Social
Stratification yang berarti Sistem berlapis-lapis dalam masyarakat; kata Stratification
berasal dari stratum (jamaknya : strata) yang berarti lapisan;
stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau measyarakat kedalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Selama dalam masyarakat itu ada
sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang
dihargai, maka barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan
adanya sistem yang berlapis-lapis dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang
dihargai itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis,
mungkin berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan atau mungkin keturunan dari
orang terhormat.
Perbedaan
bertingkat tersebut dinamakan pelapisan sosial. Pelapisan sosial bersifat umum
atau universal artinya selalu di temukan pada setiap kelompok sosial, baik pada
masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Ada beberapa pendapat pakar
tentang pelapisan sosial salah satunya adalah Plato, seorang filsuf
(pemikir) yunani, mengatakan bahwa masyarakat negara dapat dibedakan menjadi
tiga golongan yakni filsuf sebagai pemimpin negara, prajurit sebagai penjamin
terlaksana hukum negara, dan rakyat (petani) sebagai warga negara. Adanya
perbedaan dalam masyarakat juga di temukan pada murid plato yaitu aristoteles.
Ia mengatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan menjadi 3 golongan yaitu mereka
yang kaya sekali, yang melarat dan yang ada diantara keduanya. Pendapat kedua
pemikir tersebut mengisaratkan bahwa pada zaman kuno, manusia telah mengenal
adanya pelapisan-pelapisan dalam masyarakat dalam wujud perbedaan golongan.
Jadi pelapisan sosial itu adalah perbedaan rendah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Sistem Status Dan Pelapisan Masyarakat ?
2. Apa faktor penyebab terjadinya
Pelapisan Masyarakat ?
3. Apa bentuk-bentuk pelapisan
sosial dalam masyarakat ?
4. Apa unsur – unsur
pelapisan dalam masyarakat ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian
dari sistem status dan pelapisan masyarakat.
2. Untuk mengetahui faktor
penyebab terjadinya pelapisan sosial dalam masyarakat.
3. Untuk mengetahui Bentuk-bentuk
pelapisan social dalam masyarakat.
4. Untuk mengethui unsur – unsur
pelaspisan social dalam masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelompokan Stratifikasi Sosial
Pelapisan
sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah
pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim
A. Sorokin bahwa pelapisan sosial merupakan pembedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam
masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap
lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J.
Bouman menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda
disebut stand, yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu
cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut
gengsi kemasyarakatan. Istilah stand juga dipakai oleh Max Weber.
Pelapisan
sosial merupakan gejala alami yang dapat anda jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Keberadaannya merupakan konsikuensi logis dari beberapa faktor
yang selalau ada dalam kehidupan manusia, yaitu berkaitan dengan keturunan,
pendidikan, pekerjaan, kekayaan, dan sebagainya. Dari faktor keturunan
mengetahui adanya golongan yang berpendidikan rendah, menengah, dan
tinggi. Dari faktor pekerjaan mengetahui adanya kelompok petani, pedagang,
pemusik, pengamen, pemulung, dan sebagainya. Dari faktor kekayaan
mengetahui adanya golongan miskin, menengah, dan kaya.
Definisi
sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim A. Sorokin bahwa pelapisan
sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam
masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap
lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J. Bouman menggunakan istilah
tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu golongan manusia yang
ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa
tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Sistem Status Dan Pelapisan
Masyarakat
Menurut P.J. Bouman, pelapisan sosial adalah golongan manusia yang ditandai dengan
suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu.Oleh karena itu, mereka menuntut gengsi kemasyarakatan. Hal tersebut dapat
dilihat dalam kehidupan anggota masyarakatyang berada di kelas tinggi.
Seseorang yang berada di kelas tinggi mempunyai hak-hak istimewa dibanding yang
berada di kelas rendah.
Menurut Pitirim A. Sorokin, pelapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis. Hal tersebut dapat kita
ketahui adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah dalam
masyarakat.
Sedangkan
menurut Theodorson dkk, didalam Dictionary of
Sociology, bahwa “Pelapisan Masyarakat berarti jenjang status dan peranan yang
relatif permanent yang terdapat didalam sistem sosial (dari kelompok kecil
sampai ke masyarakat) di dalam pembedaan hak, pengaruh, dan kekuasaan.
Masyarakat yang berstratifikasi sering dilukiskan sebagai suatu kerucut atau
piramida, dimana lapisan bawah adalah paling lebar dan lapisan ini menyempit ke
atas.
Pelapisan
sosial merupakan gejala yang bersifat universal. Kapan pun dan di dalam
masyarakat mana pun, pelapisan sosial selalu ada. Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi menyebut bahwa selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka
dengan sendirinya pelapisan sosial terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam
masyarakat bisa berupa harta kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pelapisan sosial adalah pembedaan antar warga
dalam masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat. Wujudnya adalah
terdapat lapisan-lapisan di dalam masyarakat diantaranya ada kelas sosial
tinggi, sedang dan rendah.
Pelapisan
sosial merupakan perbedaan tinggi dan rendahnya kedudukan atau posisi seseorang
dalam kelompoknya, bila dibandingkan dengan posisi seseorang maupun kelompok
lainnya. Dasar tinggi dan rendahnya lapisan sosial seseorang itu disebabkan
oleh bermacam-macam perbedaan, seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai
sosial, serta kekuasaan dan wewenang.
Masyarakat
terbentuk dari individu-individu. Individu-individu yang terdiri dari
berbagai latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen
yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial. Dengan terjadinya kelompok sosial
itu maka terbentuklah suatu pelapisan masyarakat atau masyarakat yang
berstrata.
3.1.1 Sifat
Sistem Pelapisan
Didalam suatu masyarakat menurut Soekanto (1990) dapat
bersifat tertutup (close social stratification) dan terbuka (open social stratification).
a.
Sistem Tertutup
Membatasi
kemungkinan pindahnya seseorang dalam suatu lapisan ke lapisan yang lain, baik
yang merupakan gerak ke atas maupun ke bawah. Didalam sistem yang demikian,
satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah
kelahiran (mobilitas yang demikian sangat terbatas atau bahkan mungkin tidak
ada).
Contoh masyarakat dengan sistem stratifikasi sosial
tertutup adalah masyarakat berkasta, sebagian masyarakat feodal atau masyarakat
yang dasar stratifikasinya tergantung pada perbedaan rasial. Sistem pelapisan tertutup kita
temui misalnya di India yang masyarakatnya mengenal sistem kasta yakni:
Kasta Brahmana : yang merupakan
kastanya golongan – golongan pendeta dan merupakan kasta tertinggi
Kasta Ksatria : merupakan kasta
dari golongan bangsawan dan tentara yang dipandang sebagai lapisan kedua.
Kasta Waisya : merupakan kasta
dari golongan pedagang yang dipandang sebagai lapisan menengah ketiga.
Kasta Sudra : merupakan kasta
dari golongan rakyat jelata
Paria :adalah golongan dari
mereka yang tidak mempunyai kasta .
b.
Sistem Terbuka
Masyarakat
di dalamnya memiliki kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk
naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan
yang atas ke lapisan yang dibawahnya (kemungkinan mobilitas sangat besar). Di dalam sistem yang demikian
ini setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk jatuh ke lapisan yang
ada di bawahnya atau naiknya ke lapisan yang di atasnya.
Sistem
yang demikian ini dapat kita temukan misalnya di dalam masyarakat di Indonesia
sekarang ini . Setiap orang diberi kesempatan untuk menduduki segala jabatan
bila ada kesempatan dan kemampuan untuk itu. Tetapi disamping itu orang juga
dapat turun dari jabatannya bila dia tidak mampu mempertahankannya. Status
(kedudukan) yang diperoleh berdasarkan atas usaha sendiri disebut “Achieve
status”. Dalam hubungannya dengan pembangunan masyarakat , sistem pelapisan
masyarakat yang terbuka sangat menguntungkan.
Sebab
setiap warga masyarakat diberi kesempatan untuk bersaing dengan yang lain.
Dengan demikian orang berusaha untuk mengembangkan segala kecakapannya agar
dapat meraih kedudukan yang dicita – citakan . Demikian sebaliknya bagi mereka
yang tidak bermutu akan semakin didesak oleh mereka yang cakap , sehingga yang
bersangkutan bisa jatuh ke tangga sosial uang lebih rendah.
3.1.2 Perbedaan
Sistem Pelapisan Dalam Masyarakat
Masyarakat
terbentuk dari individu-individu. Individu-individu yang terdiri dari berbagai
latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri
dari kelompok-kelompok sosial.
Masyarakat
dan individu adalah komplementer dapat dilihat dalam kenyataan bahwa:
· Manusia dipengaruhi oleh
masyarakat demi pembentukan pribadinya
· Individu mempengaruhi
masyarakat dan bahkan menyebabkan perubahan
Ada beberapa pendapat menurut para ahli mengenai strafukasi sosial diantaranya menurut Pitirin
Ada beberapa pendapat menurut para ahli mengenai strafukasi sosial diantaranya menurut Pitirin
Sorikin
berpendapat bahwa “pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau
masyarakat kedalam kelas – kelas yang
tersusun secara bertingkat”.
Theodorson
dkk berpendapat bahwa “pelapisan masyarakat adalah jenjang status dan peranan
yang relative permanen yang terdapat dalam sistem sosial didalam hal perbedaan
hak, pengaruh dan kekuasaan”.
Masyarakat
yang berstatifikasi sering dilukiskan sebagai suatu kerucut atau piramida,
dimana lapiasan bawah adalah paling lebar dan lapisan ini menyempit keatas.
3.1.3 Pelapisan Sosial Ciri
Tetap Kelompok SoSial
Pembagian
dan pemberian kedudukan yang berhubungan dengan jenis kelamin nampaknya menjadi
dasar dari seluruh sistem sosial masyarakat kuno.
Di dalam organisasi masyarakat primitifpun dimana belum mengenai tulisan. Pelapisan masyarakat itu sudah ada. Hal itu terwujud berbagai bentuk sebagai berikut:
Di dalam organisasi masyarakat primitifpun dimana belum mengenai tulisan. Pelapisan masyarakat itu sudah ada. Hal itu terwujud berbagai bentuk sebagai berikut:
o Adanya kelompok berdasarkan
jenis kelamin dan umur dengan pembedaan-pembedaan hak dan kewajiban
o Adanya kelompok-kelompok
pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki hak-hak istimewa
o Adanya pemimpin yang saling
berpengaruh
o Adanya orang-orang yang
dikecilkan diluar kasta dan orang yang diluar perlindungan hukum
o Adanya pembagian kerja di dalam
suku itu sendiri
o Adanya pembedaan standar
ekonomi dan didalam ketidaksamaan ekonomi itu secara umum pendapat tradisional
tentang masyarakat primitif sebagai masyarakat yang komunistis yang tanpa hak
milik pribadi dan perdagangan adalah tidak benar. Ekonomi primitive bukanlah
ekonomi dari individu-individu yang terisolir produktif kolektif.
3.1.4
Teori Tentang Pelapisan Sosial
Pelapisan
masyarakat dibagi menjadi beberapa kelas :
Kelas atas (upper class)
Kelas bawah (lower class)
Kelas menengah (middle class)
Kelas menengah ke bawah (lower
middle class)
Beberapa
teori tentang pelapisan masyarakat dicantumkan di sini :
1) Aristoteles mengatakan bahwa di
dalam tiap-tiap Negara terdapat tiga unsure, yaitu mereka yang kaya sekali,
mereka yang melarat sekali, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya.
2) Prof. Dr. Selo Sumardjan dan
Soelaiman Soemardi SH. MA. menyatakan bahwa selama di dalam masyarakat pasti
mempunyai sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai
sesuatu yang dihargai.
3) Vilfredo Pareto menyatakan
bahwa ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu yaitu golongan Elite
dan golongan Non Elite. Menurut dia pangkal dari pada perbedaan itu karena ada
orang-orang yang memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang
berbeda-beda.
4) Gaotano Mosoa dalam “The Ruling
Class” menyatakan bahwa di dalam seluruh masyarakat dari masyarakat yang kurang
berkembang, sampai kepada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua
kelas selalu muncul ialah kelas pertama (jumlahnya selalu sedikit) dan kelas
kedua (jumlahnya lebih banyak).
5) Karl Mark menjelaskan terdapat
dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah dan
alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyainya dan hanya memiliki
tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan jika masyarakat terbagi menjadi
lapisan-lapisan social, yaitu :
a.
Ukuran kekayaan
b.
Ukuran kekuasaan
c.
Ukuran kehormatan
d.
Ukuran ilmu pengetahuan
3.2 . Faktor Penyebab Terjadinya Pelapisan Masyarakat
Stratifikasi sosial dapat terjadi sejalan
dengan prooses pertumbuhan atau dibentuk secara sengaja dibuat untuk mencapai
tujuan bersama. Seperti apa yang dikemukakan oleh Karl Marx yaitu karena adanya
pembagian kerja dalam masyarakat, konflik sosial dan kepemilikan.
a. Pembagian Kerja
Jika dalam sebuah masyarakat terdapat pembagian kerja,
maka akan terjadi ketergantungan antar indivudu satu dengan indivudu yang lain.
Seorang yang sukses dalam mengumpulkan semua sumber daya yang ada dan berhasil
dalam kedudukannya dalam sebuah masyarakan akan semakin banyak yang akan
diraihnya.
Sedangkan yang bernasib buruk berada diposisi yang amat
tidak menguntungkan. Semua itu adalah penyebab terjadinya stratifikasi sosial
yang berawal dari ketidaksamaan dalam kekuasaan dalam mengakses sumberdaya.
Menurut
Bierstedt (1970) , Prasodjo dan Pandjaitan (2003) pembagian kerja adalah :
1. Merupakan
syarat perlu terbentuknya kelas.
2. Menghasilkan
ragam posisi dan peranan yang membawa pada ketidaksamaan sosial yang berakhir
pada stratifikasi sosial.
b. Konflik Sosial
Konflik sosial disini dianggap sebagai suatu usaha oleh
pelaku- pelaku untuk memperebutkan sesuatu yang dianggap langka dan berharga
dalam masyarakat. Pemenangnya adalah yang mendapatkan kekuasaan yang lebih
dibanding yang lain. Dari sinilah stratifikasi sosial lahir. Hal ini terjadi
karena terdapat perbedaan dalam pengaksesan suatu kekuasaan.
c. Hak Kepemilikan
Hak kepemilikan adalah lanjutan dari konflik sosial yang
terjadi karena kelangkaan dari sumberdaya. Maka yang memenangkan konflik sosial
akan mendapat akses lebih dan terjadi kelangkaan pada kepemilikan terhadap
sumberdaya tersebut.
Setelah semua akses yang mereka dapatkan, maka mereka
akan mendapatkan kesempatan hidup (life change) dari yang lain. Lalu mereka
akan memiliki gaya hidup (life style) yang berbeda dari yang lain serta
menunjukan dalam simbol-simbol sosial tertentu.
Terjadinya
Pelapisan Sosial terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Terjadi dengan Sendirinya
Proses
ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun
orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas
kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara
alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu sifat yang tanpa disengaja inilah
yang membentuk lapisan dan dasar dari pada pelapisan itu bervariasi menurut
tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat dimana sistem itu berlaku.
b. Terjadi dengan Sengaja
Sistem
pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Dalam
sistem ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya kewenangan dan kekuasaan
yang diberikan kepada seseorang.
Didalam sistem organisasi yang
disusun dengan cara sengaja, mengandung 2 sistem, yaitu:
1) Sistem Fungsional, merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya
berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat.
2) Sistem Skalar, merupakan
pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas ( Vertikal
).
3.3
Bentuk – Bentuk Pelapisan Masyarakat
Bentuk
konkrit daripada pelapisan masyarakat ada beberapa macam. Ada yang membagi
pelapisan masyarakat seperti:
1. Masyarakat terdiri dari Kelas
Atas (Upper Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
2. Masyarakat terdiri dari tiga
kelas, yaitu Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle Class) dan Kelas
Bawah (Lower Class).
3. Sementara itu ada pula sering
kita dengar : Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle Class), Kelas
Menengah Ke Bawah (Lower Middle Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk
menggolong-golongkan anggota masyarakat kedalam satu lapisan. (Calhoun dalam Soekanto, 1990) adalah sebagai
berikut:
1. Ukuran
kekayaan barang siapa yang memiliki
kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisanm teratas. Kekayaan tersebut
misalnya: mobil, rumah, tanah, dan sebagainya.
2. Ukuran
kekuasaan, barang siapa yang memiliki
kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan atas.
3. Ukuran
kehormatan, orang yang paling disegani dan
dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai
pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka
yang pernah berjasa.
4. Ukuran
ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan sebagai
ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.
Para
pendapat sarjana memiliki tekanan yang berbeda-beda di dalam menyampaikan
teori-teori tentang pelapisan masyarakat. seperti:
• Aristoteles
Membagi
masyarakat berdasarkan golongan ekonominya sehingga ada yang kaya, menengah,
dan melarat.
• Prof.Dr.Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH.MA
Menyatakan
bahwa selama didalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap
masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya makan barang itu akan
menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam
masyarakat.
• Vilfredo
Pareto
Menyatakan
bahwa ada 2 kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu, yaitu golongan elite
dan golongan non elite.
• Gaotano
Mosoa
Menyatakan
bahwa di dalam seluruh masyarakat dari masyarakat yang sangat kurang
berkembang, sampai kepada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua
kelas selalu muncul ialah kelas yang pemerintah dan kelas yang diperintah.
• Karl Marx
Menjelaskan
secara tidak langsung tentang pelapisan masyarakat menggunakan istilah kelas
menurut dia, pada pokoknya ada 2 macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas
yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak
mempunyai dan hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses
produksi.
3.4 Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat
Hal yang
mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat
menurut Soekanto (1990) adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan
(status) diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.
Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya
sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestise-nya,
dan hak-hak serta kewajibannya. Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam
kedudukan,yaitu:
a. Ascribed-status, yaitu
kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan
rohaniah dan kemampuan. Pada umumnya ascribed status dijumpai pada masyarakat
dengan sistem lapisan yang tertutup, misalnya masyarakat feodal (bangsawan,kasta)
b. Achieved-status, yaitu
kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja.
Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan
masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap
orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu. Kadang-kadang
dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaituAssigned status yang merupakan
kedudukan yang diberikan. Assigned status sering memiliki hubungan erat dengan
achieved stastus.
c. Peranan (role) merupakan aspek
dinamis kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan melekat pada
diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan.
Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis.
§ Mobilitas Sosial
Soekanto
(1990) mendefinisikan gerak sosial sebagai suatu gerak dalam struktur sosial
yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Sorokin (1959) dalam Soekanto (1990) menyebutkan ada dua gerak sosial yang
mendasar yaitu; pertama, gerak sosial horisontal yaitu peralihan status
individu atau kelompok dari suatu kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Misalnya seorang petani kecil beralih menjadi pedagang kecil. Status sosial
tetap sama dan relatif bersifat stabil. Kedua, gerak sosial vertikal yaitu
peralihan individu atau kelompok dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan
lainnya yang tidak sederajat.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan
teori dan pembahasan dalam makalah ini, maka penulis menyimpulkan bahwa:
1. Lapisan masyarakat (
stratifikasi sosial ) adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat ( secara hierarkis ). Kelas-kelas dalam
lapisan masyarakat ada tiga yaitu:
a. Kelas atas.
b. Kelas menengah.
c. Kelas bawah.
2. Sistem lapisan masyarakat
terjadi karena dua hal yaitu:
1. Terjadi dengan sendirinya.
2. Terjadi dengan seengaja di
susun untuk mengejar tumpuan bersama.
3. Sifat sistem lapisan dalam
suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social stratification )
dan dapat bersifat terbuka ( open social stratification ).
4. Unsur-unsur stratifikasi
masyarakat adalah kedudukan dan peranan
5. Faktor yang menyebabkan
terjadinya pelapisan masyarakat yakni:
1. Pembagian kerja
2. Konflik social
3. Hak kepemilikan
6. Kondisi
Yang Mendorong Terciptanya Stratifikasi, yakni
a. Perbedaan ras dan budaya
b. Pembagian tugas
c. Kelangkaan
4.2 Saran
Masyarakat
pedesaan merupakan wilayah yang masih agraris dan lingkungannya yang masih
alamiyah, oleh karena itu sebaiknya kealamian lingkungan tersebut harus tetap
terjaga sebab lingkungan yang masih alami memiliki udara yang sejuk. Selain
itu, masyarakat desa juga memiliki rasa persaudaraan yang erat, sebaiknya penduduk
desa selalu menjaga kerukunan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009.pelapisan
sosial masyarakat. http:// keyrenz.wordpress
.com/2009/11/22/pelapisan-sosial-masyarakat/. Diakses pada tanggal 27 November 2016
Anonim.2010. system pelpisan
sosial . http://oviee-akhwat .blogspot.com/2010/12/sistem-pelapisan-sosial-dalam.html. diakses pada tanggal 27 November 2016
Anonim..2010. Pelapisan Sosial
Masyarakat Desa dan Kota. Nur87 rochman’sBlog.htm diakses pada tanggal 27
November 2016
anonim.2009.Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa. file:///F: /makalah%20 sosped/stratifikasi- sosial
-dalam- masyarakat.html. diakses pada tanggal 27 November 2016
anonim . 2011. Pelapisansosial
masyarakat desa. http://makanan-putu.blogspot.com/2011/06/pelapisan-sosial-masyarakat-desa.html. diakses pada tanggal 27
November 2016
anonim. 2012 . system
status dan pelapisan masyarakat system status yang
berubah dan situasi sosial dua komunitas desa.http://dhanathetwinyahya.wordpress.com/2012/12/24/sistem-status-dan-pelapisan-masyarakat-sistem-status-yang-berubah-dan-situasi-sosial-dua-komunitas-desa-di-sulawesi-selatan/. diakses pada tanggal 27
November 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar