LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN KESUBURAN TANAH
“Tanaman Jagung Zea mays L”
Dosen: Hidayati Karamina, SP. SH. MP
SEMESTER GNAP 2016/2017
KELOMPOK 3
NURUL SHOLEHUDDIN 2014330069
MUMHAMMAD RODLI 2014330064
SUHARNANIK 2014330083
ROFAN DAVID FATTU 2014330060
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
JAWA TIMUR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mempertahankan kesuburan tanah pada tingkat memuaskan dan
pada waktu yang sama juga menghasilkan tanaman yang menguntungkan merupakan
masalah yang tidak mudah. Ia berhubungan dan bergantung dari berbagai faktor
yang berubah-ubah dan bukan sifat kesuburan. Faktor ini secara nyata menentukan
tingkat dari berbagai masalah kesuburan dan sebaiknya dipengaruhi cara kita
mempertahankan kesuburan.
Kesuburan tanah sebenarnya mempunyai dua pengertian yaitu
kesuburan tanah dan produktifitas tanah. Kesuburan tanah merupakan daya
kesanggupan tanah secara alami untuk memberikan hasil atau untuk menyediakan
hara dalam jumlah cukup dan seimbang. Produktifitas tanah adalah daya kesanggupan
tanah untuk memberikan hasil maksimum dengan menggunakan teknik
pengelolaan/manajemen tanah sebaik-baiknya.
Kesuburan tanah selanjutnya ditentukan oleh keadaan fisik,
kimia dan biologi tanah. Keadaan fisika tanah antara lain kedalaman efektif tanah
yaitu dalamnya lapisan tanah dimana perakaran tanaman dapat berkembang secara
bebas, tekstur, struktur, kelembaban dan tata udara. Keadaan kimia tanah antara
lain reaksi tanah, banyaknya unsur hara dan cadangan unsur hara bagi
pertumbuhan tanaman dan pH tanah. Keadaan biologi tanah yaitu bahan organik,
humifikasi, mineralisasi dan peninkgatan nitrogen udara.
Secara umum dapat dikatakan bahwa tanah yang subur adalah
tanah yang mempunyai kedalaman efektif yang cukup dalam (lebih dari 150 cm),
bertekstur lempung, remah, pH tanah 6,5, mempunyai kegiatan jasad renik atau
jasad hidup tanah yang tinggi, kandungan unsur haranya cukup bagi pertumbuhan
tiap jenis tanaman.
Tanah yang cocok untuk digunakan oleh tanaman jagung adalah
tanah gembur dan subur karena tanaman jagung memberikan aerase dan drainase
yang baik dengan kedalaman zona perakaran yang cukup yaitu 1 – 1,7 m, jagung
dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah. Tanah lempung berdebu
adalah tanah yang baik untuk pertumbuhannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan
pengamatan kesuburan tanah untuk mengetahui pertumbuhan tanaman yang diberi
berbagai jenis dan dosis pupuk.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
pemberian berbagai jenis dosis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea
mays L.). Sedangkan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan praktikum ini yaitu
sebagai bahan informasi bagi praktikan tentang pengaruh pemberian berbagai
jenis dan dosis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.).
1.3. Manfaat
Manfaat praktikum Budidaya
Tanaman jagung yaitu sebagai bahan pembanding bagi kegiatan praktikum lainnya,
dan sebagai media pembelajaran mahasiswa sebelum melakukan kegiatan penelitian
ilmiah yang sesungguhnya.
1.4. Hipotesis
Pengaruh pemberian pupuk Urea sebagai
pupuk tunggal terhadap pertumbuhan tanaman jagung, karena dalam tanah sulit
mendekomposisi jika tanpa pupuk kandang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Kesuburan Tanah
Dalam konsep kesuburan tanah pada dasarnya mengkaji
kemampuan suatu tanah untuk menyuplai unsur hara yang tersedia bagi tanaman
untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Unsur hara dalam bentuk
tersedia dapat diserap oleh tanaman. Kelebihan unsur-unsur yang tersedia ini
dapat meracuni tanaman. Suplai unsure hara tersedia dipengaruhi oleh
sifat-sifat tanah yaitu sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Ketiga sifat ini
saling berinteraksi mengondisikan tanah, apakah subur atau tidak. Kesuburan
tanah selalu berkonotasi dengan produktivitas suatu tanah yang diperlihatkan
oleh hasil tanaman/satuan luas tanah (Lahuddin, 2007)
2.1.1.
Kesuburan fisik
Kekurangan aliran air dalam tanah menghambat pelarutan pupuk
dan pelepasan ion haranya serta aliran massa dan difusi larutan hara dari tanah
ke akar. Kekeringan tanah juga memekatkan larutan pupuk yang dapat merusakkan
jaringan tanaman karena plasmolisis. Perkolasi cepat dalam jumlah banyak akan
melindi banyak bahan pupuk yang terlarutkan. Pupuk juga dapat hilang akibat
terbawa aliran permukaan. Pelindi unsure hara pupuk meningkat dalam tanah
bertekstur kasar karena daya tambat lengas dan haranya kecil. Struktur dan
konsistensi tanah menentukan kerapatan akar dan jangkauan penjalarannya
(Notohadiprawiro et. al.2006).
Tekstur tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman, dimana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman jagung ideal
tumbuh pada tanah bertekstur lempung, sedangkan kentang ideal pada tanah
bertekstur lempung berpasir ketimbang yang bertekstur liat dan pasir berlempung
(Foth, 1984).
2.1.2Kesuburan
Kimia
Tanah yang mengandung unsur hara yang optimum untuk nutrisi
tanaman, tidak terlalu asam dan bebas dari unsur-unsur toksik/racun dapat
dianggap mempunyai kesuburan kimia. Kesuburan tanah sebagai median untuk
pertumbuhan tanaman tidak tergantung pada pengadaan air, udara, unsur hara dan
suhu tanah. Tanah cukup lunak dan cukup memungkinkan untuk terjadinya
perkecambahan dan perkemangan akar yang baik. Tanah perlu memiliki ukuran pori
yang merata, sehingga mudah terjadi gerakan udara maupun air yang menunjang
perkembangan akan suhu di daerah perakaran harus berkisar pada batas-batas
tertentu yang tidak berbahaya sehingga tanah tersebut memiliki kesuburan fisik,
karena keduanya secara seimbang penting bagi kesuburan tanah keseluruhan
(Indranada, 1989).
Semakin tinggi pemberian nitrogen semakin cepat pula sintesa
karbohidrat yang diubah menjadi protein dan protoplasma. Akan tetapi
kalau terlalu banyak akan menghambat pembungaan dan pembuahan pada tanaman.
Sebaliknya, kekurangan unsur nitrogen dapat menyebabkan sel tanaman yang
terbentuk kecil, warna daun menjadi hijau kekuning-kuningan, dan mudah rontok
serta produknya rendah (Kartasapoetra, 1988).
Fungsi utama kalium bagi tanaman adalah membantu dalam
pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman agar daun dan
buah tidak mudah gugur. Selain itu, kalium berguna sebagaikekuatan bagi tanaman
untuk menghadapi kekeringan dan penyakit (Lingga, 1999).
Pengaruh keasaman tanah pada pertumbuhan tanaman adalah
melalui pengaruhnya pada ketersediaan anasir hara yang diperlukan tanaman.
Tanah-tanah berkeasaman tinggi (pH rendah) mengandung kationn-kation besi dan
aluminium bebas dalam takaran banyak yang mampu menyerap ion fosfat sehingga
tidak tersedia bagi tanaman. Pada pH tinggi, kation mangan juga akan menyerap
anion fosfat sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Poerwowidodo, 1993).
2.1.3.
Kesuburan Biologi
Pendekatan yang kurang komprehensif terhadap kesuburan tanah
selama ini yakni hanya memfokuskan dari faktor kimianya saja telah terbukti
menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas tanah dalam jangka panjang. Selain
faktor kimia berupa unsur makro dan mikro yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, faktor biologis (biokimia) yang terutama dimainkan oleh mikroba juga
sangat penting. Berbagai senyawa organic yang dihasilkan oleh mikroba dalam
proses dekomposisi berbagai bahan organic di alam berperan dalam memacu
merangsang pertumbuhan, mempercepat proses pembungaan, meningkatkan proses
biosintesis senyawa biokimia, menghambat pathogen, bahkan juga meningkatkan
produksi senyawa metabolit sekunder sebagai bahan baku obat, pestisida dan
sebagainya (Aryantha et. al., 2002).
2.1.4.
Kesuburan Klimatik
Iklim berpengaruh langsung atas suhu tanah dan keairan tanah
serta berdaya pengaruh tidak langsung pula lewat vegetasi. Hujan dan angin
dapat menimbulkan degradasi tanah karena pelindian (hujan) dan erosi (hujan dan
angin). Energi pancar matahari menentukan suhu badan pembentuk tanah dan tanah
dengan demikian menentukan laju pelapukan bahan mineral dan dekomposisi serta
humifikasi bahan organik. Semua proses fisik, kimia dan biologi bergantung pada
suhu. Air merupakan pelaku proses utamadi alam,menjalankan proses alihragam
(transformation) dan alihtempat (translocation) dalam tubuh tanah, pengayaan
tubuh tanah dengan sedimentasi, dan penyingkiran bahan dari tubuh tanah dengan
erosi, perkolasi dan pelindian (Notohadiprawiro, 1993).
Temperatur merupakan suatu ukuran intensitas panas. Jarak
hidup tumbuh optimal pada kisaran temperatur sangat sempit. Sebagian besar
tanaman pertanian membutuhkan kisaran temperatur 15oC – 40oC untuk pertumbuhan
maksimalnya. Respirasi, permeabilitas dinding sel, serapan air dan hara,
transpirasi, aktivitas enzim dan koagulasi protein (Poerwowidodo, 1993).
2.2. Pupuk An-organik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik
pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi.
Misalnya urea berkadar N 45 – 46% (setiap 100 kg urea terdapat 45 – 46 kg hara
nitrogen). Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) pemberiannya
dapat terukur dengan tepat, (2) kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi
dengan perbandingan yang tepat, (3) pupuk anorganik tersedia dalam jumlah
cukup, dan (4) pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relative sedikit
dibandingkan dengan pupuk organic. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu
hanya selain mempunyai unsure makro, anorganik ini sangat sedikit ataupun
hampir tidak mengandung unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000).
Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi
pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya
mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan
sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu
unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan sebagainya
(Hardjowigeno, 2004).
2.2.1. Urea
Pupuk urea pada tanah pertanian biasanya diperuntukan untuk
tanaman sayur-sayuran karena pupuk ini sangat berguna dalam pembentukan
material tanaman dan pertumbuhan vegetatif daun, sedangkan pupuk TSP dan KCL
lebih diperuntukan untuk mempercepat pembungaan dan peningkatan kualitas
tanaman. Kombinasi dari ketiga pupuk tersebut sangat sangat dibutuhkan untuk
memperoleh pertumbuhan yang baik pada tanaman (Danarti dan Najiarti, 1992).
2.2.2. TSP
Pupuk TSP merupakan pupuk buatan dengan rumus molekul Ca
(HP2 PO4) dengan kadar PO2 pupuk 44-53%. Pupuk ini dibutuhkan tanaman untuk
merangsang pembungaan, pertumbuhan akar dan mepercepat daya serap hara tanaman.
Sedangkan pupuk KCL merupakan pupuk buatan dengan kandungan kalium pupuk
60-63%. Pupuk ini sangat dibutuhkan tanaman sebagai katalis enzim dan membuat
tanaman tahan terhadap penyakit dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
stress lingkungan ( Pijoto, 1995).
2.2.3. NPK
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara dalam pertumbuhan
tanaman yang pada umumnya sangat berperan pada pembentukan atau pertumbuhan
bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar. Namun bila
diberikan terlalu banyak dapat memperlambat pembungaan dan pembuahan tanaman.
Nitrogen merupakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman sebab merupakan penyusun
protoplasma secara keseluruhan (Seopardi, 1979).
Kalium bukan merupakan komponen bahan organik namun
keberadaannya mutlak dibutuhkan dalam proses metabolisme tanaman (Rinsema,
1986). Kalium selalu diserap lebih awal dibanding N dan P. Kalium sangat erat
hubungannya terhadap patogen (Yosagara, 1996).
2.2.4. KCl
KCL merupakan zat hara yang paling penting bagi
tanaman dengan kadar kalium 60-63%. Keuntungan pupuk ini tidak mudah hilang
atau tercuci air tanah. Pada tanah yang mengandung cukup K akan menghasilkan
tanaman yang berkualitas tinggi. Pemberian kalium yang cukup akan memberikan
polong yang baik dan berisi penuh (Suprapto,1992).
Kalium sangat berperang dalam membuka dan menutupnya
stomata, proses potosintesis, dan pengaturan permeabilitas sel
(Getcheli,1973). Defesiensi K menunjukkan gejala merah pada tulang daun, tunas
mudah menjadi kurus dan mudah mati (Oezer,1993).
2.3.
Teknik Pemupukan
Penempatan yang tepat dan saat pemberian merupakan faktor
sangat penting dalam pemupukan. Tanggapan tanaman, penghindaran kerusakan, dan
ketidakrepotan dan pemberian yang ekonomik harus diperhatikan. Agar efektif,
pupuk harus diberikan di tempat dan disaat tanaman memerlukannya. Pemberian
setahun sekali untuk beberapa hara tertentu dapat tidak cukup dan untuk hara
yang lain tidak perlu. Pipik yang gampang larut, dengan konsentrasi tinggi
tidak dapat diberikan pada tanaman-tanaman yang sedang tumbuh, terutama bila
masih muda, karena kerusakan akibat garam (Harjadi, S. S., 1996)..
2.3.1.
Penugalan
Caranya, tempatkan pupuk ke dalam lubang di samping tanaman
sedalam 10-15 cm. Lubang tersebut dibuat dengan alat tugal. Kemudian setelah
pupuk dimasukkan, tutup kembali lubang dengan tanah untuk menghindari
penguapan. Cara ini dapat dilakukan disamping kiri dan samping kanan baris
tanaman atau sekeliling pohon. Jenis pupuk yang dapat diaplikasikan dengan cara
ini adalah pupuk slow release dan pupuk tablet.
2.4.
Botani Tanaman Jagung
2.4.1.
Klasifikasi
Menurut
muhadjir (1988) sistematika tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermotophyta
Sub
division : Angiospermae
Klas : Monocotyledonae
Ordo : Tripaceae
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Tanaman jagung termasuk jenis rumput-rumputan (graminae).
Secara garis basar tanaman jagung terdiri atas empat kelompok : a) Zea mays
indurata sturt; b) Zea mays inderata sturt; c) Zea mays everata sturt dan, d)
Zea mays saccharata sturt. Tanaman jagung termasuk tanaman padi-padian, dan
dalam kedaan baik tingginya dapat mencapai beberapa meter, tergantung
varietasnya, iklim, teknik budidaya, dan kesuburan tanah.
2.4.2. Morfologi
Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari 3
tipe akar yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal
tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang, akar
ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan tanah.
Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih dari buku
terbawah dekat permukaan tanah (Purwono dan Hartono, 2005).
Batang jagung tidak bercabang berbentuk selinder, dan
terdiri dari beberapa ruas. Batang jagung terisi oleh berkas-berkas pembuluh,
seolah-olah tidak beraturan. Batang jagung beruas-ruas antara 8-12 ruas
sedangkan tinggi tanaman berbeda antara 1,5-3 m tergantung varietasnya
(Effendi, 1985).
Daun tanaman jagung memanjang dan keluar dari buku-buku
batang. Jumlah daun terdiri dari 8-48 helaian tergantung varietasnya. Daun
terdiri dari tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun.
Kelopak daun umumnya membungkus batang. Antara kelopak dan helaian
terdapat lidah daun yang disebut ligula (purwono dan hartono,2005)
Bunga jagung tidak memiliki petal dan sepal sehingga disebut
bunga tang a tak lengkap. Bunga jagung juga termasuk bunga tidak sempurna
karena bunga jantan dan betina barada pada bunga yang berbeda
(puwono,dkk,2005). Bunga jantang (staminate) dan bunga betina terdapat pada satu
tanaman yang letaknya terpisah, bunga jantang terletak pada ujung tanaman
sedangkan bunga betina sepanjang pertengahan batang dan berada disalah
satu ketiak daun. Staminate terbentuk pada saat tanaman sudah mencapai
pertengahan umur dan didalamnya terdapat benang sari dan pada benang sari
terdapat kentung sari yang berjumlah 3 pasang yang memiliki sekitar 2500 butir
tepungsari (Kanisius,1993).
Bunga betina menpunyai putik yang terus memajang keluar dari
dari kelobot sampai bunga dibuahi yang disebut rambut jagung. Umumnya bunga
jantan 1-3 hari lebih dahulu masak dibandingan bunga betina sehingga umumnya
penyerbukan silang yang umumnya terjadi (Danarti dan Najiyati,1997). Semakin
siap bunga dibuahi, maka semakin bertambah jum lah rambut yang keluar melewati
ujung tongkol jagung. Rambut-rambut ini menempel pada tongkol jagung yang
merupakan tempat menempelnya calong biji, sebagai tempat menympan persediaan
makanan, hasil daun berupa protein, zat pati, minyak dan hasil lain
(Kanisius,1993).
Biji jagung tersusun rapi pada tongkol. Dalam satu tongkol
terdapat 200-400 biji. Biji jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar
disebut pericarp. Bagian atau lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan
cadangan makanan biji. Sementara bagian paliang dalam yaitu embrio atau lembaga
(purwono dan hartono, 2005).
2.5.
Syarat Tumbuh
Setiap tanaman dalam proses hidupnya selalu membutuhkan
persyaratan tumbuh. Demikian pula dengan tanaman jagung. Persyaratan tumbuh
yang sesuai diharapkan dapat menunjang tingkat produksi, sesuai dengan harapan
para petani (Kanisius, 1993).
2.5.1.
Iklim
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata.
Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya
ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar
matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan
hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 23oC - 30oC. Jagung tidak
memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus
akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air
baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih
dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara
1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl
(http://fendy-muet.blogspot.com/, 30 April 2011).
2.6. Prinsip Kesuburan Tanah
Prinsip
kesuburan tanah secara umum adalah menjamin kondisi tanah yang mendukung
pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan organik ataupun kimia
sehingga meningkatkan kehidupan mikroorganisme di dalam tanah (soil
regenerator), mengoptimalkan ketersediaan dan menyeimbangkan aliran unsur hara,
khususnya melalui penambahan BOT, pendaur ulangan unsur hara dan pemanfaatan
pupuk luar sebagai pelengkap, meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi
matahari, udara dan air dengan pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air dan
pengendalian erosi, saling melengkapi dan sinergi dalam penggunaan sumberdaya
genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan
tingkat keanekaragaman fungisonal tinggi .
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan tempat pelaksanaan
Kegiatan praktikum Manajemen Kesuburan Tanah
Tanaman Jagung (Zea mays
(L)) dilakukan di lahan Universitas Tribhuwana Tungga Dewi
Malang pada hari Rabu, tanggal 23 Maret 2016 pukul 06.30 WIB – selesai
3.2. Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada
praktikum Tanaman jagung yaitu sekop, hand traktor, cangkul/pacul, parang,
kamera, penggaris, patok-patokan, tugal, meteran dan alat tulis menulis. Bahan
yang digunakan pada praktikum ini yaitu benih jagung (Zea
mays L.) dan pupuk an-organik.
3.3. Kondisi Umum Wilayah
Tentang gambaran wilayah
tempat praktikum yang kami lakukan
3.4. Tahapan pelaksanaan
praktikum
1. Membersihkan
gulma pada areal penanaman dengan cara manual
2. Setelah
gulma dibersihkan secara manual oleh alat pertanian pengolahan lahan dengan hand
traktor dan mencangkul tanah supaya gembur
3. Setelah
areal lahannya diolah dengan maksimal maka dibentuklah bedengan sesuai ukuran
yang ditentukan, dan membuat saluran irigasi disamping bedengan sesuai dengan
perlakuan
4. Bedengan
yang sudah sedikit gembur dengan air maka persiapan penanaman benih jagung
dengan membuat 2 lubang tempat tanaman dan pupuk dengan jarak 15x15, setelah
benih di masukkan dalam lubang bersamaan dengan pupuk urea selanjutnya ditutup
kembali dengan tanah gembur di sekitar lubang. Kemudian disiram secara continue
tiap hari kecuali hujan
5. Penyulaman
dilakukan maksimal 2 minggu setelah tanam, agar tidak terjadi perbedaan
pertumbuhan yang terlalu mencolok antara tanaman asli dan hasil sulaman
6. Penyiangan
dilakukan setiap minggu saat terlihat gulma yang tumbuh di sekitar tanaman kedelai.
Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh
dengan tangan..
3.5. Parameter Pengamatan
Pengamatan terhadap parameter pertumbuhan dilakukan sebanyak 1 kali
yaitu tiap umur 2 minggu setelah tanam sampai 46 Hst , sedangkan untuk
parameter hasil dilakukan pada saat panen. Adapun peubah yang diamati adalah
sebagai berikut:
- Tinggi tanaman (cm), diamati mulai pangkal batang hingga pangkal daun tertinggi.
- Jumlah daun (helai), dihitung semua daun yang terbentuk.
- Penimbangan Berat Basah (BB), di hitung semua berapa berat keseluruhan tongkol jagung dan mengambil tongkol tiap sampel.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Tabel
Hasil Pengamatan
Pengamatan :
14 hst
|
||||||
Tanggal Pengamatan
: 05 /
06 /2016
|
||||||
Tanaman
|
Tinggi
Tanaman
|
Jumlah
Daun
|
||||
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
1
|
6
|
6
|
6.5
|
5
|
5
|
5
|
2
|
6
|
6
|
5.6
|
5
|
6
|
5
|
3
|
6.5
|
8
|
6.5
|
6
|
6
|
6
|
4
|
7.5
|
5.5
|
6.5
|
4
|
5
|
5
|
5
|
6.8
|
7.3
|
5.6
|
6
|
5
|
5
|
6
|
5
|
6.5
|
8.7
|
5
|
5
|
6
|
7
|
7.6
|
7
|
6.6
|
6
|
6
|
5
|
8
|
5.8
|
6.5
|
5.5
|
5
|
5
|
5
|
9
|
6
|
4.6
|
5
|
5
|
5
|
5
|
10
|
8
|
8.2
|
2.8
|
5
|
5
|
4
|
Rata-rata
|
6.52
|
6.56
|
5.93
|
5.2
|
5.3
|
5.1
|
Pengamatan : 28 hst
|
||||||
Tanggal Pengamatan :
19 / 04
/2016
|
||||||
Tanaman
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
||||
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
1
|
27
|
26.5
|
28.5
|
11
|
11
|
10
|
2
|
30
|
34.5
|
24
|
11
|
11
|
10
|
3
|
26
|
33
|
23
|
10
|
11
|
12
|
4
|
21
|
25
|
29.5
|
8
|
8
|
11
|
5
|
29.5
|
28
|
27
|
11
|
10
|
10
|
6
|
33
|
29
|
37.5
|
10
|
8
|
13
|
7
|
31.5
|
31.5
|
32
|
10
|
10
|
11
|
8
|
28
|
27.5
|
25
|
10
|
11
|
10
|
9
|
28.5
|
32
|
26.5
|
10
|
11
|
10
|
10
|
29.5
|
23.5
|
19.5
|
10
|
10
|
7
|
Rata-rata
|
28.4
|
29.05
|
27.25
|
10.1
|
10.1
|
10.4
|
Pengamatan : 32
hst
|
||||||
Tanggal Pengamatan
: 10
/ 05 /2016
|
||||||
Tanaman
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
||||
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
1
|
87
|
78
|
91
|
15
|
11
|
13
|
2
|
92
|
95
|
97
|
15
|
13
|
12
|
3
|
84
|
99
|
104
|
14
|
14
|
13
|
4
|
70
|
66
|
92
|
13
|
11
|
14
|
5
|
103
|
109
|
85
|
15
|
13
|
14
|
6
|
104
|
107
|
110
|
14
|
14
|
15
|
7
|
102
|
94
|
100
|
15
|
14
|
14
|
8
|
93
|
96
|
97
|
14
|
15
|
14
|
9
|
92
|
103
|
81
|
14
|
15
|
12
|
10
|
94
|
83
|
50
|
14
|
12
|
11
|
Rata-rata
|
92.1
|
93
|
90.7
|
14.3
|
13.2
|
13.2
|
Pengamatan : 46
hst
|
||||||
Tanggal Pengamatan
: 17
/ 05 /2016
|
||||||
Tanaman
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
||||
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
Bedengan
|
|
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
1
|
230
|
230
|
223
|
18
|
16
|
17
|
2
|
210
|
215
|
220
|
17
|
15
|
15
|
3
|
215
|
215
|
217
|
18
|
16
|
15
|
4
|
175
|
150
|
216
|
15
|
16
|
16
|
5
|
220
|
147
|
225
|
17
|
18
|
17
|
6
|
230
|
225
|
236
|
17
|
18
|
15
|
7
|
245
|
190
|
200
|
18
|
14
|
15
|
8
|
210
|
220
|
217
|
17
|
16
|
16
|
9
|
223
|
215
|
205
|
17
|
16
|
18
|
10
|
217
|
125
|
230
|
16
|
12
|
17
|
Rata-rata
|
217.5
|
193.2
|
218.9
|
17
|
15.7
|
16.1
|
4.1.
Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari beberapa hasil praktikum yang diamati
bahwasanya tanaman jagung semakin meningkat tiap harinya, namun ada beberapa
bedengan tanaman jagung daunnya menjadi kuning diakibatkan beberapa faktor
yaitu:
1. Kurangnya pemupukan
2. Irigasi yang kadang tidak menentu
3. Perawatan yang tidak intensif
5.2. Saran
Dalam
hal pelaksanaan praktikum, diharapkan lebih terorganisir dan lebih teliti dalam
persiapan dan penyediaan alat dan bahan. Agar dalam pelaksanaan praktikum dapat
berjalan dengan lancar, serta mohon diperhatikan waktu praktikumnya, karena
dalam praktikum ini supaya benar-benar mengetahui apa yang namanya menganalisis
sifat dari tanah maka diharapkan agar
diatur dengan sebaik mungkin.
DAFTAR
PUSTAKA
Dariah,
A., F. Agus, S. Arsyad, Sudarsono dan Maswar. 2003. Hubungan antara karateristik tanah dengan tingkat erosi pada lahan
usahatani berbasis kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. Jurnal Tanah dan
Iklim No. 21 (Des):68-86
Buckman,
H.O. dan Brady, 1982. Ilmu Tanah.
Penerjemah : Soegiman. Bharata Karya Aksara, Jakarta. Hal. 131-191. Foth, H.
D., 1984.
Harjadi,
S. S., 1996. Pengantar Agronomi. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hardjowigeno, 2004.
Kartasapoetra,
A. G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman
Pangan di Daerah Tropik. Jakarta. Bina Aksara.
Lahuddin,
2007. Aspek Unsur Mikro dalam Kesuburan
Tanah. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Lingga,
P., 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk.
Jakarta. Penebar Swadaya.
Notohadiprawiro,
T., 1998. Tanah dan Lingkungan.
DIKJEN PT DEPDIKBUD. Jakarta
Poerwowidodo,
1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa
Bandung. Bandung.
Sanchez,
P.A., 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah
Tropika. Alih bahasa : Amir Hamzah. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Suntoro,
W. A., 2003. Peranan Bahan Organik
terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Jurnal Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian USU.
Syukur,
A., 2005. Pengaruh pemberian bahan
organik Terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan caisim di tanah pasir pantai.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 5 (1) (2005)
Widiana,
G.N., 1994. Peranan EM-4 dalam
Meningkatkan Kesuburan dan Produktifitas Tanah. Buletin Kyusei Nature
Farming.
Rao,
S., 1975. Mikroorganisme Tanah dan
Pertumbuhan Tanaman. UI Press. Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar
02: Tanaman Jagung 1 mingguan
|
Gambar
01: Tahap Pengolahan bedengan
|
Gambar 03: Pengamatan 7 Hari setelah tanamn
|
Gambar 04: Penumbukan Tanah &
Pembersihan Gulma
|
Gambar 05: Penyiraman Tanaman Jagung
|
Gambar
06: Belalang Hama Tanaman Jagung
|
Gambar
14: Penimbangan BB Jagung
|
Gambar
13: Jagung Yang sudah Selesai Panen
|
Gambar
11: Pengamatan Sekaligus Memupuk
|
Gambar
12: Panen Tanaman Jagung
|
Gambar
09: OPT Tanaman Jagung
|
Gambar
10: Pengamatan Sekaligus Memupuk
|
Gambar
08: Tanaman Jagung Daun Menguning
|
Gambar
07: Pengamatan 28 hst tanaman jagung
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar