PENGOLAHAN UMBI‐UMBIAN
TALAS
1.
MENGENAL
TALAS
Talas (Colocasia esculenta) merupakan tanaman
pangan yang termasuk jenis herba
menahun. Talas memiliki berbagai nama umum di seluruh dunia, yaitu
Taro, Old cocoyam,
Abalong, Taioba, Arvi, Keladi, Satoimo, Tayoba, dan Yu-tao. Tanaman ini diklasifikasikan
sebagai tumbuhan berbiji (Spermatophyta) dengan biji
tertutup (Angiospermae) dan berkeping
satu (Monocotyledonae).
Talas berasal dari daerah sekitar India dan Indonesia,
yang kemudian menyebar hingga
ke China, Jepang, dan beberapa pulau di Samudra Pasifik.
Pertumbuhan paling baik dari tanaman
ini dapat dicapai dengan menanamnya di daerah yang memiliki
ketinggian 0 m hingga 2740 m di
atas permukaan laut, suhu antara 21 – 270C, dan curah hujan
sebesar 1750 mm per tahun.
Bagian yang dapat dipanen dari talas adalah umbinya, dengan umur
panen berkisar antara 6 -18
bulan dan ditandai dengan daun yang tampak mulai menguning atau
mengering.
Talas umumnya tumbuh subur di daerah negara-negara
tropis. Bahan pangan ini memiliki
kontribusi dalam menjaga ketahanan pangan di dalam negeri dan juga
berpotensi sebagai barang
ekspor yang dapat menghasilkan keuntungan. Pemasarannya selain
dapat dilakukan dalam
bentuk segar, juga dapat dilakukan dalam bentuk umbi beku ataupun
umbi kaleng yang
memenuhi syarat ukuran tertentu.
Indonesia sebagai salah satu negara penghasil talas
memiliki dua sentra penanaman talas,
yaitu di kota Bogor dan Malang. Jenis talas yang biasa dibudidayakan
di Bogor adalah talas
sutera, talas bentul, talas lampung, talas pandan, talas padang,
dan talas ketan. Namun, yang
umum ditanam adalah talas bentul karena memiliki produktivitas
yang tinggi serta memiliki rasa
umbi yang enak dan pulen. Pada kondisi optimal, produktivitas
talas dapat mencapai 30
ton/hektar. Perbedaan varietas tersebut dapat dilihat secara kasat
mata. Hal yang membedakan
dapat dilihat mulai dari ukuran, warna umbi, daun, dan pelepah
daun, umur panen, serta bentuk
dan ukuran,
Talas merupakan tanaman sekulen yaitu tanaman yang
umbinya banyak mengandung air .
Umbi tersebut terdiri dari umbi primer dan umbi sekunder. Kedua
umbi tersebut berada di bawah
permukaan tanah.
Hal yang membedakannya antara umbi primer dan umbi
sekunder
1)
Umbi
primer
merupakan umbi induk
yang memiliki bentuk silinder dengan panjang 30 cm dan diameter 15 cm,
2)
sedangkan
umbi sekunder
merupakan umbi yang tumbuh di sekeliling umbi primer
dengan ukuran yang lebih kecil. Umbi
2.
.
PEMANENEN DAN PENYIMPANAN
Di Indonesia talas dapat dijumpai hampir di seluruh
kepulauan dan tersebar dari tepi
pantai sampai ke pegunungan, baik yang liar maupun yang
dibudidayakan. Di Maluku dan Irian
Jaya banyak ditanam talas di samping ubi kayu dan ubi jalar, di
Jawa, beberapa kultivar yang
terkenal adalah;
·
talas
bogor (dari Bogor dan sekitarnya),
·
talas
semir dari Sumedang,
·
dan
bentul dari Malang
Menurut tempat tumbuhnta, terdapat kultivar yang
dipeluhara di tempat becak seperti
sawah, rawa, pinggir sungai atau kolam, dan ada kultivar yang ditumbuhkan
di tanah
kering seperti kebun dan ladang. Talas di Jawa umumnya ditanam di
ladang.
Walaupun jarang yang berbuah dan menghasilkan biji, talas dapat
dikembangbiakan
dengan menggunakan anakan dengan tinggi 30-40cm, sulur umbi, anak,
atau pangkal umbi
beserta bagian pelepahnya (sepanjang 20cm). Besarnya bibit tidak
berpengaruh pada produksi
umbu. Waktu tanam yang cocok adalah menjelang musim hujan.
Di Jawa umumnya panen dilaksanakan pada bulan Juni –
Agustus menjelang musim
hujan tiba. Tanda talas siap dipanen adalah : umur telah mencukupi
(Umur genjah = 4-5 bulan,
Umur dalam = 9-12 bulan), dan daun telah berubah warna menjadi
kuning serta mulai
mengering. Saat panen, umbi digali, pelepah dipotong sepanjang
20-30cm dari pangkal,
perakaran dibuang dan selanjutnya umbi dibersihkan dari tanah yang
masih melekat. Jika pada
satu musim panen umbi tidak sempat diambil potonglah semua pelepah
daun tanaman tersebut.
Dengan cara ini umbi dapat dipanen berikutnya.
Umbi talas mulai dapat dipanen setelah tanaman berumur
antara 7- 9 bulan yang ditandai
dengan mengeringnya daun. Pemanenan talas pada umumnya dilakukan
dengan cara memangkas
daun dan menyisakan pelapahnya sepanjang 30 cm. Kemudian tanaman
dibongkar dengan cara
menggali tanah di sekitarnya.
Pembongkaran tanah harus dilakukan secara hatihati agar
umbi tidak terluka, karena jika
terluka dapat mempercepat kerusakan pada saat umbi dalam
penyimpanan. Pada talas belitung
cara panen dilakukan tanpa membongkar pohonnya. Caranya adalah
dengan menggali tanah di
sekitar tanaman dan melepaskan umbi anaknya dari induknya.
Kemudian tanaman ditimbun lagi untuk kembali tumbuh
setelah 3 4 bulan dan panen pada talas belitung ini tidak bermusim. Apabila
karena sesuatu hal tanaman talas yang sudah saatnya dipanen ternyata belum
dapat dipanen; maka panen dapat ditunda dengan cara membiarkan umbi tetap
dipertanaman. Namun seluruh pelepah daun tanaman yang belum akan
dipanen dipotong. Tanaman talas yang dibiarkan di tempat seperti
ini tanpa dibongkar tetapi
hanya dipotong pelapah daunnya saja, dapat tahan sampai musim
tanam berikutnya tanpa
merusak umbi.
Cara penyimpanan dengan membiarkan umbi tetap berada di
pertanaman seperti ini harus
dilakukan secara hatihati dan dengan penuh perhitungan karena
apabila terlalu lama umbi
disimpan, maka umbi tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman baru
sehingga kualitasnya akan
menurun baik kandungan gizinya maupun rasa umbinya.
·
Hasil
rata rata per hektar dari talas bogor yang dipanen
pada saat tanaman berumur antara 6-8 bulan mencapai sekitar
5 – 7 ton umbi basah
sedangkan jika panen antara umur 9 -10 bulan hasilnya dapat mencapai
8 – 10 ton umbi basah,
sedangkan Sente dan Kimpul dengan umur panen antara 4 5 bulan
hasil yang diperoleh adalah antara 4-5 ton umbi basah per hektar.
Umbi talas yang sudah dipanen mudah rusak, talas yang
sudah terlanjur dipanen tidak
bisa bertahan lama tanpa pengolahan dan bila kita ingin menyimpan
umbi selama beberapa
waktu lamanya kita harus menjaganya dari kerusakan mekanis dan
diusahakan ruang
penyimpanan tetap kering. Di Mesir umbi talas disimpan selama 3,5
bulan pada suhu 7 C.
Untuk jenis kimpul, umbi dapat disimpan didalam gudang sampai
sekitar 2 bulan. Di
pedesaan gudang penyimpanan dapat berupa kolong lumbung atau
kolong balaibalai di dapur.
Pada sekitar 6 minggu dalam penyimpanan umbi mulai bertunas, namun
bila suhu cukup tinggi
tunastunas ini akan mati.
Dalam penyimpanan, umbi kimpul akan mengalami susut
berat. Makin rendah suhu,
makin kecil susutnya. Pada suhu rendah, umbi dapat bertahan selama
9 minggu dalam
penyimpanan.
3.
.
ASAM OKSALAT DALAM TALAS
Umbi talas belitung seringkali menimbulkan rasa gatal,
sensasi terbakar, dan iritasi
pada kulit, mulut, tenggorokan, serta saluran cerna pada saat
dikonsumsi. Talas
mengandung asam oksalat yang mempengaruhi penyerapan kalsium dalam
saluran
pencernaan, yaitu dengan pembentukan ikatan-ikatan kalsium yang
tidak dapat larut air.
Kalsium oksalat berbentuk kristal yang menyerupai jarum. Selain
kalsium oksalat
talas juga mengandung asam oksalat yang dapat membentuk kompleks
dengan kalsium.
Keberadaan asam oksalat diduga dapat mengganggu
penyerapan kalsium. Asam oksalat
bersifat larut dalam air, sementara kalsium oksalat tidak larut
dalam air tetapi larut dalam
asam kuat. Oksalat tidak tersebar secara merata di dalam umbi
talas. Agar aman dikonsumsi,
maka asam oksalat di dalam talas harus dibuang. Proses perebusan
dapat dilakukan untuk
mengurangi jumlah oksalat terlarut jika air rebusan dibuang,
karena senyawa ini terlarut ke
dalam perebusan. Selain itu, perendaman dalam air hangat,
perkecambahan, dan fermentasi
juga dapat dilakukan untuk menurunkan kadar oksalat terlarut.
Rasa gatal pada saat mengonsumsi talas disebabkan oleh tusukan
jarum-jarum kristal
kalsium oksalat yang terbungkus dalam suatu kapsul transparan
berisi cairan yang berada
diantara sel-sel umbi tersebut.
Kapsul-kapsul
ini disebut rafid. Rafid-rafid ini tertancap pada
dinding pemisah antara dua vakuola pada jaringan umbi dan
ujung-ujungnya berada pada
vakuola tersebut. Jika bagian umbi dikupas atau dipotong-potong,
maka vakuola yang berisi
air karena perbedaan tegangan pada kedua vakuola itu menyebabkan
dinding kapsul pecah.
Akibatnya kristal kalsium oksalat tersembul ke permukaan dan
menusuk ke bagian kulit.
Tusukan-tusukan inilah yang menyebabkan timbulnya rasa gatal pada
mulut, tenggorokan,
atau kulit tangan.
4.
.
PENGOLAHAN TALAS
Umbi talas merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang
cukup baik.
Komponen makronutrien dan mikronutrien yang terkandung di dalam
umbi talas meliputi
protein, karbohidrat, lemak, serat kasar, fosfor, kalsium, besi,
tiamin, riboflavin, niasin, dan
vitamin C. Komposisi kimia tersebut bervariasi tergantung pada
beberapa faktor, seperti jenis
varietas, usia, dan tingkat kematangan dari umbi. Faktor iklim dan
kesuburan tanah juga turut
berperan terhadap perbedaan komposisi kimia dari umbi talas. Nilai
lebih dari umbi talas adalah
kemudahan patinya untuk dicerna. Hal ini disebabkan oleh ukuran
granula patinya yang cukup
kecil dan patinya mengandung amilosa dalam jumlah yang cukup
banyak (20-25%). Selain itu,
talas juga bebas dari gluten, maka pangan olahan dari talas dapat
digunakan untuk diet individu
yang memiliki alergi terhadap gluten. Untuk lebih jelasnya
mengenai kadar beberapa komponen
makronutrien dan mikronutrien dari talas mentah, rebus dan kukus
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Gizi dalam 100 g Talas Mentah, Talas Kukus, dan
Talas Rebus
·
Komponen
Satuan Talas mentah Talas kukus Talas rebus
ü Energi kal 98 120 -
ü Protein g 1.9 1.5 1.18
ü Lemak g 0.2 0.3 0.17
ü Karbohidrat g 23.7 28.2 29.31
ü Kalsium mg 28.0 31.0 0.026
ü Fosfor mg 61 63 –
ü Besi mg 1.0 0.7 –
ü Vitamin A RE 3 0 –
ü Vitamin C mg 4.0 2.0 –
ü Vitamin B1 mg 0.13 0.05 –
ü Air g 73.0 69.2 61.0
ü Bahan dapat dimakan % 85 85 -
·
Sumber
:
a). Direktorat Gizi,
Depkes RI (1979)
b). Payne et al. (1941)
5.
TEPUNG
TALAS
Tepung merupakan bentuk hasil pengolahan bahan yang
dilakukan dengan memperkecil
ukuran bahan menggunakan metode penggilingan. Tepung merupakan
produk yang memiliki
kadar air rendah sehingga daya awetnya pun tinggi. Proses
penggilingan bahan disebabkan oleh
bahan yang ditekan dengan gaya mekanis dari alat penggiling.
Tepung mekanis pada proses
penggilingan diikuti dengan peremukan bahan dan energi yang
dikeluarkan sangat dipengaruhi
oleh kekerasan bahan dan kecenderungan bahan untuk dihancurkan.
Talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai
bahan baku tepung-tepungan
karena memiliki kandungan pati yang tinggi, yaitu sekitar 70-80%.
Tepung talas memiliki
ukuran granula yang kecil, yaitu sekitar 0.5-5 mikron. Ukuran
granula pati yang kecil ini ternyata
dapat membantu individu yang mengalami masalah dengan
pencernaannya karena kemudahan
dari talas untuk dicerna. Pemanfaatan lebih lanjut dari tepung
talas adalah dapat digunakan
sebagai bahan industri makanan seperti biskuit ataupun makanan
sapihan. Selain itu, tepung talas
juga dapat diaplikasikan untuk membuat makanan bagi orang yang
sakit dan orang tua, dengan
cara mencampurkan tepung talas dengan susu skim.
Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
mendapatkan tepung talas. Proses
pembuatan tepung dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung
dari jenis umbi-umbian itu
sendiri. Proses pembuatan tepung talas diawali dengan pencucian
dan pengupasan umbi segar.
Lalu dilakukan pengirisan yang ditujukan untuk memperbesar luas
permukaan dari talas pada
saat dikeringkan. Dapat juga terlebih dahulu dilakukan proses
perendaman talas di dalam asam
sulfat dan perendaman di dalam air mendidih selama 4-5 menit
sebelum talas mengalami
pengeringan dengan tujuan untuk mengurangi kandungan oksalat di
dalamnya. Kandungan
oksalat yang ada di talas memang cukup tinggi dan bila tidak
dihilangkan ataupun dikurangi,
maka saat pangan olahan dari talas dikonsumsi, orang yang
mengkonsumsi akan merasa gatal gatal pada tenggorokannya.
Pengeringan talas dapat dilakukan baik itu dengan
menggunakan alat pengering maupun
sinar matahari. Secara umum, pengeringan dengan menggunakan alat
pengering lebih baik
daripada menggunakan sinar matahari. Kelebihannya antara lain suhu
pengeringan dan laju alir
udara panas yang dapat dikontrol, kebersihan yang lebih terjaga,
dan pemanasan terjadi secara
merata. Akan tetapi, pengoperasian alat pengering terkadang
memerlukan keahlian dari
pengguna alatnya dan memakan biaya yang agak sedikit lebih mahal.
Proses pengeringan pada pembuatan tepung talas
merupakan salah satu tahapan yang
krusial, karena menentukan kualitas dan keawetan dari produk
olahan selanjutnya dari tepung
tersebut. Suhu dan waktu pengeringan merupakan faktor penting
dalam pengeringan yang akan
mempengaruhi mutu produk akhir. Proses pengeringan yang paling
optimal dilakukan pada suhu
pengeringan 60oC selama 22 jam, yang pada akhirnya akan didapatkan
kadar air tepung ± 9.89%.
Hasil dari pengeringan tersebut kemudian digiling
dengan pin disc mill. Nilai gizi dari tepung talas dapat dilihat di bawah ini,
·
Proksimat
tepung talas Komponen Kandungan (%)
1.
Air
8.49±0.05
2.
Protein
6.43±0.04
3.
Lemak
0.47±0.1
4.
Serat
kasar 2.63±0.06
5.
Total
abu 4.817±0.054
6.
Karbohidrat
77.163
Pembuatan Tepung Talas
Talas segar awalnya dicuci dengan air mengalir untuk
menghilangkan tanah yang masih
menempel. Talas kemudian dikupas dengan menggunakan abrasive
peeler hingga kulitnya
terkupas semua. Setelah itu, dilakukan pengirisan pada talas
menggunakan slicer sehingga
didapatkan talas dengan ketebalan ± 0.1 cm. Selanjutnya irisan
talas tersebut dikeringkan dengan
menggunakan oven bersuhu 1500C selama 6 jam. Irisan talas yang
sudah mengering sempurna
ditandai oleh irisan talas yang dapat dipatahkan. Langkah terakhir
adalah proses penepungan
irisan talas dengan menggunakan pin disc mill. Selanjutnya akan
dihasilkan tepung talas yang
siap digunakan untuk proses pembuatan dodol talas.
Ø DODOL TALAS
Dodol merupakan salah satu jenis pangan olahan yang
tergolong Pangan Semi Basah
(PSB) karena memiliki kadar air 10-40%, aW 0.65-0.90, serta
memiliki tekstur yang plastis dan
padat.
Menurut Standar Nasional Indonesia, dodol merupakan
produk makanan yang dibuat dari
tepung beras ketan, santan kelapa dan gula dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan dan
bahan tambahan lainnya yang diizinkan. Akan tetapi, dengan
permintaan pasar yang semakin
beragam, produsen mencoba memenuhi keinginan konsumen dengan
membuat produk dodol
dengan beraneka rasa. Oleh karena itu, mulai diproduksilah
berbagai jenis dodol dengan buah
sebagai bahan penambah rasa pada dodol ketan, mulai dari dodol
durian, dodol nanas, dodol
sirsak, hingga dodol talas.
Pengolahan pangan semi basah dibedakan menurut
pembuatan cara tradisional dan
pembuatan cara modern. Perbedaan yang paling mendasar pada kedua
cara pembuatan dodol
tersebut adalah parameter yang digunakan dalam melihat kematangan
dodol. Prinsip pembuatan
dodol secara tradisional adalah melakukan pencampuran bahan sesuai
dengan urutannya dan
memasaknya hingga secara organoleptik dianggap matang. Masyarakat
tradisional menggunakan
indikator bahwa adonan dodol yang sudah tidak lengket lagi di
tangan sebagai indikator telah
matangnya adonan dodol tersebut. Sementara itu, untuk pembuatan
dodol secara modern, hampir
sama dengan pembuatan dodol secara tradisional
Daerah-daerah di Indonesia mengenal dodol dengan nama
yang berbeda-beda. Bila di
daerah Garut terkenal dengan nama dodol garut, maka di Kudus lebih
dikenal dengan nama
jenang, dan di Sumatera Barat dikenal dengan nama kalamai. Ini
menunjukkan bahwa dodol
disukai oleh berbagai golongan, sehingga potensi pemanfaatan
berbagai sumber daya lokal
sebagai bahan baku dodol masih sangat besar.
Bahan yang harus di siapkan;
ü tepung talas atau talas
ü segar,
ü gula pasir,
ü gula merah,
ü garam,
ü santan,
ü mentega,
ü dan tepung ketan,
Ø ENYEK-ENYEK TALAS
Enyek-enyek merupakan makanan rungan berbentuk seperti kerupuk
dan populer di
kalangan masyarakat Sunda. Namun demikian jenis makanan ini
kemungkinan besar juga dapat
dijumpai di tanah air dengan nama yang berbeda.
Bahan yang diperlukan meliputi
ü tepung talas (1kg),
ü air (875 ml),
ü bawang bakung (50 g),
ü bawang merah (100g),
ü cabai merah (75g),
ü ketumbar (10g),
ü telur (1 butir),
ü garam halus (20 g),
ü gula halus (30 g).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar