Senin, 27 April 2015

Rangkuman Materi Dasar Ilmu Tanah



BAB I
PENDAHULUAN
 I.      LATAR BELAKANG               
Tugas ini saya tujukan khususnya untuk kalangan remaja, pelajar dan generasi muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa agar kita semua mengenal Dasar Ilmu Tanah dan perannya terhadap lingkungan sosial khususnya.
            Dengan mengetahui Dasar Ilmu Tanah ini mampu menerapkan penghijauan di daerahnya masing-masing.
Pengertian tanah sangatlah beragam dan tergantung bidang ilmu yang menilainya. Pengertian tanah berdasarkan ahli hukum akan berbeda dengan pengertian tanah menurut ahli ekonomi, lembaga keuangan / perbankan, dan ibu rumah tangga. Tanah menurut ahli hukum dinilai berdasarkan status tanah atau hak kepemilikan terhadap tanah, seperti tanah berstatus hak milik berbeda dengan tanah berstatus hak guna usaha (HGU) dan hak pakai serta sangat berbeda sekali dengan tanah garapan. Tanah menurut ahli ekonomi dan lembaga keuangan perbankan dipahami berdasarkan kedekatan lokasi tanah dengan akses dan kelancaran akses serta kedekatan dengan pusat pengembangan.
 II.        RUMUSAN MASALAH
1.      Apa arti tanah?
2.      Bagaimana pengelolaan tanah?
3.      Bagaimana penerapan ilmu tanah?

 III.            TUJUAN PENULISAN
  1. Sebagai media sosialisasi dan informasi tentang materi-materi Dasar Ilmu
  2. Sebagai referensi bagi para pelajar untuk membuat makalah Dasar Ilmu Tanah
  3. Agar mengetahui arti konsep tanah, morfologi tanah, mineral tanah, pembentukan tanah, sifat fiska tanah, struktur tanah dan sifat fiska air tanah



BAB II
PEMBAHASAN
 I.         KONSEP TANAH
Tanah beserta bahan organik lain yang berasal dari hewan dan jasad renik akan diuraikan oleh mikro organisme menjadi bahan organik yang kompleks.  Bila lapisan tanah mencapai ketebalan tertentu dan berwarna gelap karena akumulasi bahan organic, maka suatu horizon A akan terbentuk.  Horizon tanah merupakan suatu lapisan tanah yang hampir sejajar dengan permukaan bumi dan merupakan hasil evolusi dan terdapat sifat-sifat diantara horizon-horizon yang berbatasan.  Tanah dihutan mengalami penambahan bahan organik sebagian besar dari daun dan batang.  Penambahan daun-daun dan batang pada permukaan atas tanah memungkinkan perkembangan horizon A yang menutupi horizon R (batuan induk).
Ruang pori dalam sedimen tanah memungkinkan system perakaran tanaman menembus lebih dalam dan memudahkan perpindahan komponen yang terlarut dalam air yang terperkolasi.  Partikel tersuspensi tersebut akan mengendap sedalam 15—50 cm.  proses pengendapan (deposit) bahan-bahan dalam satu horizon yang bergerak dari bebrapa horizon lainnya disebut illuviasi.  Iluviasi dalam hal ini akan menghasilkan suatu daerah di bawah horizon A, dimana partikel-pertikel koloid diakumulasikan. Daerah ini disebut horizon B.  partikel yang paling sering diakumulasikan di horizon B adalah liat, bahan organik, dan oksida-oksida besi dan alumunium (sesquioksida).
Translokasi koloid dari horizon A berakibat pada konsentrasi pasir dan partikel-partikel kuarsa dengan ukuran seperti debu.  Pada tanah dengan horizon A yang tipis suatu lapisan tanah berwarna terang dengan bahan organic rendah dapat berkembang di bawah horizon A dan diatas horizon B.  horizon ini berwarna keabu-abuan dan disebut horizon E yang artinya  eluvial (kegagalan). 
Horizon C merupakan suatu lapisan yang sukar dipengaruhi oleh proses-proses pembentukan tanah dan tidak memiliki sifat-sifat horizon lainnya.  Horizon C biasanya terdiri dari sediment atau batuan yang dipengaruhi langsung oleh cuaca dari batuan induk di bawahnya.  Sebagian besar horizon-horizon pada tanah teratas yang dipengaruhi cuaca di atas horizon C disebut solum.
Diatas horizon A boleh jadi terdapat horizon O. horizon O didominasi oleh bahan organic.  Sejumlah horizon O seperti mug dan gambut berkembang dimana lingkungan jenuh air dalam waktu yang cukup lama.  Bahan organic yang dihasilkan kebanyakan tidak berhasil untuk diuraikan karena kekurangan oksigen untuk perombakannya.  Di daerah hutan yang dingin dan basah, horizon O berkembang di atas horizon tanah mineral yang kondisinya seperti keasaman dan suhu yang rendah menghambat sekali pemecahan bahan organic.
Pada suatu saat, sebuah horizon tanah didominasi oleh sifat salah satu horizon utama, tetpai mempunyai sifat horizon lainnya.  Dua huruf besar digunakan misalnya AB,  huruf pertama A menunjukkan sifat-sifat horizon A lebih besar daripada horizon B.
1.      Ordo Tanah
Terdapat bermacam-macam faktor pembentuk tanah. Akibatnya ratusan ribu tanah yang berbeda telah dikenal di seluruh dunia.  Tanah-tanah diklasifikasikan dalam ordo-ordo.  Ordo ini merupakan klasifikasi umum yang sering dipakai dalam system klasifikasi tanah (soil taxonomy).  Sepuluh ordo telah dikembangkan terutama berdasarkan macam horizon yang ditemui dalam tanah dan sifat horizon tersebut. 
Pedon adalah unit-unit terkecil dari tanah yang merupakan kajian dalam penyelidikan ilmiah.  Satu pedon tanah merupakan volume terkecil yang dapat disebut tanah dan bentuknya dalah polygonal yang kasar.  Areal kisaran pedon adalah 1 –10 m2.   
2.      Warna Tanah
Warna tanah merupakan sifat tanah yang nyata dan mudah dikenali.  Warna tanah dapat diguanakan sebagai ukuran langsung yang lebih mudah dibandingkan dengan sifat tanah penting yang lain.  Bahan organic merupakan bahan utama pewarnaan tanah yang bergantung pada keadaan alaminya, jumlah, dan penyebaran dalam profil tanah tersebut.  Warna tanah yang gelap biasanya menunjukkan kandungan bahan organic yang tinggi
Warna merah pada tanah umumnya dihasilkan oleh tidak adanya hidrasi dan adanya oksidasi oksida besi (hemabit).  Di daerah tropis bayak dijumpai warna tanah coklat kemerahan yang cenderung disebabkan pengaruh kombinasi oksidasi besi dan bahan organic.
Warna kuning dihasilkan oleh hidrasi oksidas besi (lunonit) di subsoil.  Hal ini menunjukkan drainase yang tidak sempurna,
Tanah-tanah horizon A yang berwarna abu-abu terang atau mendekati kuning putih biasanya merupakan tanda dari bahan induk seperti marl atau pasir kuarsa dan dimana tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman dan akumulasi bahan organic di tanah. 
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan tanah dengan sebuah table warna (munsell color chart) yang berisi 175 warna dan disusun secara sistematik pada 7 label sesuai dengan kilap (spectrum panjang gelombang yang dominant), nilai (kuantitas total cahaya), dan khroma (kemurnian relative panjang gelombang yang dominant).  Kombinasi ketiga variable ini yang memberikan warna.
Warna tanah yang putih biasanya kesuburannya rendah, tetapi hal ini tidak berlaku umum, karena kesuburan tanah lebih tergantung pada variasi kandungan mineral lempung, tekstur, dan bahan organic.

 II.   MORFOLOGI TANAH
            Morfologi tanah yaitu suatu sarana dalam penyelidikan ilmiah dengan tujuan untuk menguraikan, melukiskan dan melaporkan kenampakan, ciri-ciri, dan sifat tanah yang dimiliki oleh suatu profil tanah.
1.                  Profil Tanah : penampang melintang tanah yang menampakkan lapisan-lapisan tanah (horizon)
2.                  Horizon : lapisan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi dan mempunyai ciri-ciri tertentu (khas)
3.                  Solum (tubuh tanah) : tanah yang berkembang secara genetis; merupakan lapisan tanah mineral dari atas sampai sedikit dibawah batas atas horizon C
4.                  Top Soil (Tanah Atasan) : lapisan tanah yang paling atas yang dapat diartikan : (1) horizon Ap; (2) Horizon A1 (3) Horizon A seluruhnya (4) lapisan tanah yang subur karena mengandung banyak bahan organik tanah
5.                  Surface soil (tanah permukaan) : lapisan tanah permukaan yang biasanya terpindahkan (moved by) waktu pengolahan tanah (tebalnya 12-20 cm) yang biasanya tererosi
6.                  Subsurface horizon (tanah bawah permukaan) : bagian horizon A yang terdapat dibawah surface soil
7.                  Subsoil (Tanah bawahan) : horizon B bagi tanah yang sudah terbentuk horizon; sedang bagi tanah yang sedang berkembang berarti lapisan tanah dibawah tanah permukaan dimana terdapat pertumbuhan akar yang normal
8.                  Substratum (lapisan bawah tanah) : lapisan dibawah solum, baik horizon C maupun horizon R.
9.                  Syarat profil : (1) tegak (vertikal)  (2) baru  (3) tidak terkena sinar matahari langsung (4) tidak tergenang air (5) mewakili tapak sekeliling 
10.  Step-step pengamatan profil tanah :
1. Membuat lubang profil (1m x 1m x 1m) atau tebras tebing
2. Menentukan batas-batas horizon, berdasarkan suara, warna dan kekerasan.
3. Mengukur batas-batas horizon dalam satuan cm

Batas horizon :
(a)  jelas  tidaknya
t – tegas (abrupt) : tebal batas kurang dari 2,5 cm
j –jelas (clear) : tebal batas 2,5-6,0 cm
a – berangsur (gradual) : tebal 6,0-15 cm
k-kabur (diffuse) : lebih dari 15 cm
(b) Topografi batas :
r- rata (smooth)
0- berombak (wavy)
i- tidak teratur (irregular)
ii- patah (broken)
4. Mengamati sifat-sifat atau kenampakan tanah
a.   Warna tanah
b.   Tekstur Tanah
c.    Struktur Tanah
d.   Konsistensi
e.   PH tanah
f.     Perakaran
g.   Bahan-bahan kasar dan bentukan istimewa (padas, konkresi)
III.  MINERAL TANAH
Mineral tanah adalah mineral yang terkandung di dalam tanah dan merupakan salah satu bahan utama penyusun tanah. Mineral dalam tanah berasal dari pelapukan fisik dan kimia dari batuan yang merupakan bahan induk tanah, rekristalisasi dari senyawa-senyawa hasil pelapukan lainnya atau pelapukan (alterasi) dari mineral primer dan sekunder yang ada.
Mineral mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu tanah, antara lain sebagai indikator cadangan sumber hara dalam tanah dan indikator muatan tanah beserta lingkungan pembentukannya. Jenis mineral tanah secara garis besar dapat dibedakan atas mineral primer dan mineral sekunder. 
1. Klasifikasi mineral Tanah
A. Mineral Primer
 Mineral primer adalah mineral tanah yang umumnya mempunyai ukuran butir fraksi pasir (2 – 0,05 mm). Contoh dari mineral primer yang banyak terdapat di Indonesia beserta sumbernya disajikan dalam Tabel 1.

Analisis jenis dan jumlah mineral primer dilakukan di laboratorium mineral dengan bantuan alat mikroskop polarisasi. Pekerjaan analisis mineral primer dilaksanakan dalam dua tahapan, yaitu pemisahan fraksi pasir dan identifikasi jenis mineral.
B.      Pemisahan Fraksi Pasir 
Prinsip dasar pemisahan fraksi pasir adalah menghilangkan material penyemen yang menyelimuti atau menyemen butir-butir pasir dan memisahkan butir mineral berukuran fraksi pasir dari fraksi debu dan liat. Material yang menyeliputi butir pasir dalam tanah umumnya berupa bahan organik. Namun pada beberapa jenis tanah, material penyeliput tersebut selain oleh bahan organik, juga oleh besi (pada tanah merah) dan oleh karbonat (pada tanah kapur). Bahan organik dihilangkan dengan hidrogen peroksida (H2O2) besi dengan sodium dithionit (Na2S2O4) dan karbonat dengan Chlorida (HCl). 
Setelah butir mineral terlepas dilakukan pemisahan fraksi pasir dengan menggunakan ayakan yang berukuran 1-0,05 mm. Jenis analisis mineral primer yang biasa dilaksanakan adalah fraksi berat, fraksi ringan, dan fraksi total. Untuk analisis mineral pasir fraksi berat, terlebih dahulu harus dipisahkan antara pasir fraksi berat dengan fraksi ringan. Yang tergolong dalam mineral pasir fraksi berat adalah mineral pasir yang tenggelam dalam larutan bromoform dengan BJ 2,87. Untuk analisis mineral pasir fraksi total, hasil pengayakan bisa langsung diperiksa. Indentifikasi mineral pasir Untuk keperluan identifikasi jenis mineral pasir, diperlukan lempeng kaca berukuran 2,5 cm x 5 cm, cairan nitro bensol, dan mikroskop polarisasi. Butir pasir ditebarkan di atas lempeng kaca hingga merata kemudian ditetesi nitro bensol dan diaduk sampai tidak ada pasir yang mengambang. Lempeng kaca di taruh di mikroskop dan mulai diamati. Dengan mikroskop polarisasi Pengamatan dilakukan mengikuti metode ”line counting” artinya hanya mineral pasir yang terletak pada garis horizontal pada bidang pandang mikroskop yang dihitung. Untuk analisis rutin penghitungan dilakukan hingga 100 butir, tapi untuk keperluan penelitian yang lebih detail, penghitungan dapat dilakukan hingga 300 butir.
C.    Mineral Sekunder
            Mineral sekunder adalah mineral yang terbentuk dari hasil pelarutan mineral primer yang telah mengkristal kembali. Dan juga berasal dari pelarutan sisa – sisa organisme seperti kerangka binatang kapur,bangkai dan kotoran burung layang layang yang kemudian mengkristal kembali bersama unsur unsur lainnya.



D.    Pemisahan Fraksi Liat 
Prinsip dasar pemisahan fraksi liat adalah menghilangkan bahan penyeliput dan penyemen, serta memisahkan fraksi liat dari fraksi debu dan pasir. Dalam proses pemisahan fraksi ini dapat digunakan contoh yang sama dengan contoh yang digunakan untuk analisis fraksi pasir, sehingga proses destruksi bahan organik, besi, dan karbonat bisa dilakukan sekaligus.Pemisahan fraksi liat dilakukan dengan cara yang sama seperti pemisahan fraksi untuk tekstur yaitu dengan cara pengendapan yang didasarkan pada hukum Stoke. 
E.     Identifikasi Mineral Liat 
Identifikasi mineral liat dilakukan dengan bantuan alat difraktometer sinar X (XRD). Terlebih dahulu dibuat preparatnya dengan mengendapkan fraksi liat pada lempeng kramik, setelah siap, preparat tersebut dijenuhkan dengan Mg2+, Mg2+ + glycerol, K+ dan K+ dipanaskan pada suhu 550oC selama 1 jam. Prinsip analisis dengan XRD adalah merekam dan memvisualisasikan pantulan sinar X dari kisikisi kristal dalam bentuk grafik. Grafik tersebut kemudian dianalisis, terdiri atas mineral liat apa saja dan relatif komposisinya.Analisis mineral liat juga dapat dilakukan dengan contoh berupa serbuk halus (powder). Analisis ini biasanya dilakukan untuk menganalisis pupuk, mineral standar, atau mineral primer yang sulit diidentifikasi dengan mikroskop. 
F.     Klasifikasi Endapan Mineral
Endapan Mineral biasanya diperkenalkan klasifikasi endapan mineral menurut Lindgren (1933), yang terdiri atas epitermal, mesotermal, dan hipotermal. Pembagian ini didasarkan atas kontras suhu dan kedalaman pembentukan endapan ini. Namun, pada perkembangan selanjutnya dua dari tiga istilah tersebut sangat jarang digunakan, bahkan istilah hipotermal yang dulu diperuntukkan pada endapan yang terbentuk pada lingkungan yang dalam (3-15 km) dengan suhu ~300-600oC tidak pernah lagi digunakan. Orang lebih mudah memahami istilah sistem porfiri dibandingkan hipotermal. Hal ini didasarkan atas karakteristik tekstur dan proses pembentukannya. Bagimana dengan istilah mesotermal? Apakah begitu suhu pembentukan mineral mencapai/melebihi 300oC suatu endapan bisa dikelompokkan ke dalam mesotermal, seperti pada presentasi di IAGI November 2007 yang lalu? Menurut Lindgren (1933), endapan mesotermal terbentuk pada kedalaman sedang (1,2-4,5 km) dengan kisaran suhu 200-300oC. Namun, pada perkembangan modern, istilah mesotermal lebih difokuskan pada mineralisasi yang berhubungan dengan proses orogenesa (orogenic gold), seperti zear zone, metamorphic lode, orogenic, atau greenstone belt. Jadi, endapan mesotermal difokuskan pada endapan logam (emas) yang berasosiasi dengan proses pembentukan batuan metamorfik.
Jadi kalau dilihat dari suhu pembentukannya, memang endapan mesotermal pasti di antara 200-300oC bahkan lebih dari 300oC. Meskipun demikian, mineralisasi yang masih berhubungan dengan sistem porfiri, mendekati 300-an deg masih dianggap sebagai endapan epitermal, jadi bukan termasuk mesotermal. Sebenarnya, faktor suhu ini akan berhubungan dengan logam apa yang akan terdeposisi dan ligan apa yang akan mengantarkan logam pada tempat pengendapannya. Penelitian terhadap suhu pembentukan saat ini tidak menjadi pusat perhatian dalam endapan logam, tetapi lebih ditekankan kepada mekanisme pengangkutan (jenis larutan dan ligan) dan sumber larutan pembentuk endapan itu sendiri (isotop stabil). Bagaimana ciri-ciri endapan mesotermal atau yang lebih dikenal dengan istilah shear zone, lode atau orogenic? Endapan mesotermal terbentuk oleh hasil ekstraksi logam dari batuan pembawanya, misalnya batuan pelitik (lempung, lanau) atau basalt pada proses pembentukan pegunungan (orogenesa). Ekstraksi logam khususnya emas dikontrol oleh penyangga karbon dioksida (diistilahkan sebagai sekresi metamorfik). Jadi, kalau kita mendapatkan conto urat kuarsa dan dianalisis inklusi fluidanya akan diperoleh inklusi yang kaya akan CO2. 
G.     Mineral Liat Tanah
 Mineral liat tanah merupakan mineral sekunder yang sangat berperan dalam membentuk kesubuan tanah.tipe dan struktur Kristal mineral liat tersebut sangat menentukan sifatnya dalam mempengaruhi sifat da ciri tanah.
a.    Tipe Mineral Liat
          Pada dasarnya mineral liat dapat di bedakan atas dua kelompok senyawa,yaitu liat selikat dan liat bukan selikat.liat selikat kemudian di bedakan dengan tiga tipe, 1 : 1, 2 : 1 dan tipe 2 : 2 . tipe dalam hal ini menunjukan perbandingan antara Si-tetraeder Al-oktaeder. Dengan mengetahui tipe mineral liat dan juga  dapat menentukan tingkat kehancuran suatu tanah. Tanah  yang mengandung liat 1 : 1 menunjukan suatu tanah yang lebih tua dari pada tanah yang bertipe  2 : 1 karena Si telah habis tercuci.
b.    Struktur Kimia dan Kristal Mineral Liat
          Melalui analisa kuantitatif ahli kimia telah dapat menentukan rumus kimia dari berbagai mineral.melihat rumus kimia yang terkandung di dalam mineral liat,ternyata liat hanya mengandung K,Mg, dan Na.sedangkan kita mengetahui bahwa didalam liat tersimpan sejumlah besar hara yang di butuhkan tanaman. Akan tetapi dengan mengingat sifat mineral liat bermuatan negative pada umumnya bermuatan positif, maka pengadaan hara dari mineral liat lebih mudah di pahami. Adanya kation-kation dan anion-anion yang dapat di jerap dan di pertukarkan oleh mineral liat adalah faktor penentu penyediaan hara bagi tanaman.

c.    Sumber Muatan Negatif
Sumber muatan negative liat yang utama adalah subsitusi isomorfik.di samping itu juga akibat patahnya pinggiran lempeng Kristal liat, Dan juga berasal  dari permukaan koloid  liat yang mempunyai gugus oksigen dan hidroksil yang tersembul,sehingga menimbulkan titik – titik bermuatan negative.

IV.     PEMBENTUKAN TANAH
Proses pembentukan tanah adalah perubahan dari bahan induk menjadi lapisan tanah. Perkembangan tanah dari bahan induk yang padat menjadi bahan induk yang agar lunak, selanjutnya berangsur-angsur menjadi tanah pada lapisan bawah (subsoil) dan lapisan tanah bagian atas (topsoil), dalam jangka waktu lama sampai ratusan tahun hingga ribuan tahun. Perubahan-perubahan dari batuan induk sampai menjadi tanah karena batuan induk mengalami proses pelapukan, yaitu proses penghancuran karena iklim.
Tahap pertama dari proses pembentukan tanah adalah proses pelapukan. Proses ini terjadi penghancuran dan pelembutan dari bahan induk tanpa perubahan susunan kimianya. Pelapukan dipengaruhi oleh faktor iklim yang bersifat merusak. Faktor-faktor iklim yang turut menentukan adalah sinar matahari, perbedaan temperatur antara siang dan malam, keadaan musim kemarau dan musim penghujan.
Pada awalnya batuan pecah dalam bentuk pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral penyusunnya. Selanjutnya oleh adanya air, asam dan senyawa-senyawa yang larut dalam air, pecahan-pecahan bantuan dan mineral ini menjadi lunak dan terurai ke dalam unsur-unsur penyusunnya. Dari bahan-bahan sisa penguraian dan senyawa kembali membentuk mineral-mineral baru.
Pelapukan digolongkan dalam tiga bentuk :
  1. Pelapukan fisik
  2. Pelapukan kimia
  3. Pelapukan biologis
Pelapukan fisik sering disebut juga alterasi yakni proses pemecahan dan pelembutan batuan tanpa mengalami perubahan susunan kimia dan tidak ada pembentukan mineral baru.
Pelapukan kimia adalah proses pelapukan dan penguraian pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral ke dalam unsur-unsur penyusunnya yang biasa disertai dengan pembentukan mineral-mineral baru.
Pelapukan biologis adalah pelapukan yang disebabkan kegiatan tanaman dan hewan, baik yang tingkat tinggi maupun yang tingkat rendah. Dalam proses pemecahan batuan induk menjadi tanah terjadi aktivitas hidup organisme. Bakteri autotrof dan lumut-lumut pada waktu mati menjadi bahan organik bagi kehidupan organisme yang lain. Tumbuhan tingkat tinggi berperan dengan aktivitas akar-akarnya masuk dicelah-celah retakan batuan dan seterusnya.
Faktor-Faktor Pembentukan Tanah
Faktor-faktor yang menentukan pembentukan tanah adalah sebagai berikut :
  1. Iklim
  2. Batuan Induk
  3. Vegetasi
  4. Relief (tinggi rendahnya permukaan)
  5. Manusia
  6. Waktu
Semua faktor ini tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi dan saling berkaitan.

V. TEKSTUR TANAH / FISIK TANAH
Pengertian tentang tekstur tanah adalah banyaknya setiap bagian tanah menurut ukuran partikel-partikelnya ditentukan oleh besarnya butiran tanah. Sehingga pengertian dan definisinya adalah perbandingan antara banyaknya liat, lempung dan pasir yang terkandung dalam tanah. Badan Pertanahan Nasional mendefinisikan bahwa tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm.
Maka dapat terjadi bahwa pada suatu tanah, butiran pasir merupakan penyusun yang dominan, pada kasus lain liat merupakan penyusun tanah yang terbesar. Sebaliknya pada tempat lain, kandungan pasir, liat dan lempung terdapat sama banyaknya.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaaX1UhYmo_aZn3AXQQQas19jsmoBa9ROFSv1VT6bxHYp5Al9zIecVUGTX_PpXs_sLMGtyod88DZiPPU12wL0allyGORgqAXQlUGTYflqUyKHljevGaLgQiTT_OKrfh4dmmh1vjPFf1sE/s400/segitiga-tekstur-tanah.jpgPerbandingan tersebut akan mudah terlihat pada grafik segitiga.






Setiap kaki segitiga menggambarkan suatu fraksi ukuran butir-butir tanah :
  • Pasir berukuran 2 mm - 20 mµ
  • Lempung berukuran 20 mµ - 2 mµ
  • Liat kurang dari 2 mµ.
Sesuai dengan klasifikasi USDA (The United States Department of Agriculture) butiran atau partikel tanah dikelompokan dalam :
  • Sand : > 0.05 mm
  • Silt : 0.002 - 0.05 mm
  • Clay: < 0.002 mm

Name of soil separate
Diameter limits (mm) (USDA classification)
Clay
less than 0.002
Silt
0.002–0.05
Very fine sand
0.05–0.10
Fine sand
0.10–0.25
Medium sand
0.25–0.50
Coarse sand
0.50–1.00
Very coarse sand
1.00–2.00

Menurut tempatnya dalam segitiga ini dapat dibaca teksturnya. Maka tekstur berarti perbandingan antara banyaknya liat, lempung dan pasir, yang dalam garis besarnya lebih dari :
  • 30% liat adalah tanah liat
  • 35% lempung adalah tanah lempung
  • 60% pasir adalah tanah pasir.
Dari ketiga bagian liat, lempung dan pasir jika hanya satu bagian saja belum dapat mencerminkan jenis tanah. Lazimnya disebut dua bagian tanah yang terpenting. misalnya : tekstur liat berpasir, pasir berlempung dan seterusnya. dimana bagian yang terbanyak disebut lebih dahulu.
Pada segitiga tidak menyebutkan kandungan pasir dan bahan organik, walaupun kapur dan bahan organik sangat ikut menentukan sifat-sifat tanah. Jika kandungan ini besar maka perlu disebut juga, misalnya tanah mengandung 20% liat dan 10-30% kapur; selanjutnya disebut tanah liat berkapur.
Bila setiap bagian merupakan perbandingan yang merata, disebut tanah yang baik. Umpamanya saja mengandung 50-70% pasir (halus dan kasar), 10-15% lempung, 5-10% liat, 1-5% kapur, 3-5% bahan organik.
Tekstur tanah merupakan dasar dari kebanyakan sifat-sifat tanah. Susunan menurut besarnya butir-butir suatu jenis tanah biasanya dilihat pada grafik segitiga. Menurut besarnya tersusun dari butir-butir pasir 60%, lempung 15% dan liat 25%.

VI.STRUKTUR TANAH
      Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah seperti pasir , debu dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami disebut dengan ped. Struktur yang daapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh permukaan akar.                                                                                   
Tipe struktur terdapat empat bentuk utamanya yaitu :                                  
a. Bentuk lempung                                                                                                     
b. Bentuk prisma                                                                                                                    
c. Bentuk gumpal                                                                                                                   
d. Bentuk spheroidel atau bulat                                                                                             
      Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar. Struktur lapisan olah dipengaruhi oleh praktis dan di mana aerasi dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian (Hakim et al., 1986)







VII. SIFAT FISIKA TANAH
a.       Tekstur
·         Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separate) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relative antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay).
·         Berikut ini merupakan Tabel Klasifikasi Ukuran Partikel :
Sumber

Soil  separates


Kerikil
pasir
debu
liat
USDA
> 2mm
2 mm–50 mm
50 mm-2 mm
< 2mm
ISSS
> 2mm
2 mm-20 mm
20 mm-2 mm
< 2mm
USPRA
> 2mm
2 mm-50 mm
50 mm-5 mm
< 5mm
BSI, MIT, DIN
> 2mm
2 mm-60 mm
60 mm-2 mm
< 2mm
·         Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi :
1)      Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.
2)      Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam)
3)      Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari :
(a)    tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir (Sandy Loam) atau lempung berpasir halus (2 macam)
(b)   tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat halus, lempung (Loam), lempung berdebu (Silty Loam) atau debu (Silt) (4 macam)
(c)    tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (Clay Loam) atau lempung liat berdebu (Sandy-silt Loam) (3 macam)
·         Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) (disebut lebih poreus), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) (agak poreus), sedangkan yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus.
            Pada tanah jenis Alfisol  memiliki tekstur lempung liat berpasir hingga liat, dan  fraksinya halus, maka terbentuk tanah liat (tanah lempung berat), yang mudah padat-kompak.


BAB III
PENUTUP
I.          KESIMPULAN
      1.            Konsep tanah adalah bahan organik lain yang berasal dari hewan dan jasad renik akan diuraikan oleh mikro organisme menjadi bahan organik yang kompleks
      2.            Morfologi tanah yaitu suatu sarana dalam penyelidikan ilmiah dengan tujuan untuk menguraikan, melukiskan dan melaporkan kenampakan, ciri-ciri, dan sifat tanah yang dimiliki oleh suatu profil tanah.
      3.            Mineral tanah adalah mineral yang terkandung di dalam tanah dan merupakan salah satu bahan utama penyusun tanah
      4.            Pembentukan tanah adalah perubahan dari bahan induk menjadi lapisan tanah
      5.            Tekstur tanah adalah banyaknya setiap bagian tanah menurut ukuran partikel-partikelnya ditentukan oleh besarnya butiran tanah.
      6.            Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah
      7.            Sifat-sifat fisik tanah, pengukuran dan prediksi serta kontrol (pengaturan) proses fisik yang terjadi dalam tanah
II. SARAN
            Semoga dengan adanya materi rangakuman Dasar Ilmu Tanah ini para pembaca dapat memanfaatkan dengan sebaik mungkin, mampu menganalisis tanah secara maksimal hususnya dikalangan mahasiswa.
III. DAFTAR PUSTAKA
http://www.silvikultur.com/Tekstur_dan_Struktur_Tanah.html
https://bwn123.wordpress.com/2008/09/06/struktur-tanah/