Selasa, 24 Oktober 2017

Laporan Praktikum Tanaman Pangan Ubi Jalar



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas  L) diduga berasal dari benua Amerika, tetapi para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia dan Amerika bagian tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama ke negara-negara beriklim tropis pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang dan Indonesia. Cina merupakan penghasil ubi jalar terbesar mencapai 90% (rata-rata 114,7 juta ton) dari yang dihasilkan dunia (FAO, 2004).
Nilai gizi ubi jalar secara kualitatif selalui dipengaruhi oleh varitas, lokasi dan musim tanam. Pada musim kemarau dari varitas yang sama akan menghasilkan tepung yang relatif lebih tinggi daripada musim penghujan, demikian juga ubi jalar yang berdaging merah umumnya mempunyai kadar karoten yang lebih tinggi daripada yang berwarna putih
Tanaman ubi jalar sangat tanggapterhadap penambahan pupuk.Penambahan kalium sebesar 150kg KCl/ha pada varietas lokal dapatmeningkatkan hasil sebesar 28,7%dan penambahan 150 kg  KCl/ha padasumber nitrogen urea 100 kg/hadan pada sumber nitrogen ZA 200kg/ha ternyata meningkatkan hasilsecara nyata sebesar 67,7 dan23,8%(Basuki et al., 1987). Kalium meningkatkan aktivitas fotosintesisdan mempunyai pengaruh yang lebihbesar terhadap proses pembentukanumbi daripada pertumbuhanbatang dan daun. Pembentukanumbi akan terhambat apabila tanahkekurangan oksigen dan air tanahterlalu tinggi (Soemarno, 1981), sedangkan media tumbuh yang baik untuk ubi jalar adalah tanah bertekstur lempung atau lempung berpasir dan drainase baik.
Secara fisik,kulit ubi jalar lebih tipis dibandingkan kulit ubi kayu dan merupakan umbi dari bagian batang tanaman. Warna kulitubi jalar bervariasi dan tidak selalu sama dengan warna umbi. Warna daging umbinya bermacam-macam, dapat berwarna putih, kuning, jingga kemerahan, atau keabuan.Demikian pula bentuk umbinya seringkali tidak seragam (Syarief dan Irawati, 1988).


Ubi jalar memiliki prospek dan peluang yang sangat baik untuk menjamin ketersediaan pangan, terutama jika produksi padi dan jagung tidak dapat mengimbangi kebutuhan pangan masyarakat. Di Indonesia, penanaman ubi jalar belum menunjukkan perkembangan yang baik sehingga produksinya mengalami pasang surut. Pada tahun 1991, produksi ubi jalar 2.039.00 ton dengan luas panen 2.14.300 hektar. Pada tahun 1992, produksi ubi jalar mengalami kenaikan menjadi 2.171.000 ton dengan luas panen 229.800 hektar. Pada tahun 1993 dan 1994, produksi ubi jalar mengalami penurunan menjadi 2.088.200 ton dengan luas panen 224.200 hektar (1994).
Sedangkan pada tahun 1995, produksi ubi jalar mengalami kenaikan lagi, namun kenaikan ini kurang berarti dibandingkan dengan produksi pada tahun sebelumnya (1991 dan 1992).

1.2. Tujuan Praktikum
1.      Agar Mahasiswa dapat mengaplikasikan teknik budidaya ubi jalar
2.      Untuk mengetahui sitem tata cara pengolahan dan pengendalian hama penyakit tanaman ubi jalar

1.3. Kegunaan Praktikum
Kegunaan praktim ini adalah:
1.      Dapat memberikan informasi bagi mahasiswa dalam pengamatan sehingga memberikan nilai tambah dalam pesiapan pelitian yang lebih lanjut
2.      Menambah wawasan yang begitu komplit dalam budidaya ubi jalar.












BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Ubi Jalar
Tanaman ubi jalar dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Convolvulaceae
Famili              : Convolvulaceae
Genus              : Ipomoea
Spesies            : Ipomoea batatas L.Sin batatas edulis choisy

2.2.   Morfologi Tanaman Ubi jalar
Menurut Marzuki (2007), akar kacang tanah serabut dengan batang tidak berkayu  dan  berbulu  halus.  Batang  kacang  tanah  ada  yang  tumbuh  tegak  dan menjalar. Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap. Daunnya terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun ini bertugas mendapatkan cahaya matahari  sebanyak-banyaknya.  Bunga  keluar  pada  ketiak  daun.  Setiap  bunga seolah-olah  bertangkai  panjang  berwarna putih. Tangkai ini  sebenarnya bukan tangkai  bunga,  tetapi  tabung  kelopak.  Mahkota  bunga (corolla)  berwarna kuning.  Bendera  mahkota  bunganya  bergaris-garis  merah  pada  pangkalnya. Umur  bunganya  hanya  satu  har,  mekar  di  pagi  hari  dan  layu  pada  sore  hari. Bunga kacang tanah dapat melakukan penyerbukan sendiridan bersifat geotropis positif. Penyerbukan terjadi sebelum bunganya mekar
Kacang  tanah  berbuah  polong.  Polongnya  terbentuk  setelah  terjadi pembuahan.  Bakal  buah  tersebut  tumbuh  memanjang.  Inilah  yang  disebut ginofora yang menjadi tangkai polong. Cara pembentukan polong adalah mulamula  ujung  ginofora  yang  runcing  mengarah  keatas.  Setelah  tumbuh  ginofora tersebut melengkung ke bawah dan masuk ke dalam tanah. Setelah menembus tanah,  ginofora  mulai  membentuk  polong.  Pertumbuhan memanjang  ginofora memanjang  terhenti  setelah  terbentuk  polong.  Polong-polong  kacang  tanah berisi  antar  1  sampai  dengan  5  biji.  Biji  kacang  tanah  berkeping  dua  dengan kulit ari berwarna putih, merah atau ungu tergantung varitasnya. Ginofora tidak dapat  membentuk  polong  jika  tanahnya  terlalu  keras  dan  kering  atau  batanya terlalu tinggi (Adisarwanto, 2003).
2.3.  Syarat Tumbuh
Temperatur  merupakan  suatu  syarat  tumbuh  tanaman  kacang  tanah. Temperatur  sangat  erat  hubungannya  dengan  ketinggian,  semakin  tinggi  suatu daerah maka suhu akan semakin turun (Suprapto, 2006). Kacang tanah dapat tumbuh pada lahan dengan ketinggian 0-500 m di ataspermukaan laut. Tanaman ini tidak terlalu memilih tanah khusus. Diperlukan  iklim yang lembab. Kacang tanah  termasuk  tanaman  yang  memerlukan  sinar  matahari  penuh.  Adanya keterbatasan cahaya matahari akibat naungan atau halangan dan atau awan lebih dari  30%  akan  menurunkan  hasil  kacang  tanah  karena  cahaya  mempengaruhi fotosintesis dan respirasi. Intensitas cahaya yang  rendah pada saat pembentukan ginofor  akan  mengurangi  jumlah  ginofor,  sedangkan  rendahnya  intensitas cahaya pada masa pengisian polong akan menurunkan jumlah dan berat polong serta akan menambah jumlah polong hampa (Oentari, 2008)
Kacang  tanah  dapat  dibudidayakan  di  lahan  kering  (tegalan)  maupun  di lahan  sawah  setelah  padi.  Kacang  tanah  dapat  ditanam  pada  tanah  bertekstur ringan maupun agak berat, yang penting tanah tersebut dapat mengatuskan air sehingga tidak menggenang. Akan tetapi, tanah yang  paling sesuai adalah tanah yang bertekstur ringan, drainase baik, remah, dan gembur. Di  tanah  berat  (lempung),  bila  terlalu  becek,  tanaman  mati  atau  tidak berpolong.  Dalam  kondisi  kering,  tanah  lempung  juga terlalu  keras,  sehingga ginofor  (calon  polong)  tidak  dapat  masuk  dalam  tanah,  perkembangan  polong terhambat  dan  pada  saat  panen  banyak  polong  tertinggal  dalam  tanah.  Padatanah yang kandungan bahan organiknya tinggi (>2%)  polong yang dihasilkan berwarna kehitaman sehingga menjadi kurang menarik.
Kacang  tanah  masih  dapat  berproduksi  dengan  baik  pada  tanah  yang berpH rendah atau tinggi. Tetapi pada pH tanah tinggi (7,5–8,5) kacang tanah sering mengalami klorosis, yakni daun-daun menguning. Apabila tidak diatasi, polong  menjadi  hitam  dan  hasil  menurun  hingga  40%  (Balai  Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 2012).


2.4.  Pupuk dan Waktu Aplikasi
Tanaman  memerlukan  unsur  hara  selama  pertumbuhan  dan perkembangannya.  Tidak  tersedianya  unsur  hara  bagi  tanaman  akan menyebabkan  pertumbuhannya  terganggu  dan  menurunnya produksi.  Pupuk adalah suatu bahan yang memberikan unsur hara tambahan bagi tanaman agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik. Pupuk  adalah  bahan  untuk  diberikan  kepada  tanaman  baik  langsung maupun tidak langsung, untuk mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitasnya sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman (Sutedjo,  1994). 
Lebih  lanjut  Sutedjo  (2010)  menambahkan  bahwa  yang dimaksud  dengan  pupuk  daun  adalah  bahan-bahan  atau  unsur-unsur  yang diberikan  melalui  daun  dengan  cara  penyemprotan  atau  penyiraman  kepada mahkota tanaman agar langsung dapat diserap guna mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangannya, Pemupukan  melalui  daun  mempunyai  keuntungan  antara  lain  dapat mengindari  terjadinya  kompetisi  unsur  hara  di  dalam tanah,  pencucian,  dan fiksasi,  tetapi  bukan  merupakan  menggantikan  pemupukan  melalui  tanah, melainkan  hanya  melengkapi  unsur  hara  yang  tersedia (Sukamto,  1977  dalam Sutapradja dan Hilman, 1994). Seperti yang dikemukakan oleh Styaningrum  et al. (2013), pupuk daun digunakan untuk melengkapi kebutuhan unsur hara yang telah diberikan melalui tanah.
Gandasil D merupakan pupuk daun lengkap/sempurna, berbentuk kristal. Kandungan  kadar  N  14%,  P2O5 12%,  K2O  14%  dan  Mg  1%  dan  unsur-unsur hara mikro lainnya yang melengkapi yaitu: Mn, Bo, Cu, Co, Zn, serta Aneurine (sejenis hormone tumbuh). Masudal (2004) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa  perlakuan  kosentrasi  pupuk  organik  meningkatkan  jumlah  anakan  saat panen, bobot kering polong cipo/tanaman dan bobot kering polong cipo/3,6m.
Fitama  (2003)  juga  menyimpulkan  bahwa  perlakuan  waktu  aplikasi  tidak menunjukkan  pengaruh  yang  nyata  terhadap  semua  peubah  vegetative  dan peubah  generative  tanaman  kedelai  yang  diamati.  Perlakuan  kosentrasi  secara umum  berpengaruh  nyata  terhadap  produksi  kedelai,  terdapat  pengaruh  nyata perlakuan  kosentrasi  terhadap  peubah  jumlah  polong  isi,  berat  100  butir,  dan bobot biji kering per petak. Interaksi perlakuan waktu aplikasi dan konsentrasi pupuk  daun  organic  berpengaruh  nyata  terhadap  peubah  bobot  kering brangkasan  pada  umur  6  MST  sedangkan  pada  peubah-peubah  lain  tidak berpengaruh nyata.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan
           Kegiatan penanaman ubi jalar dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal                      : 08 Oktober  s/d  22 Desember 2016
Tempat                               : Areal lahan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Waktu Kegiatan                : 06.30 sampai dengan selesai.

3.2.   Bahan dan Alat
1.      Bahan
          Stek bibit ubi jalar Varietas B.1, Pupuk kandang  dan Pupuk NPK Mutiara.
2.       Alat
          Adapun peralatan yang kami gunakan dalam praktikum tersebut adalah Ember, Cangkul, Sabit, Tali raffia/tambang, Ajir, meteran , Alat tulis, Pisau/cutter, Mistar

3.3.      Tahapan Pelaksanaan Praktikum
1.      Membersihkan gulma pada areal penanaman dengan cara manual
2.      Setelah gulma dibersihkan secara manual oleh alat pertanian pengolahan lahan dengan hand traktor dan mencangkul tanah supaya gembur
3.      Setelah areal lahannya diolah dengan maksimal maka dibentuklah gludukan
4.      Bedengan yang sudah sedikit gembur dengan air maka persiapan penanaman bibit ubi jalar varietas B 1. Sebelum ditanam memberikan pupuk kandang terlebih dahulu dan Penyulaman dilakukan maksimal 2 minggu setelah tanam, agar tidak terjadi perbedaan pertumbuhan yang terlalu mencolok antara tanaman asli dan hasil sulaman
5.      Penyiangan dilakukan setiap minggu saat terlihat gulma yang tumbuh di sekitar tanaman kedelai. Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh dengan tangan..






3.4            Parameter Pengamatan
Pengamatan terhadap parameter pertumbuhan dilakukan sebanyak 1 kali yaitu tiap umur 1 minggu setelah tanam sampai 8 Mst , sedangkan untuk parameter hasil dilakukan pada saat panen. Adapun peubah yang diamati adalah sebagai berikut:
  1. Panjang tanaman/PT (cm), diamati mulai pangkal batang hingga pangkal daun tertinggi.
  2. Jumlah daun / JD (helai), dihitung semua daun yang terbentuk.
  3. Jumlah cabang  / JC.


























BAB IV
 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tabel Hasil Praktikum
Pengamatan :   1   mst







Tanaman
Ubi Jalar (V.B,1)
Panjang T
Jml Daun
Jml C. Daun
Jml Bunga
I
II
III
IV
1
12
3
-
-
2
9
3
-
-
3
12
7
-
-
4
12.5
9
-
-
5
11
4
-
-
6
13
8
-
-
7
13
5
-
-
8
14
6
-
-
9
14
6
-
-
10
11.5
4
-
-
Rata rata
12.2
5.5
-
-

Pengamatan :   2   mst







Tanaman
Ubi Jalar (V.B,1)
Panjang T
Jml Daun
Jml C. Daun
Jml Bunga
I
II
III
IV
1
14.5
5
-
-
2
10
7
-
-
3
15
7
-
-
4
15
14
-
-
5
15
7
-
-
6
17
15
-
-
7
18
9
-
-
8
16.5
8
-
-
9
18
10
-
-
10
13
5
-
-
Rata rata
15.2
8.7
-
-


Pengamatan :   3   mst







Tanaman
Ubi Jalar (V.B,1)
Tinggi
Jml Daun
Jml C. Daun
Jml Bunga
I
II
III
IV
1
21
20
-
-
2
20
25
-
-
3
26
25
-
-
4
28
24
-
-
5
34
45
-
-
6
35
25
-
-
7
24
23
-
-
8
25
31
-
-
9
16
9
-
-
10
15
11
-
-
Rata rata
24.4
23.8
-
-


             
Pengamatan :   4   mst







Tanaman
Ubi Jalar (V.B,1)
Panjang T
Jml Daun
Jml C. Daun
Jml Bunga
I
II
III
IV
1
33
35
-
-
2
53
48
-
-
3
44
52
-
-
4
46
51
-
-
5
57
60
-
-
6
35
48
-
-
7
40
50
-
-
8
42
49
-
-
9
18
10
-
-
10
29
28
-
-
Rata rata
39.7
43.1
-
-


Pengamatan :   5   mst







Tanaman
Ubi Jalar (V.B,1)
Panjang T
Jml Daun
Jml C. Daun
Jml Bunga
I
II
III
IV
1
38
63
4
-
2
50
78
3
-
3
55
77
4
-
4
45
79
5
-
5
69
88
5
-
6
57
73
4
-
7
53
75
6
-
8
55
76
5
-
9
30
73
1
-
10
57
58
3
-
Rata rata
50.9
74
4
-



Pengamatan :   6   mst







Tanaman
Ubi Jalar (V.B,1)
Panjang T
Jml Daun
Jml C. Daun
Jml Bunga
I
II
III
IV
1
82
98
4
-
2
110
81
5
-
3
87
78
5
-
4
80
80
5
-
5
100
90
5
-
6
81
86
4
-
7
79
79
7
-
8
100
80
7
-
9
30
60
1
-
10
69
68
4
-
Rata rata
81.8
80
4.7
-


Pengamatan :   7   mst







Tanaman
Ubi Jalar (V.B,1)
Panjang T
Jml Daun
Jml C. Daun
Jml Bunga
I
II
III
IV
1
83
99
5
-
2
111
80
6
-
3
87
79
6
-
4
80
83
6
-
5
100
92
5
-
6
82
87
5
-
7
79
79
7
-
8
101
80
7
-
9
31
60
1
-
10
69
68
5
-
Rata rata
82.3
80.7
5.3
-



Pengamatan :   8   mst







Tanaman
Ubi Jalar (V.B,1)
Panjang T
Jml Daun
Jml C. Daun
Jml Bunga
I
II
III
IV
1
100
110
6
-
2
120
90
6
-
3
96
87
6
-
4
93
93
6
-
5
120
99
5
-
6
90
98
5
-
7
89
88
7
-
8
123
89
7
-
9
0
0
0
-
10
80
80
6
-
Rata rata
91.1
83.4
5.4
-

               Pertumbuhan tanaman ubi jalar dapat dilihat pada tabel dan grafik diatas bahwa pengamatan dilakukan setiap minggu pada sepuluh sampel tanaman ubi jalar yang sudah dipilih untuk dijadikan sampel pengamatan, perkembangan tanaman ubi jalar yang diamati adalah Panjang Tanaman (PT), jumlah daun (JD), sedangkan untuk Jumlah Cabang (JC) pada pengamatan minggu pertama sampai minggu ke empat masih belum terlihat pada tanaman adanya cabang sehingga data belum dapat dimasukan pada tabel dan grafik pengamatan. dan terlihat pada grafik pengamatan bahwa Panjang Tanaman (PT) yang tertinggi yaitu pada pengamatan 5 mst rata-rata 50.9 ke 81.8 6 mst ada penambahan 30.9 cm, sedangkan tanaman ubi jalar yang terendah adalah pada tanaman sampel 6 mst dengan rata 81.8 ke  82.3 7 mst hanya 0.5 prosentase penambahannya.
             Selanjutnya jumlah daun (JD) rerata kenaikan terbanyak padan 4 mst dengan rerata 43.1 ke 74 5 mst hal ini ada penambahan 30.9. Kemudian re rata paling sedikit terdapat pada 6 mst yaitu rerata 80 ke 80.7 7 mst kenaikan tersebur hanya 0.7. Sedangkan pada jumlah cabang (JC) rerata yang paling banyak 5 mst rerata 4 ke 4.7 6 mst kenaikan rerata 0.7 lalu jumlah daun yang paling sedikit adalah 7 mst 5.3 reratanya naik ke 8 mst dengan rerata 5.4 dengan penamabahan 0.1. Dari beberapa pengamatan jumlah cabang yang tidak begitu seignifikan meningkat adalah jumlah cabang dan yang paling meningkat setiap minggunya yaitu panjang tanaman dan rata-rata semua tanaman mengalami peningkatan.

4.2. Pembahasan
1.  Syarat tumbuh
Iklim pada lokasi praktikum penanam ubi jalar sangat cocok dilihat dari adanya musim kemarau dan musim hujan, dengan penyinaran 11-12 Jam/hari dimana tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan antara 500-5000 mm/tahun, sedangkan untuk optimalnya antara 750-1.500 mm/tahun. dan dilihat dari suhu pada lokasi tersebut yang dalam kisaran 21-27 derajat C, sedangkan Tanaman ubi jalar  sendiri membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Dengan daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27 derajat C.
Daerah lokasi praktikum juga mempunyai ketinggian tempat masih dibawah 500 mdpl yaitu dalam kisaran 200 mdpl sehingga sangat cocok untuk meningkatkan hasil produksi tanaman ubi jalar karena umur panen menjadi pendek berbeda dengan daerah yang mempunyai ketinggian tempat diatas 500 mdpl maka umur panen akan menjadi lebih panjang sehingga akan mempengaruhi tingkat hasil produksi tanaman ubi jalar.

2.  Media Tanam
a.    Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Pada lokasi praktikum di areal tanah milik STPP Bogor adalah sangat cocok untuk usaha budidaya tanaman ubi jalar karena teksur dan keadaan tanah lokasi tersebut adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik. Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.
b.      Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan kelembaban tanah yang cukup.
3.        Persyaratan Bibit
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru sedangkan pada kegiatan praktikum bibit disiapkan melalui stek pucuk. Persyaratan bibit sebagai berikut :
a.       Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan stek batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.
b.      Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih. Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat, normal, tidak terlalu subur.
a.       Ukuran panjang stekyang digunakan pada saat praktikum adalah antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
b.      Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari. Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.


4.        Kegiatan Budidaya
1.      Penyiapan Bibit
Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar adalah sebagai berikut:
a.       Memilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, keadaan pertumbuhannya sehat dan normal.
b.      Memotong batang tanaman untuk dijadikan stek pucuk sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan pisau yang tajam, dilakukan pada pagi hari.
c.       Mengumpulkan stek pada suatu tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.
d.      Bahan tanaman (bibit) ubi jalar yang dipilih pada saat praktikum adalah bibit campuran ungu dan putih sebanyak 25 rumpun.
2.      Penyiapan lahan
Pertumbuhan ubi membutuhkan media tumbuh yang gembur, beraerasi baik dan tidak tergenang. Oleh karena itu, penyiapan lahan dilakukan sebagai berikut :
1.      Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, kemudian dibiarkan selama ± 1 minggu, pada kegiatan praktikum ini tanah sudah dalam keadaan rata dibajak kemudian langsung dibuat parit keliling terlebih dahulu yang berfungsi untuk drainase air dan memudahkan pengairan pada saat tanah kering serta untuk mencegah kebanjiran pada lahan karena intensitas air hujan yang mungkin dapat tinggi dan tahap berikutnya tanah dibentuk guludan-guludan.
2.      Tanah langsung diolah bersamaan dengan pembuatan guludan-guludan yaitu dengan menumpukan tanah parit sehingga menjadi guludan dengan tujuan untuk memperbanyak top soil pada guludan, untuk memperbaiki struktur tanah dan untuk menciptakan drainase dan airase yang baik serta tempat tumbuhnya umbi, kemudian dibiarkan selama ± 1 minggu. Ukuran guludan lebar 60 cm, dan jarak antar guludan 100 cm. tinggi 30 cm-40 cm,
3.      Penanaman
Sistem tanam ubi jalar dilakukan secara tunggal (monokultur), bibit ubi jalar yang telah dipilih dan disiapkan dibawa ke lokasi penanaman dan disimpan di atas guludan sebelum masing-masing dilakukan penanaman dan satu persatu bibit dibenamkan ke dalam media tanah yang sudah diberi lubang dengan menusukan ajir ke dalam tanah gulud, batang bibit yang masuk adalah 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah selanjutnya disiram air. Ada tiga teknik penanaman stek ubi jalar yaitu :

1.       Tegak lurus
2.       Miring
3.       Tidur
Pada kegiatan praktikum ini penulis mendapat perlakuan penanaman ubi jalar dengan cara miring.
4.       Cara penanaman
Pemilihan bibit ubi jalar berupa stek pucuk sepanjang 25cm. Sebelum di tanam jumlah daun stek di kurangi untuk menekan penguapan. kemudian, Menggemburkan guludan yang telah di buat, Menghitung jarak tanam 25 cm antar tanaman  dengan menggunakan mistar, Stek di tanam dengan posisi miring menghadap arah matahari di atas guludan dengan 2/3 bagian bibit terbenam dalam tanah, Setelah stek tanaman ubi jalar di tanam kemudian tanah di sekitarnya agak dipadatkan.
5.      Pemeliharaan Tanaman
a.       Penyulaman
Selama 1 (satu) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru, dengan menanam sepertiga bagian pangkal setek ditimbun tanah. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
Dalam pengamatan tanaman ubi jalar di lahan praktek tidak terdapat bibit yang mati atau bibit yang tumbuh abnormal, semua bibit yang ditanam tumbuh dan daun tanaman dapat tumbuh rindang.

b.      Penyiangan
Penyiangan dilakukan setiap seminggu sekali bersamaan dengan pengamatan Panjang Tanaman dan Jumlah Cabang. Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan gulma dengan cangkul dan sabit. Langkah-langkah penyiangan adalah sebagai berikut :
a)      Bersihkan rumput liar (gulma) dengan sabit atau cangkul secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman ubi jalar.
b)      Gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan, kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan.
c)      Timbunkan kembali tanah ke guludan semula.

c.    Pengepraisan
Pengepraisan dilakukan pada minggu ketujuh setelah penanaman ubi jalar, pengepraisan adalah Mengambil bagian tanah di sepanjang sisi guludan dan disimpan di bawah permukaan parit dengan mengangkat tanaman secara perlahan agar tidak terjadi stres. Maksud dari pengepraisan adalah agar akar tanaman dapat terkena sinar matahari yang berguna untuk perkembangan atau pertumbuhan umbi di dalam guludan tersebut, dengan mengangkat tanaman secara perlahan.
Mengembalikan tanah hasil pengepraisan ke tempatnya semula (sisi gulud) dilakukan pada minggu ke delapan setelah penanaman ubi jalar atau satu minggu setelah kegiatan pengepraisan.
       
d.   Pemupukan
Pemupukan dilakukan dua kali pemupukan pertama dan pemupukan kedua pemupukan pertama dilakukan waktunya pada minggu ke-1 yaitu sebelum melakukan kegiatan penanaman sedangkan untuk pemupukan kedua dilakukan waktunya pada minggu ke- 5. Pemupukan kami lakukan dengan cara di tebar diantara tanaman ubi jalar pupuk yang digunakan adalah NPK muiara.
e.    Pengendalian hama dan penyakit
Kami melakukan pembuangan ulat yang menyerang daun secara tradisional yaitu dengan mencari daun yang berlobang lalu membuang ulat tersebut.

f.    Pengairan dan penyiraman
Pengairan dilakukan secara terus menerus tiap hari jika tidak ada huja namun Jika air hujan yang sudah memabasahi maka kami tidak menyiram lagi agar tanaman tersebut tidak berlebihan airya, karena jika terlalu banyak maka tanaman akan jenuh dan menyebabkan layu kemudian mati apalgi jika terlalu lembab sarang hama dan penyakit semakin meningkat.








4.3. Grafik Pertumbuhan Tanaman Ubi Jalar
1.     Tinggi Tanaman Ubi Jalar


2.     Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar





3.     Jumlah Cabang Tanaman Ubi Jalar


BAB V
PENUTUP
4.1.    Kesimpulan
               Dapat kami simpulkan bahwasanya dari beberpa pengamatan pada budiday ubi jalar ini adalah tanaman tersebut akan meningkat apabila perawatan sedemikian rupa kita coba maka tanaman tersebut menjadi maksmal namun sebaliknya apabila kurang perawatan, kurang dan lebih airnya itu tidak diperhatikan maka tanaman akan mengalami titik kematian. Apalgi banyak hama dan penyakit yang menyerang sehingga proses pertumbuhan dan reproduksi aubi jalar menurun.
          Factor yang menjadi makanan tanaman tersebut yaitu unsur hara dalam tanah mencukupi begitupun air sebagai proses foto sintesis nantinya akan dsalurkan ke berbagai jaringan.

4.2.    Saran
              Dalam kegiatan praktikum ini hendaknya mahasiswa peserta praktek dapat mengikuti serangkaian kegiatan dari awal hingga akhir dari mulai penyiapan lahan sampai dengan panen sehingga mahasiswa peserta praktek dapat mengetahui dan menganalisa serta membandingkan hasil produktifitas dari tanaman ubi jalar baik pada posisi tanam miring ataupun tidur, baik dengan menggunakan varietas ubi jalar putih, orange, atau campuran yaitu ungu dan putih.














DAFTAR PUSTAKA

Bapelluh_Purbalingga.2013. Budidaya Ubi Jalar http://epetani.deptan.go.id/berita/budidaya-ubi-jalar-7832. Diakses tanggal 10 Januari 2017.
Ir. H. Rahmat Rukmana - Ubi jalar – Budidaya dan pasca panen - Yogyakarta : Kanisius - 1997
Juanda JS Dede dan Cahyono Bambang. 2000. Ubi Jalar Budidaya dan     Analisis Usaha Tani. Kanisus, Yogyakarta.
Lingga, Pinus - Bertanam ubi-ubian - Jakarta : Penebar wadaya - 1986
Paimin F.R - Potensi 1.000 Jenis Ubi Jalar di Indonesia - Trubus No. 309, Agustus - 1995
Wargiono. J - Budidaya Ubi Jalar - Jakarta : Bhratara - 1989
Pracaya - hama penyakit tanaman - Jakarta : Penebar swadaya - 1993
Soemartono - Ubi jalar - Jakarta : CV. Yasaguna – 19
Saeful, Aef. 2011. Ubi Jalar http://aepsaeful.blogspot.com/2011/03/ubi-jalar.html Diakses tanggal 25 Desember 2016.
Sediaoetama, A. D. 1993. Ilmu Gizi Jilid 1. Jakarta: Bharata Karya Aksara
Soenarjo, R. 1984. Potensi Ubi Jalar sebagai Bahan Baku Gula Fruktosa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Syarief, R dan A. Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa
Taufikhurozik.2013. Budidaya Ketela Rambat/Ubi Jalar http://taufiqurrozik.blogspot.com/2013/05/budidaya-ubi-jalar_13.html Diakses tanggal 27 Desember 2016












Lampiran

Gambar 05: Pembersihan gulma dan pengamatan
Gambar 06: Tanaman Ubi Jalar 7 Mst
Gambar 02: Pembersihana gulma
Gambar 01: Tahap Pengolahan Tanah













Gambar 03: Pembuatan Bedengan
Gambar 04: Daun ubi jalar terserang hama











        

Tidak ada komentar: