Selasa, 24 Oktober 2017

Hay



            Hay
1.      Carilah 10 hijauan yang bisa digunakan untuk membuat hay.
Jawab : 1. Jerami padi 2. Jerami jagung 3. Batang dan daun kacang tanah  4. batang dan daun kedelai 5. Gamal 6. Batang tebu 7. Rumput gajah 8. Jerami gandum 9. Rumput ilalang 10.Daun lamtoro

2.      Carilah 3 metode tentang cara pembuatan hay dan jelaskan.
Jawab : A. Hay dapat dibuat dengan cara sebagai berikut:
1. Hijauan harus dipanen saat menjelang berbunga (karena berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan meningkatkan palatabilitas dan kualitas.
2. Bertekstur halus atau yang berbatang halus agar mudah kering,
3. Hijauan (tanaman) yang akan dibuat hay dipanen dari area yang subur,
Ada 2 cara pengeringan hijauan dalam pembuatan hay, yaitu: pengeringan dibawah sinar matahari dan menggunakan alat pengering (dryer).
A. Pengeringan dibawah sinar matahari merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di bolak-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 – 30% (dapat dilihat dari: warna kecoklat-coklatan).
B.Pengeringan dengan dryer menggunakan suhu pengering 100-250OC, pengeringan dihentikan bila kandungan air hijauan sudah mencapai 12-20 %.
Hijauan yang sudah kering kemudian diikat dan disimpan dalam rak di tempat kering.
B. Berikut bahan, alat dan cara dalam pembuatan hay dari jerami padi :
  1. Siapkan jerami padi yang telah kering dalam bentuk gulungan atau blok. Usahakan berat jerami padi tersebut ditimbang. Ini untuk menentukan jumlah urea yang akan digunakan dalam fermentasi ini.
  2. Masukan jerami padi kedalam plastik besar pembungkus jerami. Sebelum jerami dibungkus, press jerami semaksimal mungkin agar udara yang ada didalam plastik keluar. Apabila udara di dalam terlalu banyak maka akan dapat meyebabkan kegagalan proses fermentasi.
  3. Taburkan urea sebanyak 3% dari berat jerami padi. Apabila menggukan satu ton (1000 Kg) jerami padi maka digunakan 30 Kg urea. Untuk penaburan urea ditaburkan per lapis jerami. Jadi jerami yang ditumpuk tadi terdiri dari beberapa lapisan.
  4. Tutup plastik atau kotak tersebut. INGAT, sebelum menutup usahakan udara dalam palstik atau kotak tersebut seminimal mungkin. Kemudian letakan sebuah pemberat diatasnya agar pasltik tidak terbuka (karena sebagian orang menggunakan plastik terpal sehingga tidak menggunakan ikatan tapi ditutupi saja).
  5. Fermentasi ini akan berlangsung lebih kurang hingga 22 hari dan dapat digunakan sebagai pakan ternak. Sebelum diberikan kepada ternak sebaiknya diangin-anginkan lebih kurang 1 hari untuk menghilangkan bau fermentasi.
Adapun ciri-ciri fermntasi yang berhasil yaitu :
  • Tekstur jerami padi tersebut lebih lembut dibandingkan jerami yang tidak difermentasi
  • Terasa kering saat digenggam
  • Warna menjadi berubah sedikit kecoklat-coklatan
c. Metode Hamparan
Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan hijauan yang sudah
dipotong/dirajang di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di bolak-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 – 30% (dapat dilihat dari: warna kecoklat-coklatan).
D. Metode Pod
Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 – 3 hari (kadar air ±50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga (karena ber-kadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan meningkatkan palatabilitas dan kualitas.

3.      Bahaslah proses pembuatan hay hingga proses untuk tujuan ekspor dan gambar
Jawab : Pada proses penumpukan hijauan akan terjadi proses-proses sebagai berikut :
a.        Proses respirasi
Hijauan yang segar masih mampu mengadakan respirasi. Respirasi ini akan mengambil oksigen dari luar dan akan menghasilkan air serta panas. Kerusakan gizi pada tahap ini bisa mencapai 10%.
b.       Proses fermentasi
Bakteri yang berpengaruh dalam proses fermentasi adalah dari jenis bakteri thermofilik, yang akan menghasilkan panas. Apabila tumpukan hijauan tidak sempurna, kerusakan yang disebabkan oleh bakteri dan enzim tersebut bisa mencapai 5-10%.
c.        Reaksi kimiawi
Dalam proses pembuatan hay mungkin akan terjadi suatu reaksi kimiawi, akibat dari reaksi ini akan timbul panas yang tinggi, sehingga hasil dari hay akan berwarna coklat kehitaman.





Description: https://i2.wp.com/upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8e/Grass_hay_by_David_Shankbone.jpg/450px-Grass_hay_by_David_Shankbone.jpg
Description: https://i1.wp.com/upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b2/Round_bale_3066.jpg/758px-Round_bale_3066.jpg
 








4.      Carilah 3 metode pengeringan yang digunakan dalam metode pembuata hay dan berilah opini kekurangan dan kelebihan.
Jawab : Pengeringan dengan Panas Matahari
Teknis pembuatan hay dengan cara ini sangat sederhana, peternak dapat melakukan dengan mudah dan murah biayanya serta kandungan vitamin D dalam hijauan akan tinggi.  Namun yang perlu diperhatikan adalah teknik pembuatannya harus benar agar kualitas hay dapat terjamin.
  • Hijauan ditebarkan sedikit-sedikit (tipis) dan setiap saat harus dibolak-balik kira-kira 1-2 jam sekali.
  • Usahakan agar proses penjemuran berlangsung dalam waktu singkat selama lebih kurang 4-8 jam sampai kadar air menjadi 15-20 persen. Oleh karena itu, perlu dipilih hijauan yang mempunyai bentuk fisik halus dengan batang yang kecil seperti rumput Brachiaria brizantha
Opimi “ proses pengeringan ini baik alami tanfa efek samping namun kelemahannya jika tidak ada matahari akan kesulitan”.
Pengeringan dengan Panas Buatan
Pengeringan dengan panas buatan pada umumnya dilakukan di daerah iklim dingin (subtropis), cara pembuatannya adalah :
  • Hijauan dipotong-potong kemudian langsung dimasukkan ke dalam alat pe-ngering (mesin pengering) dengan temperatur 100-250 derajat
  • Lama pemanasan ditunggu sampai kandungan air hijauan mencapai 15-20 persen
Opini “biaya Mahal jika ada kerusakan mesin sulit untuk diperbaiki, namun ini lebih cepat pemprosesannya.
Pengeringan dengan menggunakan para-para
Bila cuaca buruk, pengeringan dengan menggunakan para-para dapat menbantu mempertahankan kualitas hay. Hijauan dibiarkan terurai di lapangan selama 1-2 hari (tergantung cuaca) dengan tujuan mengurangi kandungan airnya/melayukan. Pengeringan selanjutnya dilakukan dengan meletakkannya di atas para-para sampai BK-nya mencapai 80-85%. Pengeringan ini biasanya berlangsung 3 sampai 6 minggu tergantung cuacanya., walaupun demikian nilai gizinya lebih tinggi dibandingkan dengan bila dikeringkan dengan cara ditebar di lapangan.

5.      Jelaskan pengaruh pemberian hay bagi ternak.
Jawab : 1. Pemberian Hay pada sapi muda dapat meningkatkan perkembangan fungsi rumen, sedangkan pada sapi dewasa kandungan bahan kering pada hay dapat meningkatkan daya serap bahan makanan.
2. Kualitas hay sangat baik dimana palatabilitas ternak meningkat (sangat disukai ternak)
3. Kualitas hay menjadi bermacam-macam tergantung cuaca, pada cuaca yang sangat buruk (musim hujan) beberapa satuan nutrisi akan berkurang.
4. Hay dibandingkan dengan silase lebih ringan empat kalinya dengan kandungan bahan kering yang sama.

SILASE
1.      Hijauan seperti apa yang bias digunakan untuk silase
Jawab : 1. Jerami padi 2. Jerami jagung 3. Batang dan daun kacang tanah  4. batang dan daun kedelai 5. Gamal 6. Batang tebu 7. Rumput gajah 8. Jerami gandum 9. Rumput ilalang 10.Daun lamtoro
2.      Sebutkan proses biokimia terbentuknya silase dari tujuan segar hingga terjadinya proses fermentasi.
Jawab : Agar  berhasil membuat silase, kita harus memahami proses ensilase. Proses ensilase yaitu proses selama pembuatan silase.  Proses ini memerlukan waktu 2-3 minggu.
Setelah suatu produk pertanian dipanen, misalnya rumput dipotong, proses respirasi akan tetap terjadi sampai sel sel tanaman mati. Respirasi merupakan pengubahan karbohidrat menjadi energi maka apabila berjalan lama akan menurunkan kandungan karbohidrat pakan. Proses respirasi memerlukan oksigen sehingga untuk menghentikan proses ini dapat dilakukan dengan menempatkan bahan pada kondisi anaerob.  Oleh karena itu kita memampatkan bahan silase dan menutup rapat silo agar proses respirasi tidak berlangsung lama.
Hijauan biasanya dipotong 3-5 cm sebelum dibuat silase. Tujuannya agar lebih mudah memampatkannya.  Apabila pemampatan maksimal, maka oksigen dalam silo akan rendah sehingga respirasi cepat terhenti.
Setelah respirasi terhenti, proses yang terjadi selanjutnya adalah fermentasi.  Proses ini menyebabkan turunnya pH (derajat keasaman) bahan baku silase hingga tidak ada lagi organisme yang bisa tumbuh. Proses fermentasi bisa terjadi karena adanya bakteri pembentuk asam laktat yang mengkonsumsi karbohidrat dan menghasilkan asam laktat.  Asam laktat akan terus diproduksi hingga tercapai pH yang rendah (<5) yang tidak memungkinkan bakteri beraktifitas lagi dan tidak ada lagi perubahan .  Keadaan inilah yang disebut keadaan terfermentasi, dimana bahan dalam keadaan tetap atau awet. Pada kondisi anaerob silase dapat disimpan bertahun-tahun.
Contoh bakteri asam laktat diantaranya adalah Streptococcus thermophillus, Streptococcus lactis, Lactobacillus lactis, Leuconostoc mesenteroides .
Selain bakteri pembentuk asam laktat, dalam bahan baku silase terdapat juga bakteri Clostridia.   Bakteri ini mengkonsumsi karbohidrat, protein dan asam laktat sebagai sumber energi dan memproduksi asam butirat.  Bakteri ini merugikan karena menguraikan asam amino (menurunkan kandungan protein dan menghasilkan ammonia) sehingga menyebabkan pembusukan silase. Keadaan yang mendukung pertumbuhan bakteri Clostridia adalah tingginya kadar air, terlalu lamanya proses respirasi, kurangnya bakteri asam laktat dan rendahnya karbohidrat. Inilah yang menyebabkan perlunya pelayuan bila kadar air bahan lebih dari 75% dan bahan tambahan dalam pembuatan silase hijauan.
Bahan tambahan untuk pembuatan silase dibedakan menjadi 2 jenis yaitu stimulant dan inhibitor.  Bahan yang masuk kategori stimulant adalah bahan pakan sumber karbohidrat seperti molasses, onggok, dedak halus atau ampas sagu. Molasses dan onggok bisa ditambahkan sebanyak 2,5 % dari berat hijauan. Sedangkan kalau dedak halus sebanyak 5% dan kalau menggunakan ampas sagu diperlukan 7% dari berat hijauan. Urea juga bisa ditambahkan untuk meningkatkan kandungan protein silase berbahan baku jagung.  Bahan stimulant lain yang juga bisa dipakai adalah enzim atau mikrobia yang biasa dijual di pasaran.
Sedangkan bahan yang masuk kategori inhibitor diantaranya asam format, asam klorida, antibiotik,  asam sulfat dan formalin. Penambahan inhibitor bermanfaat untuk proses ensilase tetapi masih asing bagi petani kita. Bahan stimulant lebih mudah didapatkan, harganya juga lebih murah dan lebih ramah lingkungan.

3.      Sebutkan kualitas silase yang bagus dari yang jelek
Jawab : Kriteria Silase yang bagus :
Indikasi dan penjelasan serta nilai keberhasilannya:
A. KEWANGIAN
1. Wangi seperti buah
buahan dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong
untuk mencicipinya. Nilai 25
2. Ingin mencoba mencicipinya tetapi asam, bau wangi Nilai 20
3. Bau asam, dan apabila diisap oleh hidung,rasa/wangi baunya semakin kuat atau sama sekali tidak ada bau. Nilai 10
4. Seperti jamur dan kompos bau yang tidak sedap. Nilai 0
B. RASA
1. Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti youghurt. Nilai 25
2. Rasanya sedikit asam Nilai 20
3. Tidak ada rasa Nilai 10
4. Rasa yang tidak sedap, tidak ada dorongan untuk mencobanya Nilai 0
C. WARNA
1. Hijau kekuning
kuningan. Nilai 25
2. Coklat agak kehitam
hitaman. Nilai 10
3. Hitam, mendekati warna kompos Nilai 0
D. SENTUHAN
1. Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel ditangan karena baunya yang wangi tidak dicucipun tidak
apa
apa. Nilai 25
2. Kandungan airnya terasa sedikit banyak tetapi tidak terasa basah. Apabila
ditangan dicuci bau wanginya langsung hilang. Nilai 10
3. Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit (becek) bau yang menempel ditangan, harus dicuci dengan sabun supaya baunya hilang. Nilai 0
4. Jumlah nilai = Nilai wangi + Nilai rasa + Nilai warna + Nilai sentuh, angka 100 adalah yang terbaik
Silase jelek
Apabila terlihat adanya jamur, warna kehitaman, berair dan aroma tidak sedap berarti silase berkualitas rendah.

4.      Sebutkan factor-faktor yang menyebabkan kegagalan terjadinya proses silase dan bahas
Jawab : Yaitu terbukanya media atau masuknya udara O2 sehingga kondisi tersebut membuat gagalnya proses fermentasi, proses fermentasi ini tanpa adanya udara yang masuk sehingga proses silase ini akan gagal.
Bahan yang digunakan tidak sesuai dengan bahan-bahan yang baik digunakan untuk pembuatan silase
~Di dalam silo tersebut tersebut akan terjadi beberapa tahap proses an-aerob (proses tanpa udara/oksigen), dimana bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadilah proses fermentasi.
~Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini dapat di simpan untuk jangka waktu yang lama tanpa  banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya.

5.      Rekomendasikan cara pembuatan silase yang bias di aplikasikan.
Jawab : cara membuat silase jerami untuk diaplikasikan ke masyarakat
Bahan :
Silase jerami sebanyak 30 kg,
EM-4 sebanyak 20 ml (2 tutup botol),
bekatul sebanyak 3 kg (10% dari 30 kg jerami),
molasses sebanyak 500 ml,
air secukupnya.
            Alat : 
timbangan berdiri untuk menimbang jerami, 
timbangan duduk untuk menimbang bekatul, 
ember untuk mencampur molasses dan EM4 serta air, 
drum plastik untuk silo, katup sebagai pengunci tutup drum.

Cara membuat :
          1.      Menimbang semua bahan yaitu jerami padi sebanyak 30 kg, bekatul 3 kg, dan menakar molasses sebanyak 500 ml dan EM-4 sebanyak 20 ml. 
2.      Menghamparkan jerami di atas lantai yang bersih. 
3.      Mencampur EM-4 dan molasses, kemudian memercikkan pada jerami secara merata.  
4.      Menaburkan bekatul pada jerami secara merata.  
5.      Menambahkan air jika tingkat kebasahan campuran kurang dan belum merata.  
6.      Mengaduk/mencampur semua bahan secara merata dengan membolak-balikkan jerami.  
7.      Memasukkan hasil campuran kedalam drum (silo) sedikit demi sedikit, sambil di padatkan (di injak-injak), agar udara yang ada dalam drum dapat dikurangi atau dihilangkan sama sekali. 
8.      Setelah semua bahan campuran di masukkan, maka silo di tutup dengan katup serapat mungkin, agar tidak ada udara yang masuk dan proses ensilase (pembuatan silase) secara an-aerob berjalan dengan baik.
9.      Melakukan fermentasi selama 1 minggu. 
10.  Setelah 1 minggu, membuka silo dan mengeluarkan hasil silase jerami padi kemudian diangin-anginkan sebelum diberikan kepada ternak.

Tidak ada komentar: