Selasa, 24 Oktober 2017

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN KESUBURAN TANAH



LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN KESUBURAN TANAH
Tanaman Jagung Zea mays L
Dosen: Hidayati Karamina, SP. SH. MP
SEMESTER GNAP 2016/2017
Description: E:\UNITRI\logouni.psd.png
















KELOMPOK 3
NURUL SHOLEHUDDIN                 2014330069
MUMHAMMAD RODLI                   2014330064
SUHARNANIK                                  2014330083
ROFAN DAVID FATTU                   2014330060

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG JAWA TIMUR
2016
 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Mempertahankan kesuburan tanah pada tingkat memuaskan dan pada waktu yang sama juga menghasilkan tanaman yang menguntungkan merupakan masalah yang tidak mudah. Ia berhubungan dan bergantung dari berbagai faktor yang berubah-ubah dan bukan sifat kesuburan. Faktor ini secara nyata menentukan tingkat dari berbagai masalah kesuburan dan sebaiknya dipengaruhi cara kita mempertahankan kesuburan.

Kesuburan tanah sebenarnya mempunyai dua pengertian yaitu kesuburan tanah dan produktifitas tanah. Kesuburan tanah merupakan daya kesanggupan tanah secara alami untuk memberikan hasil atau untuk menyediakan hara dalam jumlah cukup dan seimbang. Produktifitas tanah adalah daya kesanggupan tanah untuk memberikan hasil maksimum dengan menggunakan teknik pengelolaan/manajemen tanah sebaik-baiknya.

Kesuburan tanah selanjutnya ditentukan oleh keadaan fisik, kimia dan biologi tanah. Keadaan fisika tanah antara lain kedalaman efektif tanah yaitu dalamnya lapisan tanah dimana perakaran tanaman dapat berkembang secara bebas, tekstur, struktur, kelembaban dan tata udara. Keadaan kimia tanah antara lain reaksi tanah, banyaknya unsur hara dan cadangan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman dan pH tanah. Keadaan biologi tanah yaitu bahan organik, humifikasi, mineralisasi dan peninkgatan nitrogen udara.

Secara umum dapat dikatakan bahwa tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai kedalaman efektif yang cukup dalam (lebih dari 150 cm), bertekstur lempung, remah, pH tanah 6,5, mempunyai kegiatan jasad renik atau jasad hidup tanah yang tinggi, kandungan unsur haranya cukup bagi pertumbuhan tiap jenis tanaman.

Tanah yang cocok untuk digunakan oleh tanaman jagung adalah tanah gembur dan subur karena tanaman jagung memberikan aerase dan drainase yang baik dengan kedalaman zona perakaran yang cukup yaitu 1 – 1,7 m, jagung dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah. Tanah lempung berdebu adalah tanah yang baik untuk pertumbuhannya.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan pengamatan kesuburan tanah untuk mengetahui pertumbuhan tanaman yang diberi berbagai jenis dan dosis pupuk.

1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai jenis dosis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.). Sedangkan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi bagi praktikan tentang pengaruh pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.).

1.3. Manfaat
Manfaat praktikum Budidaya Tanaman jagung yaitu sebagai bahan pembanding bagi kegiatan praktikum lainnya, dan sebagai media pembelajaran mahasiswa sebelum melakukan kegiatan penelitian ilmiah yang sesungguhnya.
1.4. Hipotesis
Pengaruh pemberian pupuk Urea sebagai pupuk tunggal terhadap pertumbuhan tanaman jagung, karena dalam tanah sulit mendekomposisi jika tanpa pupuk kandang.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Kesuburan Tanah
Dalam konsep kesuburan tanah pada dasarnya mengkaji kemampuan suatu tanah untuk menyuplai unsur hara yang tersedia bagi tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Unsur hara dalam bentuk tersedia dapat diserap oleh tanaman. Kelebihan unsur-unsur yang tersedia ini dapat meracuni tanaman. Suplai unsure hara tersedia dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah yaitu sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Ketiga sifat ini saling berinteraksi mengondisikan tanah, apakah subur atau tidak. Kesuburan tanah selalu berkonotasi dengan produktivitas suatu tanah yang diperlihatkan oleh hasil tanaman/satuan luas tanah (Lahuddin, 2007)
2.1.1. Kesuburan fisik

Kekurangan aliran air dalam tanah menghambat pelarutan pupuk dan pelepasan ion haranya serta aliran massa dan difusi larutan hara dari tanah ke akar. Kekeringan tanah juga memekatkan larutan pupuk yang dapat merusakkan jaringan tanaman karena plasmolisis. Perkolasi cepat dalam jumlah banyak akan melindi banyak bahan pupuk yang terlarutkan. Pupuk juga dapat hilang akibat terbawa aliran permukaan. Pelindi unsure hara pupuk meningkat dalam tanah bertekstur kasar karena daya tambat lengas dan haranya kecil. Struktur dan konsistensi tanah menentukan kerapatan akar dan jangkauan penjalarannya (Notohadiprawiro et. al.2006).

Tekstur tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, dimana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman jagung ideal tumbuh pada tanah bertekstur lempung, sedangkan kentang ideal pada tanah bertekstur lempung berpasir ketimbang yang bertekstur liat dan pasir berlempung (Foth, 1984).
2.1.2Kesuburan Kimia

Tanah yang mengandung unsur hara yang optimum untuk nutrisi tanaman, tidak terlalu asam dan bebas dari unsur-unsur toksik/racun dapat dianggap mempunyai kesuburan kimia. Kesuburan tanah sebagai median untuk pertumbuhan tanaman tidak tergantung pada pengadaan air, udara, unsur hara dan suhu tanah. Tanah cukup lunak dan cukup memungkinkan untuk terjadinya perkecambahan dan perkemangan akar yang baik. Tanah perlu memiliki ukuran pori yang merata, sehingga mudah terjadi gerakan udara maupun air yang menunjang perkembangan akan suhu di daerah perakaran harus berkisar pada batas-batas tertentu yang tidak berbahaya sehingga tanah tersebut memiliki kesuburan fisik, karena keduanya secara seimbang penting bagi kesuburan tanah keseluruhan (Indranada, 1989).

Semakin tinggi pemberian nitrogen semakin cepat pula sintesa karbohidrat yang diubah menjadi  protein dan protoplasma. Akan tetapi kalau terlalu banyak akan menghambat pembungaan dan pembuahan pada tanaman. Sebaliknya, kekurangan unsur nitrogen dapat menyebabkan sel tanaman yang terbentuk kecil, warna daun menjadi hijau kekuning-kuningan, dan mudah rontok serta produknya rendah (Kartasapoetra, 1988).
Fungsi utama kalium bagi tanaman adalah membantu dalam pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman agar daun dan buah tidak mudah gugur. Selain itu, kalium berguna sebagaikekuatan bagi tanaman untuk menghadapi kekeringan dan penyakit (Lingga, 1999).

Pengaruh keasaman tanah pada pertumbuhan tanaman adalah melalui pengaruhnya pada ketersediaan anasir hara yang diperlukan tanaman. Tanah-tanah berkeasaman tinggi (pH rendah) mengandung kationn-kation besi dan aluminium bebas dalam takaran banyak yang mampu menyerap ion fosfat sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Pada pH tinggi, kation mangan juga akan menyerap anion fosfat sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Poerwowidodo, 1993).

2.1.3. Kesuburan Biologi

Pendekatan yang kurang komprehensif terhadap kesuburan tanah selama ini yakni hanya memfokuskan dari faktor kimianya saja telah terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas tanah dalam jangka panjang. Selain faktor kimia berupa unsur makro dan mikro yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, faktor biologis (biokimia) yang terutama dimainkan oleh mikroba juga sangat penting. Berbagai senyawa organic yang dihasilkan oleh mikroba dalam proses dekomposisi berbagai bahan organic di alam berperan dalam memacu merangsang pertumbuhan, mempercepat proses pembungaan, meningkatkan proses biosintesis senyawa biokimia, menghambat pathogen, bahkan juga meningkatkan produksi senyawa metabolit sekunder sebagai bahan baku obat, pestisida dan sebagainya (Aryantha et. al., 2002).



2.1.4. Kesuburan Klimatik

Iklim berpengaruh langsung atas suhu tanah dan keairan tanah serta berdaya pengaruh tidak langsung pula lewat vegetasi. Hujan dan angin dapat menimbulkan degradasi tanah karena pelindian (hujan) dan erosi (hujan dan angin). Energi pancar matahari menentukan suhu badan pembentuk tanah dan tanah dengan demikian menentukan laju pelapukan bahan mineral dan dekomposisi serta humifikasi bahan organik. Semua proses fisik, kimia dan biologi bergantung pada suhu. Air merupakan pelaku proses utamadi alam,menjalankan proses alihragam (transformation) dan alihtempat (translocation) dalam tubuh tanah, pengayaan tubuh tanah dengan sedimentasi, dan penyingkiran bahan dari tubuh tanah dengan erosi, perkolasi dan pelindian (Notohadiprawiro, 1993).
Temperatur merupakan suatu ukuran intensitas panas. Jarak hidup tumbuh optimal pada kisaran temperatur sangat sempit. Sebagian besar tanaman pertanian membutuhkan kisaran temperatur 15oC – 40oC untuk pertumbuhan maksimalnya. Respirasi, permeabilitas dinding sel, serapan air dan hara, transpirasi, aktivitas enzim dan koagulasi protein (Poerwowidodo, 1993).
2.2. Pupuk An-organik

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi.  Misalnya urea berkadar N 45 – 46% (setiap 100 kg urea terdapat 45 – 46 kg hara nitrogen). Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) pemberiannya dapat terukur dengan tepat, (2) kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, (3) pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4) pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relative sedikit dibandingkan dengan pupuk organic. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu hanya selain mempunyai unsure makro, anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000).
Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk.  Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya.  Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).

2.2.1.      Urea
Pupuk urea pada tanah pertanian biasanya diperuntukan untuk tanaman sayur-sayuran karena pupuk ini sangat berguna dalam pembentukan material tanaman dan pertumbuhan vegetatif daun, sedangkan pupuk TSP dan KCL lebih diperuntukan untuk mempercepat pembungaan dan peningkatan kualitas tanaman. Kombinasi dari ketiga pupuk tersebut sangat sangat dibutuhkan untuk memperoleh pertumbuhan yang baik pada tanaman (Danarti dan Najiarti, 1992).
2.2.2.      TSP
Pupuk TSP merupakan pupuk buatan dengan rumus molekul Ca (HP2 PO4) dengan kadar PO2 pupuk 44-53%. Pupuk ini dibutuhkan tanaman untuk merangsang pembungaan, pertumbuhan akar dan mepercepat daya serap hara tanaman. Sedangkan pupuk KCL merupakan pupuk buatan dengan kandungan kalium pupuk 60-63%. Pupuk ini sangat dibutuhkan tanaman sebagai katalis enzim dan membuat tanaman tahan terhadap penyakit dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap stress lingkungan ( Pijoto, 1995).
2.2.3.      NPK
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara dalam pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat berperan pada pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar. Namun bila diberikan terlalu banyak dapat memperlambat pembungaan dan pembuahan tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman sebab merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan (Seopardi, 1979).
Kalium bukan merupakan komponen bahan organik namun keberadaannya mutlak dibutuhkan dalam proses metabolisme tanaman (Rinsema, 1986). Kalium selalu diserap lebih awal dibanding N dan P. Kalium sangat erat hubungannya terhadap patogen (Yosagara, 1996).
2.2.4.      KCl

KCL  merupakan zat hara yang paling penting bagi tanaman dengan kadar kalium 60-63%. Keuntungan pupuk ini tidak mudah hilang atau tercuci air tanah. Pada tanah yang mengandung cukup K akan menghasilkan tanaman yang berkualitas tinggi. Pemberian kalium yang cukup akan memberikan polong yang baik dan berisi penuh (Suprapto,1992).
Kalium sangat berperang dalam membuka dan menutupnya stomata, proses  potosintesis, dan pengaturan permeabilitas sel (Getcheli,1973). Defesiensi K menunjukkan gejala merah pada tulang daun, tunas mudah menjadi kurus dan mudah mati (Oezer,1993).
2.3. Teknik Pemupukan

Penempatan yang tepat dan saat pemberian merupakan faktor sangat penting dalam pemupukan. Tanggapan tanaman, penghindaran kerusakan, dan ketidakrepotan dan pemberian yang ekonomik harus diperhatikan. Agar efektif, pupuk harus diberikan di tempat dan disaat tanaman memerlukannya. Pemberian setahun sekali untuk beberapa hara tertentu dapat tidak cukup dan untuk hara yang lain tidak perlu. Pipik yang gampang larut, dengan konsentrasi tinggi tidak dapat diberikan pada tanaman-tanaman yang sedang tumbuh, terutama bila masih muda, karena kerusakan akibat garam (Harjadi, S. S., 1996)..

2.3.1. Penugalan
Caranya, tempatkan pupuk ke dalam lubang di samping tanaman sedalam 10-15 cm. Lubang tersebut dibuat dengan alat tugal. Kemudian setelah pupuk dimasukkan, tutup kembali lubang dengan tanah untuk menghindari penguapan. Cara ini dapat dilakukan disamping kiri dan samping kanan baris tanaman atau sekeliling pohon. Jenis pupuk yang dapat diaplikasikan dengan cara ini adalah pupuk slow release dan pupuk tablet.

2.4. Botani Tanaman Jagung

2.4.1. Klasifikasi
Menurut  muhadjir (1988) sistematika tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Divisio             : Spermotophyta
Sub division    : Angiospermae
Klas                 : Monocotyledonae
Ordo                : Tripaceae
Famili              : Poaceae
Genus              : Zea
Spesies            : Zea mays L.
Tanaman jagung termasuk jenis rumput-rumputan (graminae). Secara garis basar tanaman jagung terdiri atas empat kelompok : a) Zea mays indurata sturt; b) Zea mays inderata sturt; c) Zea mays everata sturt dan, d) Zea mays saccharata sturt. Tanaman jagung termasuk tanaman padi-padian, dan dalam kedaan baik tingginya dapat mencapai beberapa meter, tergantung varietasnya, iklim, teknik budidaya, dan kesuburan tanah.
2.4.2. Morfologi
Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari 3 tipe akar yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang, akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih dari buku terbawah dekat permukaan tanah (Purwono dan Hartono, 2005).
Batang jagung tidak bercabang berbentuk selinder, dan terdiri dari beberapa ruas. Batang jagung terisi oleh berkas-berkas pembuluh, seolah-olah tidak beraturan. Batang jagung beruas-ruas antara 8-12 ruas sedangkan tinggi tanaman berbeda antara 1,5-3 m tergantung varietasnya (Effendi, 1985).
Daun tanaman jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8-48 helaian tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang. Antara kelopak  dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula (purwono dan hartono,2005)
Bunga jagung tidak memiliki petal dan sepal sehingga disebut bunga tang a tak lengkap. Bunga jagung  juga termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan betina barada pada bunga yang berbeda (puwono,dkk,2005). Bunga jantang (staminate) dan bunga betina terdapat pada satu tanaman yang letaknya terpisah, bunga jantang terletak pada ujung tanaman sedangkan bunga betina sepanjang pertengahan  batang dan berada disalah satu ketiak daun. Staminate terbentuk pada saat tanaman sudah mencapai pertengahan umur dan didalamnya terdapat benang sari dan pada benang sari terdapat kentung sari yang berjumlah 3 pasang yang memiliki sekitar 2500 butir tepungsari (Kanisius,1993).
Bunga betina menpunyai putik yang terus memajang keluar dari dari kelobot sampai bunga dibuahi yang disebut rambut jagung. Umumnya bunga jantan 1-3 hari lebih dahulu masak dibandingan bunga betina sehingga umumnya penyerbukan silang yang umumnya terjadi (Danarti dan Najiyati,1997). Semakin siap bunga dibuahi, maka semakin bertambah jum lah rambut yang keluar melewati ujung tongkol jagung. Rambut-rambut ini menempel pada tongkol jagung yang merupakan tempat menempelnya calong biji, sebagai tempat menympan persediaan makanan, hasil daun berupa protein, zat pati, minyak dan hasil lain (Kanisius,1993).
Biji jagung tersusun rapi pada tongkol. Dalam satu tongkol terdapat 200-400 biji. Biji jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar disebut pericarp. Bagian atau lapisan kedua yaitu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji. Sementara bagian paliang dalam yaitu embrio atau lembaga (purwono dan hartono, 2005).

2.5. Syarat Tumbuh
Setiap tanaman dalam proses hidupnya selalu membutuhkan persyaratan tumbuh. Demikian pula dengan tanaman jagung. Persyaratan tumbuh yang sesuai diharapkan dapat menunjang tingkat produksi, sesuai dengan harapan para petani (Kanisius, 1993).
2.5.1. Iklim

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 23oC - 30oC. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl (http://fendy-muet.blogspot.com/, 30 April 2011).
2.6. Prinsip Kesuburan Tanah
Prinsip kesuburan tanah secara umum adalah menjamin kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan organik ataupun kimia sehingga meningkatkan kehidupan mikroorganisme di dalam tanah (soil regenerator), mengoptimalkan ketersediaan dan menyeimbangkan aliran unsur hara, khususnya melalui penambahan BOT, pendaur ulangan unsur hara dan pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap, meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi matahari, udara dan air dengan pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air dan pengendalian erosi, saling melengkapi dan sinergi dalam penggunaan sumberdaya genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan tingkat keanekaragaman fungisonal tinggi .
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan tempat pelaksanaan
Kegiatan praktikum Manajemen Kesuburan Tanah Tanaman Jagung (Zea mays (L)) dilakukan di lahan Universitas Tribhuwana Tungga Dewi Malang pada hari Rabu, tanggal 23 Maret 2016 pukul 06.30 WIB – selesai
3.2. Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Tanaman jagung yaitu sekop, hand traktor, cangkul/pacul, parang, kamera, penggaris, patok-patokan, tugal, meteran dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu benih jagung  (Zea mays L.) dan pupuk an-organik.
3.3. Kondisi Umum Wilayah
Tentang gambaran wilayah tempat praktikum yang kami lakukan
3.4. Tahapan pelaksanaan praktikum
1.      Membersihkan gulma pada areal penanaman dengan cara manual
2.      Setelah gulma dibersihkan secara manual oleh alat pertanian pengolahan lahan dengan hand traktor dan mencangkul tanah supaya gembur
3.      Setelah areal lahannya diolah dengan maksimal maka dibentuklah bedengan sesuai ukuran yang ditentukan, dan membuat saluran irigasi disamping bedengan sesuai dengan perlakuan
4.      Bedengan yang sudah sedikit gembur dengan air maka persiapan penanaman benih jagung dengan membuat 2 lubang tempat tanaman dan pupuk dengan jarak 15x15, setelah benih di masukkan dalam lubang bersamaan dengan pupuk urea selanjutnya ditutup kembali dengan tanah gembur di sekitar lubang. Kemudian disiram secara continue tiap hari kecuali hujan
5.      Penyulaman dilakukan maksimal 2 minggu setelah tanam, agar tidak terjadi perbedaan pertumbuhan yang terlalu mencolok antara tanaman asli dan hasil sulaman
6.      Penyiangan dilakukan setiap minggu saat terlihat gulma yang tumbuh di sekitar tanaman kedelai. Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh dengan tangan..



3.5. Parameter Pengamatan
Pengamatan terhadap parameter pertumbuhan dilakukan sebanyak 1 kali yaitu tiap umur 2 minggu setelah tanam sampai 46 Hst , sedangkan untuk parameter hasil dilakukan pada saat panen. Adapun peubah yang diamati adalah sebagai berikut:
  1. Tinggi tanaman (cm), diamati mulai pangkal batang hingga pangkal daun tertinggi.
  2. Jumlah daun (helai), dihitung semua daun yang terbentuk.
  3. Penimbangan Berat Basah (BB), di hitung semua berapa berat keseluruhan tongkol jagung dan mengambil tongkol tiap sampel.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tabel Hasil Pengamatan
Pengamatan : 14    hst




Tanggal Pengamatan :  05     /    06   /2016



Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Bedengan
Bedengan
Bedengan
Bedengan
Bedengan
Bedengan
I
II
III
I
II
III
1
6
6
6.5
5
5
5
2
6
6
5.6
5
6
5
3
6.5
8
6.5
6
6
6
4
7.5
5.5
6.5
4
5
5
5
6.8
7.3
5.6
6
5
5
6
5
6.5
8.7
5
5
6
7
7.6
7
6.6
6
6
5
8
5.8
6.5
5.5
5
5
5
9
6
4.6
5
5
5
5
10
8
8.2
2.8
5
5
4
Rata-rata
6.52
6.56
5.93
5.2
5.3
5.1

Pengamatan :    28  hst




Tanggal Pengamatan :  19     /    04   /2016










Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Bedengan
Bedengan
Bedengan
Bedengan
Bedengan
Bedengan
I
II
III
I
II
III
1
27
26.5
28.5
11
11
10
2
30
34.5
24
11
11
10
3
26
33
23
10
11
12
4
21
25
29.5
8
8
11
5
29.5
28
27
11
10
10
6
33
29
37.5
10
8
13
7
31.5
31.5
32
10
10
11
8
28
27.5
25
10
11
10
9
28.5
32
26.5
10
11
10
10
29.5
23.5
19.5
10
10
7
Rata-rata
28.4
29.05
27.25
10.1
10.1
10.4
 
Pengamatan :    32  hst




Tanggal Pengamatan :  10    /    05   /2016










Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Bedengan
Bedengan
Bedengan
Bedengan
Bedengan
Bedengan
I
II
III
I
II
III
1
87
78
91
15
11
13
2
92
95
97
15
13
12
3
84
99
104
14
14
13
4
70
66
92
13
11
14
5
103
109
85
15
13
14
6
104
107
110
14
14
15
7
102
94
100
15
14
14
8
93
96
97
14
15
14
9
92
103
81
14
15
12
10
94
83
50
14
12
11
Rata-rata
92.1
93
90.7
14.3
13.2
13.2

Pengamatan :    46  hst




Tanggal Pengamatan :  17    /    05   /2016










Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Bedengan
Bedengan
Bedengan
Bedengan
Bedengan
Bedengan
I
II
III
I
II
III
1
230
230
223
18
16
17
2
210
215
220
17
15
15
3
215
215
217
18
16
15
4
175
150
216
15
16
16
5
220
147
225
17
18
17
6
230
225
236
17
18
15
7
245
190
200
18
14
15
8
210
220
217
17
16
16
9
223
215
205
17
16
18
10
217
125
230
16
12
17
Rata-rata
217.5
193.2
218.9
17
15.7
16.1






4.1. Pembahasan
































BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
            Dari beberapa hasil praktikum yang diamati bahwasanya tanaman jagung semakin meningkat tiap harinya, namun ada beberapa bedengan tanaman jagung daunnya menjadi kuning diakibatkan beberapa faktor yaitu:
1.      Kurangnya pemupukan
2.      Irigasi yang kadang tidak menentu
3.      Perawatan yang tidak intensif
5.2. Saran
Dalam hal pelaksanaan praktikum, diharapkan lebih terorganisir dan lebih teliti dalam persiapan dan penyediaan alat dan bahan.  Agar dalam pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan lancar, serta mohon diperhatikan waktu praktikumnya, karena dalam praktikum ini supaya benar-benar mengetahui apa yang namanya menganalisis  sifat dari tanah maka diharapkan agar diatur dengan sebaik mungkin.


DAFTAR PUSTAKA

Dariah, A., F. Agus, S. Arsyad, Sudarsono dan Maswar. 2003.  Hubungan antara karateristik tanah dengan tingkat erosi pada lahan usahatani berbasis kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. Jurnal Tanah dan Iklim No. 21 (Des):68-86
Buckman, H.O. dan Brady, 1982. Ilmu Tanah. Penerjemah : Soegiman. Bharata Karya Aksara, Jakarta. Hal. 131-191. Foth, H. D., 1984.
Harjadi, S. S., 1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hardjowigeno, 2004.
Kartasapoetra, A. G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Jakarta. Bina Aksara.
Lahuddin, 2007. Aspek Unsur Mikro dalam Kesuburan Tanah. Pidato Pengukuhan  Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara. Medan.
Lingga, P., 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta. Penebar Swadaya.
Notohadiprawiro, T., 1998. Tanah dan Lingkungan. DIKJEN PT DEPDIKBUD. Jakarta
Poerwowidodo, 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa Bandung. Bandung.
Sanchez, P.A., 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Alih bahasa : Amir Hamzah. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Suntoro, W. A., 2003. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Jurnal Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU.
Syukur, A., 2005. Pengaruh pemberian bahan organik Terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan caisim di tanah pasir pantai. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 5 (1) (2005)
Widiana, G.N., 1994. Peranan EM-4 dalam Meningkatkan Kesuburan dan Produktifitas Tanah. Buletin Kyusei Nature Farming.
Rao, S., 1975. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UI Press. Jakarta.


LAMPIRAN

Gambar 02: Tanaman Jagung 1 mingguan
Gambar 01: Tahap Pengolahan bedengan













Gambar 03: Pengamatan 7 Hari setelah tanamn
Gambar 04: Penumbukan Tanah & Pembersihan Gulma









Gambar 05: Penyiraman Tanaman Jagung
Gambar 06: Belalang Hama Tanaman Jagung


Gambar 14: Penimbangan BB Jagung
Gambar 13: Jagung Yang sudah Selesai Panen
Gambar 11: Pengamatan Sekaligus Memupuk
Gambar 12: Panen Tanaman Jagung
Gambar 09: OPT Tanaman Jagung
Gambar 10: Pengamatan Sekaligus Memupuk
Gambar 08: Tanaman Jagung Daun Menguning
Gambar 07: Pengamatan 28 hst tanaman jagung

Tidak ada komentar: