Selasa, 24 Oktober 2017

Pestisida



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Pestisida merupakan semua zat kimia atau bahan lain termasuk mikroba yang dapat digunakan membrantas hama, pathogen, gulma pada pertanian, mematikan dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan, membrantas pengganggu pada hewan, ikan, rumah tangga,  bangunan dan lain-lain.
Pada dasarnya, pestisida digunakan untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman agar tanaman dapat berproduksi maksimal. Pestisida yang umumnya digunakan oleh kebanyakan petani di Indonesia adalah pestisida kimia sintetik. Hal ini dikarenakan petani menginginkan hasil yang dapat segera terlihat dalam hitungan waktu yang singkat.
Awal mula penggunaan pestisida kimia sintetik adalah tahun 1942 yang merupakan awal dari gerakan revolusi kimia dalam bidang pertanian, dimana pada tahun itu telah berhasil diciptakan suatu pestisida buatan (sintetis) yang merupakan suatu bentuk persenyawaan yang memiliki gugus aktif. Pestisida pertama yang dihasilkan adalah jenis DDT (Dikhloro Difenil Trikhloroetena), dan kemudian diikuti oleh bermacam-macam jenis lainnya (Palar, 1994).
Seiring berjalannya perkembangan pestisida, ditemukan berbagai macam pestisida kimia sintetik yang terbuat dari golongan logam berat seperti tembaga dan belerang. Logam-logam ini biasanya terdapat di pestisida kimia seperti Bubur Bordeaux dan bubur California. Pestisida bubur Bordeux dan bubur California dapat memberantas penyakit khususnya dari golongan fungi dengan cepat. Namun sayangnya logam-logam berat yang terdapat di bubur Bordeaux dan bubur California dapat memberikan efek negative tidak hanya bagi hama dan penyakit tetapi juga bagi manusia dan makhluk lain karena residunya.

1.2  TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan pestisida kimia bubur Bordeaux dan bubur California secara sederhana.







BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Sejarah penggunaan pestisida telah diketahui sejak beberapa ribu tahun yang lalu yaitu berupa racun arsen pada abad kesatu oleh bangsa Yunani dan China. Perkembangan pestisida khususnya pestisida kimia terjadi pada tahun1867 di Amerika Serikat yaitu dengan penggunaan zat warna Paris Green untuk mengendalikan Colorado Potato Beatle.  Pada tahun 1939, DDT diformulasikan di Swiss sebagai racun perut dan racun kontak dan di tahun 1950-an mulai dikembangkan Fungisida captan and glyodin; insektisida organophosphorous dan malathion. Tahun 1961 DDT didaftarkan untuk 34 jenis tanaman yang penggunaannya meningkat dramatis. Penggunaan pestisida kimia yang berlebihan ternyata memberikan dampak negative terhadap makhluk hidup dan ekosistem sehingga pada tahun 1962,  Rachel Carson menerbitkan buku Silent Spring, tentang bahaya pestisida (Anonim,2011).
Pestisida digolongkan menjadi beberapa bentuk seperti berdasarkan jasad pengganggu, cara masuknya, formulasi, tempat kerja, dan berdasarkan bahan aktif serta susunan kimia yang dikandungnya. Fungisida adalah suatu senyawa kimia atau campuran beberapa senyawa kimia yang dipergunakan untuk memberantas/mematikan cendawan yang menyebabkan penyakit (Dingra,1981).
Pestisida untuk mengendalikan cendawan (fungi) menurut efeknya terhadap cendawan sasaran terdiri atas dua macam. Pertama, senyawa-senyawa yang mempunyai efek fungistatik, yakni senyawa yang hanya mampu menghentikan perkembangan cendawan. Cendawan akan berkembang lagi bila senyawa fungistik tersebut hilang. Kedua, senyawa-senyawa yang mempunyai efek fungitoksik atau efek fungisida (fungicidal effect), yakni senyawa yang mampu membunuh cendawan (Nene, 1971).
Fungisida dapat digolongkan menjadi golongan tembaga anorganik, golongan belerang anorganik dan golongan organik. Golongan Tembaga Anorganik antara lain  Bubur Bordeaux (Bordeaux Mixture). Bubur Bordeaux (BB) dapat kita buat dari terusi, kapur dan air. Terusi ditumbuk sampai halus, supaya mudah larut di dalam air yang dingin. Kemudian Bubur Burgundy (Burgundi Mixture), Bubur Cheshunt (Cheshunt Mixture), dan Eau Celeste (Sky Blue Water). Golongan belerang anorganik antara lain Tepung belerang  yang dapat dibuat dari belerang Lumpur dan belerang cirrus. Kedua, Bubur California yang peroleh dengan jalan merebus belerang dan kapur hingga terbentuk cairan berwarna coklat karat. Dan yang ketiga adalah Belerang Basah (wettable sulfure). Fungisida ini berbentuk pasta belerang atau tepung belerang yang terdiri dari unsure belerang murni, sehingga pengaruh kerusakan terhadap tanaman dapat lebih dikurangi lagi (Triharso, 2004).
BAB III
METODOLOGI
3.1 TEMPAT DAN WAKTU
Tempat pelaksanaan praktikum di lab biologi UNITRI Malang,  pada tanggal 26 April 2016

3.2 ALAT DAN BAHAN
·         Alat            :
Adapun alat  yang digunakan dalam praktikum ini Sendok, Masker,Timbangan analitis, Beker glas Kompor Buku dan alat tulis
·         Bahan         :
Bubur Bordeaux
Terusi                 : 15 gr  CuSO4
Kapur tohor       : 15 gr CaO
Aquades            :  100 ml
Kertas lakmus   
Bubur California
kapur tohor CaO            :40 gr
Blerang S                       : 20 gr
Aquades                                    :200 ml
Sabun cair
Kertas lakmus

3.3 METODE PELAKSANAAN
Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Bubur Bordeaux
a.       Dipanaskan  100 ml air sampai mendidih
b.      Dimasukkan tembaga sulfat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai tercampur.
c.       Setelah tercampur, dimasukkan kapur tohor sedikit demi sedikit sampai tercampur rata dan berubah warna, diangkat dan didinginkan sampai larutan mengendap.
d.      Setelah didinginkan, kemudian diukur pH larutan bubur dengan kertas lakmus.
2.      Bubur California
a.       Dipanaskan  200 ml air sampai mendidih
b.      Dimasukkan belerang sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai dan ditambahkan sabun cair agar belerang larut.
c.       Setelah tercampur, dimasukkan kapur tohor sedikit demi sedikit sampai tercampur rata dan berubah warna, diangkat dan didinginkan sampai larutan mengendap.
d.      Setelah didinginkan, kemudian diukur pH larutan bubur dengan kertas lakmus.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Gambar 02: Bubur Deaux dan Bubur California yang sudah dikocok

Gambar 01: Bubur Deaux dan Bubur California yang didiamkan beberapa jam

 









No.
Perubahan
Bubur Bordeaux
Bubur California
1.
Warna
Hijau Toska
Kuning keruh
2.
pH
<5
>8

v  Bubur Bordeaux yang semula berwarna biru cerah berubah warna menjadi hijau toska setelah dicampurkan dengan kapur tohor dan pH <5.
v  Belerang yang tidak dapat larut di dalam air setelah diteteskan beberapa tetes sabun cair, dapat terlarut dan warnanya kuning cerah. Setelah dicampurkan dengan kapur tohor, warnanya berubah menjadi kuning keruh.
4.2. PEMBAHASAN
Fungisida adalah senyawa yang digunakan untuk memberantas fungi yang mengganggu tanaman. Mekanisme fungisida yang digunakan untuk penanggulangan penyakit pada umumnya adalah dengan menghambat perkecambahan, pertumbuhan, dan perkembangbiakan atau sekaligus membunuh pathogen. Bubur Bordeaux dan bubur  California merupakan fungisida yang telah lama dikenal dan digunakan di berbagai negara.
Fungisida yang telah lama dikenal yaitu Bubur Bordeaux (Bordeaux mixture, Boullie Bordelaise) tergolong dalam senyawa tembaga yaitu campuran dari larutan sulfat tembaga (terusi) dengan larutan kapur. Mengenai Perbandingannya tergantung dari macamnya tanaman yang akan disemprot. Fungisida ini bersifat sistemik, multisite inhibitor, dan aktivitasnya terbatas untuk menghambat spora sehingga harus diaplikasikan sebelum spora berkecambah.
Bubur Bordeaux tradisional berbentuk suspensi koloidal berwarna biru langit dan jika diendapkan akan membentuk endapan sedangkan Bubur Bordeaux  komersial berbentuk tepung halus berwarna biru. Untuk mengurangi sifat fitotoksiknya maka dapat diadakan dengan jalan mempertinggi perbandingan kapur terhadap tembaga. Tapi jika pemberian kapur ini agak terlalu banyak, maka daya toksisitasnya terhadap cendawan akan berkurang.
Bubur Bordeaux yang dibuat saat praktikum berwarna hijau toska dari semula berwarna biru langit setelah ditambahkan kapur tohor. pH dari larutan bubur ini setelah diendapkan adalah <5 yang mengindikasikan bahwa bubur Bordeaux tersebut bersifat masam.
Walaupun terdapat banyak kebaikan dari fungisida ini diantaranya dapat dipergunakan untuk banyak macam penyakit, dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan yang murah didapat, mempunyai daya lekat yang tinggi tapi selain itu terdapat pula kekurangan-kekurangannya seperti merusak alat-alat semprotan, harus hati-hati dalam pembuatannya jangan sampai merusak tanaman jika sudah dibuat harus segera dipakai dan jangan sampai disimpan lama dan sedapat mungkin jangan dipergunakan untuk menyemprot daun atau buah-buahan yang biasa dimakan, karena tembaga berbahaya pada manusia.
Dengan merebus kapur dan belerang, maka akan terjadilah Lime sulfur yang juga disebut Bubur California atau Self-boiled Lime sulfur (Bubur California yang masak sendiri) atau Dry lime sulfur (Bubur California yang kering). Menurut Nene (1971), Kandungan belerang pada fungisida kapur-belerang dapat bertindak sebagai akseptor hydrogen dala sistem metabolisme yang bekerja dengan cara mengganggu sistem hidrogenasi dan dehidrogenasi normal dalam sel. Fungisida kapur-belerang juga mengeluarkan uap yang mampu menghambat perkecambahan konidia cendawan.
Pada bubur California yang dibuat saat praktikum, didapatkan pH sebesar 9 karena penambahan sabun cair yang bersifat basa sehingga menaikkan pH larutan dari yang semula netral menjadi basa.
Bubur California ini disamping memiliki efek fungisida juga memiliki efek insektisida, hanya bubur ini merupakan obat keras yang dapat merusakkan alat serta berbahaya bagi manusia; di samping itu penggunaan bubur California jangan diaplikasikan saat cuaca panas karena akan dapat membakar bagian tanaman yang disemprot. Fungisida tersebut dipergunakan untuk menanggulangi penyakit seperti antraknose, tepung, kudis pada apel dan sebagainya.
Pada saat ini, bubur Bordeaux dan bubur California sudah tidak digunakan lagi karena sangat berbahaya bagi manusia karena efek residu yang ditimbulkannya.
BAB V
PENUTUP
 5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.   Bubur Bordeaux memiliki pH <5 sedangkan bubur California memiliki pH >8.
2.   Bubur Bordeaux terbuat dari campuran tembaga dan kapur tohor sedangkan bubur California terbuat dari campuran belerang dan kapur tohor.
3.   Bubur California disamping memiliki efek fungisida juga memiliki efek insektisida.
4.   Fungisida bubur Bordeaux dan bubur California tidak boleh digunakan lagi karena mrngandung logam berat dan efek residunya dapat membahayakan makhluk yang mengkonsumsi tanaman yang menggunakan fungisida tersebut.

 5.2. SARAN
1.         Sebaiknya para petani dan pencinta tanaman jangan terlalu banyak menggunkan pestisida ini dikarenakan banyak residu yang terkandung didalamnya.
2.         Berhati-hati dalam menggunakan pestisida kimia ini


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Petrogenol-800-l. (ONLINE). (http://www.bersamakitaserasi.com/content/ petrogenol-800-l, diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
Anonim. Furadan-3-gr. (ONLINE). http://www.bersamakitaserasi.com/content/furadan-3-gr, diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
Anonim. Bubur california. (ONLINE). http://citruscentre.blogspot.com/2009/03/bubur-california.html, diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
Anonim. (ONLINE). http://tokopioneermart.com/?p=156, diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
Anonim.(ONLINE).http://tokopioneermart.com/wp-content/uploads/2010/11/22225x300.jpg, diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
Anonim.Ridomil Gold MZ 4/64 WG.(ONLINE). http://www.tokokimia.com/fungisida/item/ ridomil -gold-mz-464-wg.html, diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
Anonim. Ridomil Gold MZ 4/64 WG. (ONLINE). http://bersamakitaserasi. com/content/ridomil-gold-mz-464-wg, diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
Anonim. (ONLINE).http://www.toko-kimia.com/insektisida/item/crash-480-as-copy.html, diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
Anonim. Curacron 500 EC. (ONLINE).http://www.bersamakitaserasi.com/content/curacron-500-ec, diakses pada tanggal 10 Mei 2016).
Anonim. Decis 25 EC. (ONLINE).http://www.bersamakitaserasi.com/content/decis-25-ec, diakses pada tanggal 10 Mei 2016).









Tidak ada komentar: