kata pengantar
wahai zat yang maha luas lagi maha
bijaksana, kami memohon kepada engkau hikmah dan ilmu yang bermanfaat pada
kami, hanya kepada engkau kami bersujud dan kami berserah diri.”
“Sungguh, kami sangat bersyukur atas
semua karunia yang telah engkau tanamkan dalam sanubari kami yang paling dalam,
yang telah memberi kami kesempatan untuk masih bisa melaksanakan ibadah
kepadamu Yaa Ilahi Rabb, tiada daya dan kekuatan yang kami miliki kecuali atas
karuniamu.”
“Tiada satupun yang mampu membuat
hati kami melinangkan air mata kecuali kesempatan yang telah engkau berikan
kepada kami untuk tetap masih bias melakukan sujud dihadapanmu. Bagi kami,
inilah karunia yang paling besar yang engkau berikan.”
“Dan juga sampaikanlah salam dan
shalawat kami atas rasulmu Muhammad Saw. Yang karena beliaulah kami bisa
mengenal engkau Yaa Allah.”
Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa
sekarang semakin pesat. Kemajuan tersebut semakin luas dan berkembang dan
didukung berbagai alat berteknologi tinggi untuk mengungkapkan banyak hal di
luar daya piker manusia pada masa lampau.
Dengan diiringi puji syukur kepada
Allah Swt, penulis mencoba untuk berbagi
sedikit pengetahuan kepada pembaca akan sesuatu yang sangat fundamental
dalam hidup kita sebagai masyarakat terkhusus buat mahasiswa mesin yaitu
tentang makalah Teknologi tepat Guna yang berjudul Mesin pembuat tepung tapioka
Yang mudah-mudahan dapat menambah wawasan kita semua.
Apabila ada kebenaran dalam tulisan
ini, sesungguhnya itu datang dari Allah SWT, dan bilamana ada kekeliruan dalam
tulisan ini, itu semua datang dari saya sendiri yang memiliki pengetahuan yang
terbatas dan masih penuh kekurangan. Oleh karenanya saya sungguh memerlukan
saran dan pendapat dari para pembaca makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua dan semakin menambah wawasan kita, pengetahuan kita dan juga rasa
Iman kita kepadanya Aamiin.
DAFTAR ISI
Sampul (cover)....................................................................................................................... 1
Kata pengantar..................................................................................................................... 2
Daftar isi................................................................................................................................. 3
Bab
I Pendahuluan
A.
Latar
belakang...................................................................................................................... 4
Bab
II Pembahasan
1. Pendahuluan.......................................................................................................................... 5
2. Mekanisme
pemarutan dan pemerasan........................................................................... 5
2.1. Mekanisme
pemarutan....................................................................................................... 5
2.2. Mekanisme
pemerasan dan penyaringan....................................................................... 6
2.3. Mekanisme
pemarutan dan pemerasan yang dipilih................................................... 6
3. Cara kerja mesin................................................................................................................... 6
4. Landasan teori....................................................................................................................... 7
5. Data hasil rancangan........................................................................................................... 9
6. Pengujian mesin pembuat tepung tapioca...................................................................... 9
7. Analisa hasil
pengujian dan unjuk kerja mesin............................................................ 11
8. Usulan untuk
penyempurnaan rancangan Mesin........................................................ 12
Bab
III Penutup
Kesimpulan............................................................................................................................ 13
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 14
Lampiran ............................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Mesin
pembuat tepung tapioka (tepung singkong atau ketela pohon) ini merupakan salah
satu upaya penerapan teknologi tepat guna, untuk membantu penduduk yang selama
ini masih menerapkan cara tradisional dalam pembuatan tapioka. Cara tradisional
pembuatan tepung tapioca terdiri dari proses pemarutan ketela pohon yang sudah
dikupas, kemudian pemerasan (penggilasan) dan penyaringan parutan ketela pohon
yang sudah dicampur air, untuk mendapatkan tepung tapioka. Pada cara
tradisional, masing-masing proses tersebut dilakukan secara terpisah, dan
manual. Dengan mesin yang dirancang ini, proses pemarutan ketela pohon yang
sudah dikupas, pemerasan (penggilasan) dan penyaringan parutan ketela pohon
untuk mendapatkan tepung tapioka bisa dilakukan dalam satu rangkaian proses.
Dengan mesin yang dirancang ini, waktu proses, yaitu proses pemarutan,
pemerasan (penggilasan), dan penyaringan menjadi lebih singkat, bila
dibandingkan dengan cara tradisional. Dengan waktu proses yang lebih singkat,
laju produksi per satuan waktu menjadi lebih besar.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pendahuluan
Proses
pembuatan tepung tapioka secara tradisional terdiri dari tiga tahap yang
dilakukan secara terpisah. Tahap pertama adalah proses pemarutan ketela pohon
yang sudah dikupasn kulitnya, sedangkan tahap kedua dan ketiga adalah proses
pemerasan dan penyaringan parutan ketela pohon yang sudah dicampur air, untuk
mendapatkan tepung tapioka. Proses pemarutan, proses pemerasan dan penyaringan
untuk mendapatkan tepung tapioka dilakukan dengan cara manual, menggunakan
tenaga manusia.
Selain
dengan cara tradisional (yang umumnya dengan cara manual), tahapan pembuatan
tepung tapioka juga dapat dilakukan secara mekanik, yaitu dengan bantuan
peralatan, baik untuk proses pemarutan maupun proses pemerasan dan
penyaringannya. Cara mekanik yang ada, menggunakan dua alat yang terpisah di
mana satu alat dipakai untuk proses pemarutan, sedangkan alat yang lain
digunakan untuk proses pemerasan dan penyaringan. Untuk meningkatkan efisiensi
proses serta kapasitas per satuan waktu, mesin yang dirancang untuk proses
pembuatan tepung tapioka secara mekanik diupayakan agar bisa menggabungkan
ketiga tahapan proses (pemarutan, pemerasan, serta penyaringan) dalam sebuah
peralatan/mesin. Ada beberapa alternatif mekanisme yang bias dipakai, baik
untuk tahapan pemarutan maupun tahap pemerasan dan penyaringan.
2. Mekanisme Pemarutan
dan Pemerasan
Pemarutan
ketela pohon untuk penghasilkan tepung tapioka merupakan suatu proses untuk
memecahkan dinding sel pada umbi ketela pohon agar butir tepung/pati yang
terdapat di dalam ketela pohon tersebut dapat diambil. Setelah proses pemarutan
dilakukan, hasil parutan dicampur dengan air kemudian diperas dan disaring.
Setelah disaring, campuran yang terdiri dari tepung ketela pohon dan air ini
diendapkan. Setelah mengendap dan dipisahkan dari airnya, maka endapan tepung
ketela pohon ini kemudian dijemur hingga kering. Proses penjemuran dan
pengeringan dilakukan terpisah dan tidak merupakan bagian dari mesin yang
dirancang ini.
2.1 Mekanisme
Pemarutan
Mekanisme
yang umumnya dipakai untuk proses pemarutan ada dua macam. Pertama adalah
menggunakan parut berputar. Pada proses pemarutan ini, ketela pohon yang telah
dikupas diparut dengan menggunakan silinder berparut, yang mendesak pada celah
dengan jarak tertentu. Silinder berparut diputar dengan menggunakan motor pada
kecepatan putar tertentu. Sistem ini dipakai pada proses pemarutan mekanis.
Sedangkan
yang kedua menggunakan pemarut manual atau pemarut tetap. Pada proses pemarutan
ini, pemarutan menggunakan plat yang terbuat dari stainless
steel,
yang memiliki gigi parut yang berbentuk seperti paku tajam. Gigi parut ini akan
menyayat ketela pohon sehingga menjadi butiran/sayatan yang halus. Untuk
pemarut manual yang bahannya menggunakan plat stainless steel, gigi parut berasal
dari bahan itu sendiri yang disayat, sehingga lembaran yang disayat tersebut
berbentuk seperti paku-paku tajam.
2.2 Mekanisme
Pemerasan dan Penyaringan
Mekanisme
pemerasan dan penyaringan adalah proses pengambilan tepung tapioka dari parutan
ketela pohon yang sudah dicampur dengan air. Hasil dari proses pemerasan dan
penyaringan ini berupa campuran antara air dan tepung tapioka. Campuran ini
kemudian diendapkan. Setelah tepung tapioka mengendap, airnya dipisahkan, dan
endapannya di jemur/dikeringkan.
Mekanisme
pertama untuk proses pemerasan dan penyaringan menggunakan system ayakan atau
saringan. Parutan ketela pohon yang sudah dicampur air diletakkan di atas
saringan tersebut, kemudian diperas atau digilas perlahan sehingga campuran
tepung tapioka dan air akan jatuh ke bawah, terpisah dari ampasnya.
Mekanisme
kedua menggunakan system screw, yang terdiri dari
sebuah screw
yang
ada dalam silinder (dinding screw). Screw diputar sehingga
mendorong parutan ketela pohon yang dicampur air, yang berada diantara screw dan silinder. Parutan
ketela pohon yang dicampur air, masuk dari hopper yang ada di salah
satu ujung screw, berpindah bersamaan
dengan gerakan screw, dan keluar pada
ujung lain dari screw (bagian keluaran).
Mekanisme
ketiga menggunakan poros penggilas yang diletakkan di atas plat penahan yang
berlubang-lubang (yang sekaligus berfungsi sebagai saringan). Parutan ketela
pohon yang dicampur air masuk dari salah satu sisi/ujung plat berlubanglubang
(bagian masukan), kemudian digilas oleh poros penggilas. Poros penggilas akan
menekan dan menggilas campuran parutan ketela pohon dan air. Tepung tapioka
yang bercampur air akan jatuh ke bawah, sedangkan ampas parutan akan bergerak
bersama poros penggilas ke arah bagian keluaran penampung ampas parutan yang
terletak pada sisi/ujung lain dari plat berlubang.
2.3 Mekanisme
Pemarutan Dan Pemerasan Yang Dipilih
Mesin
pembuat tepung tapioka yang dirancang menggunakan mekanisme pemarut berputar
(pemarut berbentuk silinder), yang digabung dengan mekanisme pemerasan dan penyaringan
menggunakan poros penggilas yang diletakkan di atas plat berlubang-lubang yang
sekaligus berfungsi sebangi penyaring. Penggabungan ini bertujuan untuk
menyatukan ketiga proses (pemarutan, pemerasan serta penyaringan) yang umumnya
dilakukan melalui alat yang terpisah.
3. Cara Kerja Mesin
Gambar
mesin pembuat tepung tapioka serta bagian-bagian utamanya dapat dilihat pada
lampiran 1. Cara kerja mesin pembuat tepung tapioca adalah sebagai berikut:
motor pemarut (13) dihubungkan dengan sabuk V untuk menggerakkan puli silinder
pemarut (14). Silider pemarut yang terhubung dengan puli (14) akan berputar dan
memarut ketela pohon yang ditampung di hopper (7). Ketela pohon
yang sudah diparut akan mengalir melalui plat penyalur hasil parutan (8) menuju
bagian penggilas (2). Tahapan di atas merupakan proses pemarutan. Dari tahapan
ini, hasil parutan ketela pohon yg dicampur air akan masuk ke tahap berikutnya,
yaitu proses pemerasan/ penggilasan sekaligus proses penyaringan.
Proses
pemerasan/penggilasan sekaligus proses penyaringan dimulai ketika hasil parutan
ketela pohon melewati penyalur hasil parutan (8) dan masuk ke plat berlubang
(9). Plat berlubang (9) selain merupakan tempat/landasan untuk proses
pemerasan/peng-gilasan, juga berfungsi sebagai penyaring untuk memisahkan
campuran tepung tapioka-air, dengan ampasnya. Campuran tepung tapioka dan air
(setelah melewati proses penyaringan) akan masuk ke penampung campuran (10),
untuk kemudian diteruskan ke bak penampung (tidak tercantum pada gambar) yang
diletakkan di bawah penampung campuran. Sedangkan ampas sisa perasan akan
dibuang melalui saluran pembuangan (11). Proses penggilasan dilakukan oleh rol
penggilas (5) yang bergerak sejajar di atas plat berlubang (9). Rol penggilas
(5) dipasang pada rantai penggerak rol penggilas (12) yang digerakkan oleh
sproket (15). Sproket (15), yang jumlahnya empat buah, digerakkan oleh motor
penggilas (4) melalui transmisi rantai penghubung sproket motor penggilas dan
sproket mekanisme penggilas (6).
4. Landasan Teori
Bagian-bagian
utama mesin pembuat tepung tapioka ini adalah rol penggilas, poros, puli, sabuk
V, rantai, penyaring serta pemarut. Dalam rancangan yang dibuat, mekanisme
pemarut dan mekanisme pemerasan/penggilas menggunakan dua motor yang berbeda.
Daya motor yang diperlukan untuk menggerakkan mekanisme pemarut dan mekanisme
pemeras/penggilas dihitung dengan rumus berikut,
di mana:
P : daya motor yang
dibutuhkan (HP)
T : torsi (kg.m)
n : putaran (rpm)
Untuk
mentransmisikan putaran motor ke mekanisme pemarut, digunakan sabuk V dan puli.
Pada perencanaan sabuk V, jarak poros C, harus memenuhi syarat tertentu.
Parameter jarak poros menentukan dimensi panjang sabuk V. Syarat yang harus
dipenuhi untuk parameter jarak poros C, adalah:
C – 0,5 (dk –Dk) >
0 (2)
di mana:
C : jarak poros (mm)
dk : diameter puli
luar kecil (mm)
Dk : diameter puli
luar besar (mm)
Panjang
sabuk V, dinyatakan dengan parameter (L), dapat dihitung dengan rumus:
L = 2C + 0,5 π (dp + Dp) + 0,25C (Dp
– dp)2 (3)
di mana:
L : panjang sabuk V
(mm)
dp : diameter nominal
puli kecil (mm)
Dp : diameter nominal
puli besar (mm)
Kecepatan
linier sabuk V, dinyatakan dengan parameter (Vp), dihitung dengan rumus:
Vp = (Ï€ dp n)/ (60.000) (4)
di mana:
Vp : kecepatan linier
sabuk V (m/det)
dp : diameter nominal
puli kecil (penggerak) (mm)
n : putaran motor
(rpm)
Untuk
perencanaan sproket dan rantai, panjangrantai dihitung setelah jumlah gigi
sprocket besar dan sproket kecil ditentukan. Panjang rantai, yang dinyatakan
dalam jumlah mata rantai dihitung dengan rumus:
Lp = (Z1 + Z2)/2 + 2
Cp + [(Z1 – Z2)/6,28]2 / Cp (5)
di mana:
Lp : panjang rantai
(dinyatakan dalam jumlah mata rantai)
Z1 : jumlah gigi
sproket kecil
Z2 : jumlah gigi
sproket besar
Cp : jarak sumbu
poros (dinyatakan dalam jumlah mata rantai).
Perhitungan
diameter poros yang digunakan pada peralatan yang dirancang ini, dihitung
dengan rumus:
[(0,58 Syp) / N] >
(16/Ï€ d3) (M2 + T2)0,5 (6)
di mana:
= 0,5 Su
Syp : tegangan pada yield point (N/mm2)
Su : tegangan ultimate (N/mm2)
N : faktor keamanan
d : diameter poros
(mm)
M : momen bending
maksimum (N mm)
T : torsi (N mm).
Torsi
yang terjadi pada poros dihitung berdasarkan
rumus:
T = 716,2 P / n (7)
di mana:
T : torsi yang
terjadi (kg m)
P : daya motor (HP)
n : putaran (rpm).
Untuk
menentukan besarnya torsi pada poros pemarut, dilakukan pengujian sehingga
didapatkan besarnya torsi pada poros yang mampu melakukan proses pemarutan.
Pengujian dilakukan menggunakan rol pemarut dengan diameter 100 mm. Pada poros
rol pemarut ini dilengkapi lengan yang panjangnya 50 mm, yang pada ujungnya
diberi tali untuk menempatkan beban. Pada rol pemarut ditempatkan ketela pohon
yang akan diparut, kemudian pada lengan diberikan beban, sehingga rol bisa
memarut ketela pohon tersebut.
Pada
pengujian tersebut, beban dengan massa 1,5 kg mampu memarut ketela pohon yang
digunakan dalam pengujian untuk menentukan besarnya torsi. Dengan torsi yang
didapat dari pengujian ini, digunakan untuk memilih/ menentukan motor yang
dipakai untuk menggerakkan mekanisme pemarut.
5. Data Hasil Rancangan
Data
pada tabel 1 berikut merupakan data dimensi-dimensi utama dari mesin pembuat
tepung tapioka yang dirancang/dibuat.
6. Pengujian Mesin
Pembuat Tepung Tapioka
Untuk
mengetahui kemampuan mesin pembuat tepung tapioka yang dirancang, setelah mesin
tersebut dibuat, dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah kemampuannya bisa
memberikan hasil sebagaimana yang direncanakan. Mesin pembuat tepung tapioka
ini dirancang untuk mampu memarut, menggilas dan menyaring 10 kilogram ketela
pohon per jam yang sudah dikupas kulitnya.
Hasil
akhir yang diperoleh dari mesin yang dirancang ini (setelah memalui proses
pemarutan, penggilasan dan penyaringan) adalah campuran antara tepung tapioka
dan air. Untuk mendapatkan tepung tapioka kering, campuran antara tepung
tapioka dan air ini harus diendapkan, kemudian dikeringkan. Proses pengeringan
dilakukan secara terpisah dan bukan merupakan bagian proses dari mesin yang
dirancang ini.
Agar
pengujian kemampuan mesin (pemarutan, penggilasan dan penyaringan) lebih mudah
dilakukan dan dianalisis, maka setiap kali pengujian, jumlah ketela pohon yang
dimasukkan ke dalam mesin pembuat tepung tapioka sebanyak 2 kilogram. Pengujian
yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui waktu proses yang diperlukan oleh
mesin, untuk memarut, menggilas dan menyaring 2 kg ketela pohon.
Langkah-langkah untuk pengujian mesin ini adalah sebagai berikut:
1.
Mempersiapkan
beberapa peralatan yang diperlukan dalam
pengujian: timbangan, pencatat waktu, tempat penampung.
2.
Menyediakan
ketela pohon yang telah dikupas. Untuk memperlancar proses masuknya ketela
pohon ke bagian pemarut, ketela pohon dipotong menjadi tiga atau empat bagian.
3.
Menjalankan
mesin serta memasang tempat penampung campuran tepung tapioka dan air(hasil
pemarutan, penggilasan dan penyaringan) serta penampung ampas ketela pohon
(sisa hasil penggilasan dan penyaringan).
4.
Melakukan
pengujian. Setiap kali pengujian, jumlah ketela pohon yang dima-sukkan ke dalam
hopper
pemarut,
sebanyak 2 kilogram.Pada saat pengujian dilakukan, proses yang diuji pada mesin
ini adalah proses pemarutan, penggilasan dan penyaringan. Data waktu proses
pada table 2, adalah proses yang diperlukan untuk memarut, menggilas dan
menyaring 2 kg ketela pohon yang dimasukkan melalui hopper. Hasil akhir yang
diperoleh dari mesin ini (dari rangkaian proses pemarutan, penggilasan, dan
penyaringan) adalah campuran antara air dan tepung tapioka.
5.
Mencatat
hasil pengujian, berupa waktu yang diperlukan untuk memarut, menggilas, dan
menyaring 2 kilogram ketela pohon yang dimasukkan ke dalam hopper. Proses pengeringan
campuran antara air dan tepung tapioka (yang merupakan hasil akhir yang
diperoleh dari mesin ini setelah melalui proses pemarutan, penggilasan dan
penyaringan), dilakukan terpisah dari mesin ini, dan tidak merupakan bagian
proses dari mesin yang dirancang ini.
6.
Mengendapkan
dan mengeringkan campuran tepung tapioka dan air, yang merupakan hasil dari
mesin yang dirancang. Langkah ke enam ini dilakukan untuk mengetahui berapa
banyak tepung tapioka kering yang diperolah dari 2 kg ketela pohon yg diparut,
digilas, dan disaring melalui mesin yang dirancang. Hasil pengujian yang
dilakukan, dapat dilihat pada tabel 2.
7. Analisa Hasil
Pengujian dan Unjuk Kerja Mesin
Dari
data yang diperoleh selama pengujian, maka kapasitas mesin yang dirancang yaitu
mampu memarut, menggilas dan menyaring 10 kilogram ketela pohon per jam, dapat
dicapai. Dari pengujian yang dilakukan sebanyak lima kali (dengan masing-masing
pengujian jumlah ketela pohon yang diparut 2 kg), waktu yang diperlukan untuk
memarut, menggilas dan menyaring sehingga dihasilkan campuran air dan tepung
tapioka, sebesar 10 – 12 menit.
Tepung
tapioka kering yang diperoleh dari 2 kilogram ketela pohon yang diparut adalah
sekitar 0,56 kilogram. Tepung tapioka kering diperoleh setelah campuran tepung
tapioka dan air (hasil dari proses pemarutan, penggilasan dan penyaringan)
diendapkan, dan dijemur hingga kering. Proses pengeringan ini memang bukan
menjadi bagian perancangan mesin pembuat tepung tapioka. Proses pengeringan
untuk memperoleh tepung tapioka kering sebagai mana disebutkan di atas, memerlukan
waktu antara 2 sampai 4 jam.
Selama
pengujian dilakukan, mesin bekerja dengan baik. Proses pemarutan, penggilasan,
dan penyaringan berjalan sebagaimana rancangan yang diinginkan. Hasil parutan
mengalir dengan lancer dari proses pemarutan ke proses penggilasan. Dengan tiga
rol penggilas, maka konsentrasi tepung yang bercampur dengan air sangat tinggi.
Mekanisme penyaring juga berfungsi dengan baik, sehingga ampas sisa penggilasan
tidak bercampur dengan larutan tepung dengan air.
8. Usulan untuk Penyempurnaan Rancangan Mesin
Setelah
melakukan sejumlah pengujian, ada beberapa usulan/masukan yang bisa dilakukan
untuk penyempurnaan rancangan ini. Usulan penyempurnaan pertama adalah
perbaikan proses pemberian air pada saat proses pemarutan, yang masih dilakukan
secara manual dengan cara menuangkan melalui gayung. Penyempurnaan yang bisa
dilakukan adalah dengan menambahkan pipa yang diberi beberapa lubang, dan
dilengkapi dengan keran pengatur debit air, dan pipa ini diletakkan pada salah
satu sisi memanjang dari hopper. Dengan
penyempurnaan ini, debit air lebih mudah diatur, dan air bisa disiramkan secara
merata pada ketela yang sedang diparut.
Penyempurnaan
kedua yang bisa dilakukan adalah memakai satu motor penggerak, untuk
menggerakkan mekanisme pemarutan dan mekanisme penggilasan. Rancangan yang
sudah dibuat menggunakan dua motor penggerak, masing-masing motor dipakai untuk
menggerakkan mekanisme pemarutan dan mekanisme penggilasan (pada proses
penggilasan dilakukan sekaligus proses penyaringan). Penggunaan satu motor
penggerak untuk menggerakkan seluruh mekanisme pada mesin pembuat tepung
tapioka ini sangat dimungkinkan, dan bisa mengurangi biaya awal untuk mesin.
Penyempurnaan
ketiga adalah penempatan rantai sproket yang menggerakkan rol penggilas. Pada
saat pengujian dilakukan dalam waktu lama, maka sebagian dari hasil parutan
yang sedang mengalami proses penggilasan, akan terkumpul pada sisi kiri maupun
kanan rol penggilas. Hasil parutan yg terkumpul pada sisi kiri maupun kananrol
penggilas ini lama kelamaan jumlahnya akan semakin banyak, sehingga khirnya
akan menempel pada rantai sprocket yang menggerakkan rol penggilas.
Ada
dua alternative penyempurnaan yang bias dilakukan, yaitu menambahkan plat
pengarah, yang diletakkan di depan rol penggilas, yang berfungsi untuk
mengembalikan hasil parutan yang berada di sisi kiri maupun kanan rol
penggilas, agar kembali ke posisi tengah (di mana penggilasan berlangsung).
Atau menggeser posisi rantai sproket penggerak rol penggilas ke arah luar,
sehingga hasil parutan tidak akan menempel pada rantai tersebut.
Kesimpulan
Dari
pengujian yang dilakukan, mesin yang dirancang untuk membuat tepung tapioka
dapat bekerja dengan baik. Proses pemarutan, proses penggilasan maupun
penyaringan berjalan baik sehingga menghasilkan kapasitas sesuai dengan yang
dirancang. Kapasitas yang dirancang, yaitu kemampuan memarut, menggilas,
kemudian menyaring, sebanyak 10 kilogram ketela pohon per jam, bisa dicapai
pada saat pengujian dilakukan.
Beberapa
usulan penyempurnaan bisa dipertimbangkan,agar rancangan berikutnya bisa lebih
baik. Usulan penyempurnaan adalah penambahan pipa yang diberi lubang-lubang
untuk saluran air agar proses pemberian air saat proses pemarutan merata;
pemakaian satu motor penggerak untuk menggerakkan mekanisme pemarut dan
mekanisme penggilas; serta memperbesar jarak rantaipenggerak rol penggilas agar
hasil parutan yang sedang digilas tidak bersentuhan dengan rantai.
- See more at:
http://ichaltecnik.blogspot.com/2012/10/contoh-makalah-mesin-pembuat-tepung_4777.html#sthash.9bzf6Rdo.dpuf