Makalah Ekologi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia pada hakikatnya adalah murid-murid alam atau lingkungan, karena alam dan lingkungan mengajari mereka banyak hal. Kehidupan sebagai dinamika yang mengandung pergeseran dan perubahan secara terus-menerus. Oleh karena itu setiap manusia harus mampu menyesuaikan dirinya dengan alam dan lingkungannya, serta sesama makhluk hidup yang merupakan bagian dari alam. Dalam hal ini alam bagi manusia adalah segala-galanya, bukan hanya sebagai tempat lahir, hidup, berkembang, maupun mati. Akan tetapi juga mempunyai makna filosofis tersendiri. Alam adalah guru bagi makhluk yang hidup di dalamnya. Dia dapat mempelajari apa saja yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu lingkungan merupakan laboratorium alam yang sangat baik dan lengkap, namun belum banyak yang menyadari dan memanfaatkannya.
Semakin hari, semakin dirasakan oleh manusia untuk harus mengenal lingkungannya, apalagi perkembangan IPTEK yang begitu pesat, pola penduduk dunia yang berubah, begitu pula berkembangnya kekuatan manusia yang mengubah lingkungan. Dengan merenungkan munculnya masalah-masalah pembangunan yang mengabaikan prinsip-prinsip ekologi yang mendapatkan keuntungan jangka pendek guna memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri yang semakin hari semakin banyak, telah menyebabkan peranan ekologi semakin menonjol.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Ekologi?
2.
Bagaimana hubungan ekologi dengan
ilmu lain?
3.
Apa saja ruang lingkup ekologi?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui ekologi
2.
Untuk mengetahui hubungan ekologi
dengan ilmu lain
3.
Untuk mengetahui ruang lingkup
ekologi
D. Manfaat Penulisan
Agar pembaca mengetahui peranan ekologi dan ruang lingkup ekologi di dalam kehidupan
an hubungannya dengan ilmu lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Ekologi
Dalam pandangan historis, ekologi tidak begitu
jelas. Ini disebabkan karena perkembangannya yang berangsur-angsur. Catatan
Hipocratus, Aristoteles, dan filosof lainnya, merupakan naskah kuno yang berisi
rujukan tentang masalah-masalah ekologi, meskipun tidak menggunakan nama
ekologi. Baru pada abad ke-16 dan 17 ayang timbul dari natural history yang
kemudian berkembang menjadi satu ilmu yang sistematik, analitik, dan obyektif
mengenai hubungan organisme dan lingkungan yaitu EKOLOGI. Nama tersebut baru
dikemukakan oleh seorang ahli biologi Jerman yang bernama Earns Haeckel (1834-1919)
pada tahun 1860.
Sebelum itu, banyak orang besar dari
kebangunan biologi abad ke-18 telah menyumbang kepada pokok persoalannya
walaupun etiket “ekologi” tidak digunakan. Misalnya: Anton van Leeuwenhoek,
yang lebih dikenal sebagai ahli mikroskop perintis dari awal tahun 1700 juga
mempelopori pengkajian “rantai-rantai makanan” dan “pengaturan populasi”, dua
bidang penting dalam ekologi mutakhir.
Sekitar tahun 1900, ekologi diakui sebagai
suatu disiplin ilmu dan berkembang terus dengan cepat. Apalagi saat dunia
sangat peka terhadap masalah lingkungan dalam mengadakan dan memelihara mutu
manusia. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mendasarinya dan selalu berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
B. Pengertian Ekologi
Ekologi berasal dari bahasa
Yunani “Oikos” yang berarti rumah atau tempat hidup, dan “logos” yang berarti
ilmu. Secara harfiyah Ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme
atau kelompok organisme terhadap lingkungannya. Ekologi merupakan ilmu pengetahuan
tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya. Atau ilmu yang mempelajari
pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup. Ada juga yang mngatakan bahwa
ekologi adalah suatu ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan,
binatang, dan manusia dengan lingkungannya di mana mereka hidup, bagaimana
kehidupannya, dan mengapa berada di tempat tersebut.
Ekologi merupakan salah satu cabang Biologi
yang hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam dengan tidak
melakukan percobaan. Tetapi biasanya ekologi didevinisikan sebagi pengkajian
hubungan organisme-organisme atau kelompok-kelompok organisme terhadap
lingkungannya, atau ilmu hubungan timbal-balik antara organisme-organisme hidup
dan lingkungannya. Sebab ekologi memperhatikan terutama biologi
“golongan-golongan” organisme dan dengan proses-proses fungsional di daratan
dan air adalah lebih tetap berhubungan dengan upaya mutakhir untuk
mendevinisikan ekologi sebagai pengkajian struktur dan fungsi alam, telah
dipahami bahwa manusia merupakan bagian dari pada alam. Menurut Odum (1971)
ekologi mutakhir adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan fungsi
ekosistem atau alam di mana manusia adalah bagian dari alam. Struktur di sini
menunjukan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu
termasuk kerapatan atau kepadatan, biomas, penyebaran potensi unsur-unsur hara
(materi), energi, faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang mencirikan sistem
tersebut. Sedangkan fungsinya menggambarkan sebab-akibat yang terjadi dalam sistem.
Jadi pokok utama ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme
di alam.
Jelaslah bahwa ekologi
adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup dalam rumah tangganya atau ilmu yang
mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup sesamanya
dan dengan komponen di sekitarnya. Dengan demikian seorang ahli ekologi juga
menaruh minat kepada manusia, sebab manusia merupakan spesies lain (makhluk
hidup) dalam kehidupan di biosfer (tempat hidup) secara keseluruhan.
Selanjutnya dengan adanya gerakan kesadaran lingkungan di negara maju sejak
tahun 1968 sedangkan di Indonesia sejak tahun 1972, di mana setiap orang mulai
memikirkan masalah pencemaran, daerah-daerah alami, hutan, perkembangan
penduduk, masalah makanan, penggunaan energi, kenaikan suhu bumi karena efek
rumah kaca atau pemanasan global, ozon berlubang dan lainnya telah memberikan
efek yang mendalam atas teori ekologi. Ekologi merupakan disiplin baru dari
Biologi yang merupakan mata rantai fisik dan proses biologi serta bentuk-bentuk
yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial.
C.
Hubungan Ekologi dengan Ilmu-ilmu lain
Ekologi
mempunyai perkembangan yang berangsur-angsur. Dari perkembangan itu semakin
terlihat bahwa ekologi mempunyai hubungan dengan hampir ilmu-ilmu lainnya. Guna
memahami ruang lingkup dan sangkut-pautnya ekologi, persoalannya harus
dipandang dalam hubungannya dengan ilmu-ilmu lain. Untuk mengerti hubungan
antara organisme dan lingkungan, semua bidang ilmu yang menerangkan tentang
komponen-komponen makhluk hidup dan lingkungan itu sangat diperlukan. Jika
berbicara mengenai pencemaran hutan, perkembangan penduduk, masalah makanan,
penggunaan energi, kenaikan suhu bumi karena efek dari rumah kaca atau
pemenasan global, ozon berlubang dan lainnya, ini berarti juga harus berbicara
mengenai ilmu kimia, fisika, pertanian, kehutanan, ilmu gizi, klimatologi, dan
lainnya. Boleh dikatakan bahwa semakin hari semakin terasa hubungan ekologi
dengan hampir semua bidang ilmu yang ada. Semakin terasa bahwa semua orang harus
memahami ekologi.
Dalam
ekologi, istilah populasi dinyatakan sebagai golongan individu-individu dari
setiap spesies organisme. Sedangkan komunitas adalah semua populasi-populasi
yang menduduki daerah tertentu. Komunitas dan lingkungan yang tidak hidup berfungsi
bersama sebagai sistem ekologi atau ekosistem. Penting untuk diketahui bahwa
tidak ada garis pemisah yang jelas ditunjukan pada spektrum yang dimaksud.
Interaksi dengan lingkungan fisik (energi dan mineral) pada setiap tingkat menghasilkan sistem-sistem fungsional yang khas. Di mana sistem tersebut mempunyai tujuan dan merupakan gabungan dari berbagai komponen yang secara teratur berinteraksi satu sama lain dan saling ketergantungan serta membentuk satu kesatuan secara keseluruhan.
Interaksi dengan lingkungan fisik (energi dan mineral) pada setiap tingkat menghasilkan sistem-sistem fungsional yang khas. Di mana sistem tersebut mempunyai tujuan dan merupakan gabungan dari berbagai komponen yang secara teratur berinteraksi satu sama lain dan saling ketergantungan serta membentuk satu kesatuan secara keseluruhan.
Agar mudah
dimengerti hubungan organisme dan lingkungannya, semua bidang ilmu yang dapat
menerangkan setiap makhluk hidup dan lingkungan sangat diperlukan. Penyebaran,
adaptasi dan aspek-aspek fungsi organisme dan komunitas banyak dipelajari dalam
ekologi dan erat hubungannya dengan ilmu-ilmu biologi lainnya seperti
taksonomi, morfologi, fisiologi, genetika. Sedangkan klimatologi, ilmu tanah,
geologi, dan fisika memberikan informasi mengenai keadaan lingkungan. Jadi
pengetahuan dan biologi sangat diperlukan bagi seorang ahli ekologi untuk dapat
mengungkapkan hubungan antara lingkungan dan dunia kehidupan.
D. Pembagian Ekologi
Ekologi dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1.
Autekologi: membahas pengkajian
individu organisme atau spesies. Sejarah-sejarah hidup dan prilaku sebagai
cara-cara penyesuaian diri terhadap lingkungan biasanya mendapatkan penekanan.
Pembahasan melaiputi aspek siklus hidup,adaptasi,sifat parasitik,non-parasitik,dan
lain-lain.
2.
Sinekologi: membahas pengkajian golongan atau
kumpulan organisme-organisme yang berasosiasi bersama sebagai satu kesatuan
yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Bila diadakan suatu studi
mengenai hubungan suatu jenis pohon terhadap lingkungan, pengkajian itu akan
bersifat autekologi. Apabila studi itu memperhatikan atau mengenai hutan di
mana jenis pohon itu tumbuh, pendekatannya bersifat sinekologi.
Pembagian ekologi seperti ini sangat
berguna dalam penelitian. Seseorang yang akan melakukan penelitian dapat
memusatkan diri pada proses-proses, tingkat-tingkat, lingkungan-lingkungan,
organisme-organisme, atau masalah-masalah dan membuat sumbangan-sumbangan yang
bernilai terhadap keseluruhan mengenai biologi lingkungan.
E. Ruang Lingkup Ekologi
Ruang
lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistem, hingga biosfer.
I.
Populasi
Populasi adalah kelompok
individu-individu yang memiliki kesamaan genetik,dan berada bersama-sama dalam
tempat dan waktu yang sama. Secara umum,
apabila kita bicara populasi,maka yang kita maksudkan adalah anggota-anggota
dari spesies yang sama,yang satu sama lain berdekatan. Antara populasi yang
satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam komunitasnya. Contoh interaksi antarpopulasi adalah
sebagai berikut.
1. Alelopati
Merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan
zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon
walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini
menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati
dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan
antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
2.
Kompetisi
Merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat
kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang
diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di
padang rumput.
II.
Komunitas
Komunitas adalah kelompok populasi yang
berada bersama-sama dalam tempat dan waktu tertentu. Tingkatannya tergantung
pada skala yang kita tetapkan. Kita dapat menggunakan komunitas untuk
menunjukkan semua benda yang hidup di
dalam suatu ekosistem ,atau kita dapat membatasi perhatian kita hanya pada
komunitas burung,atau komunitas tanaman dan sebagainya.
Cara yang
paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil beberapa
sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian
nama komunitas dapat berdasarkan :
1)
Bentuk atau struktur utama seperti
jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan
agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat
tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil
2)
Berdasarkan habitat fisik dari
komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas
lautan,dll
3)
Berdasarkan sifat-sifat atau
tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti
iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata
sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik.
Macam-macam Komunitas. Di alam terdapat bermacam-macam
komunitas yang secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu (1)
Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau, di
sungai, di parit atau di kolam, (2) Komunitas terrestrial, yaitu kelompok
organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang
pasir, dll.
Struktur Komunitas
Karakter komunitas
1) Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup,
fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan
perkembangbiakan organisme.
2) Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan
densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah
kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan
sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau
persatuan penangkapan
3) Sintesis adalah proses perubahan dalam
komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara
teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat
dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu.
Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas.
Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis. Menurut konsep mutahir
suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih
mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya.
Suksesi dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
1) Suksesi primer yaitu bila ekosistem mengalami gangguan yang berat sekali, sehingga komunitas awal (yang ada) menjadi hilang atau rusak total, menyebabkan ditempat tersebut tidak ada lagi yang tertinggal dan akhirnya terjadilah habitat baru.
2) Suksesi sekunder yaitu prosesnya sama dengan yang terjadi pada suksesi primer, perbedaannya adalah pada keadaan kerusakan ekosistem atau kondisi awal pada habitatnya. Ekologi tersebut mengalami gangguan, akan tetapi tidak total, masih ada komunitas yang tersisa.
INTERAKSI
Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Interaksi antarkomponen ekologi dapat merupakan interaksi antarorganisme, antarpopulasi, dan antarkomunitas.
Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Interaksi antarkomponen ekologi dapat merupakan interaksi antarorganisme, antarpopulasi, dan antarkomunitas.
1. Interaksi antar organisme
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup
yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang
sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau
individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di
sekitar kita.Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan
ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai
berikut.
1) Netral adalah hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
2) Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus.
3) Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. Contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon inang.
4) Komensalisme adalah merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
5) Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.
2. Interaksi Antarpopulasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu
terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh
interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut. Alelopati merupakan interaksi
antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi
tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang
ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat
toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh,
jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri tertentu. Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila
antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk
mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing
dengan populasi sapi di padang rumput.
3. Interaksi Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu
daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas
sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme,
misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari
ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas
sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air
sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut. Interaksi
antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga
aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya
pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut
dan darat.
4. Interaksi Antarkomponen Biotik
dengan Abiotik
Interaksi antara komponen biotik dengan
abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara organisme dengan lingkungannya
menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di
dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman
biotik, serta siklus materi.
Dengan adanya interaksi-interaksi
tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan
untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem.
Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya
dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.
III.
Ekosistem
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara
unsur-unsur hayati dengan nonhayati yang membentuk sistem ekologi atau tingkatan
organisasi kehidupan yang mencakup organisme dan lingkungan tak hidup, dimana
kedua komponen tersebut saling mempengaruhi dan berinteraksi. Pada ekosistem,
setiap organisme mempunyai suatu peranan, ada yang berperan sebagai produsen,
konsumen ataupun dekomposer..
Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang
beragam. Di bumi ada bermacam-macam ekosistem.
I.
Susunan Ekosistem
Suatu ekosistem berdasarkan
susunan dan fungsinya tersusun dari beberapa komponen sebagai berikut :
a. Komponen
autotrof
autotrof berasal dari kata Auto
yang berarti sendiri, dan trophikos yang berarti “menyediakan makan” pengertian
dari Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan
sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi
seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen,
contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
b. Komponen heterotrof
Heterotrof berasal dari kata
“Heteros” yang berarti berbeda, dan trophikos yang berarti
makanan).Pengertian dari Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan
bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme
lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
c. Bahan tak
hidup (abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen
fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak
hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau
lingkungan tempat hidup.
d. Pengurai (dekomposer)
Pengertian dari Pengurai adalah
organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme
mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil
penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan
kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.
II. Macam-macam
Ekosistem
Secara garis besar ekosistem
dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan
dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.
a. Ekosistem darat
Ekosistem
darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan
letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi
beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.
1.
Bioma gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis
balik) yang berbatasan dengan padang rumput.Ciri-ciri bioma gurun adalah
gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari tinggi (bisa
mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat
rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar.
Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun
dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak
berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air.
Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan
kalajengking.
2.
Bioma padang
rumput
Bioma ini
terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik.
Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun
tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air)
cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang
keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa,
anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular.
3.
Bioma Hutan
Basah
Bioma Hutan
Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
4.
Bioma hutan
gugur
Bioma hutan
gugur terdapat di daerah beriklim sedang, Ciri-cirinya adalah curah hujan merata
sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi,
panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat.
Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon
(sebangsa luwak).
5.
Bioma taiga
Bioma taiga terdapat di belahan
bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di
musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu
spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah
sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan
burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
6.
Bioma tundra
Bioma tundra terdapat di belahan
bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak
gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan
yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang
pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan
yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang
datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki
rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan
insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
b. Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar
antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan
terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis
ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat
dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah
beradaptasi. Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar
biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan
alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri.
Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar
jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air,
tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh
nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang
kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan,
dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk
memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan
pencernaan.
Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat
darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan
kebiasaan hidup.
c. Ekosistem air laut
Ekosistem air laut
dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
1. Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi
dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya
tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan
suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian
atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur,
maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan
air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan
sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung
balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah
permukaannya secara horizontal.
1.
Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi
sebagai berikut.
a.Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan
darat.
b.Neretik merupakan daerah yang masih dapat
ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
c.Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar
antara 200-2500 m
d.Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih
dalam dari pantai (1.500-10.000 m).
2. Menurut wilayah
permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin ke
tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air
sekitar 200 m.
b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalam an
200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500
m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m;
tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu
menembus daerah ini.
e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih
dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang
dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang
bersimbiosis dengan karang tertentu.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel
yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi
beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan
pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan
diekskresikan melalui insang secara aktif.
2. Ekosistem pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan
daerah pasang surut.Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang
surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural
sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya
terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis
ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung
pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah.
Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput
herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan
kecil.
Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
Komunitas
tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan
sebagai berikut.
1.
Formasi pes caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh
di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap
hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan
lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan
Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum
(bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
2.
Formasi baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia,
termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila
tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau
yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah
berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar
ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang
termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan
Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh
adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
3.
Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai
dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas
atau rawa garam.
Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
4.
Terumbu karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu
komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme
lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat
ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu
karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang
mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam
bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan
yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain.
Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan
ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi
gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
IV.
Biosfer
Biosfer adalah ekosistem global--jumlah
seluruh ekosistem planet, atau seluruh makhluk hidup dan tempatnya hidup.
Biosfer merupakan tingkatan yang paling kompleks dalam ekologi. Biosfer
meliputi atmosfer hingga ketinggian beberapa kilometer, daratan sampai ke dan
termasuk bebatuan yang mengandung air
yang berada paling tidak 1500 meter di bawah tanah, danau dan aliran sungai,
gua, dan lautan hingga kedalaman beberapa kilometer.
Penentu penting persebaran organisme dalam
biosfer meliputi iklim dan faktor abiotik lainnya.
a. Faktor abiotik utama
1. Suhu
Suhu
lingkungan merupakan faktor penting dalam persebaran organisme karena
pengaruhnya pada proses bilogis dan ketidakmampuan sebagaian besar organisme
untuk mengatur suhu tubuhnya secara tepat. Sel bisa pecah jika air yang
terdapat di dalamnya membeku pada suhu di bawah 0o C, dan protein
pada sebagian besar organisme akan mengalami denaturasi pada suhu di atas 45o
C. Selain itu jumlah organisme dapat mempertahankan suatu metabolisme
yang cukup aktif pada suhu yang sangat rendah atau pada suhu yang sangat
tinggi. Adaptasi yang luar biasa memungkinkan beberapa organisme hidup di luar
di dalam suhu tersebut.
2. Air
Sifat-sifat
air yang unik berpengaruh pada organisme dan lingkungannya. Air sangat penting
bagi kehidupan tetapi ketersediaannya bervariasi secara dramatis di berbagai
habitat. Organisme air tawar dan air laut hidup terendam di dalam suatu
lingkungan akuatik, tetapi organisme tersebut menghadapi permasalahan
keseimbangan air jika tekanan osmosis intraselulernya tidak sesuai dengan
tekanan osmosis air disekitarnya. Organisme di lingkungan darat mengahdapi
ancaman kekeringan yang hampir konstan dan evolusinya dibentuk oleh
kebutuhannya untuk mendapatkan dan menyimpan air dalam jumlah yang mencukupi.
3. Cahaya Matahari
Matahari
memberikan energi yang menggerakkan hampir seluruh ekosistem meskipun hanya
tumbuhan dan organisme fotosintetik lain yang menggunakan sumber energi secara
langsung. Dalam lingkungan akuatik, intensitas dan kualitas cahaya membatasi
persebaran organisme fotosintetik akan tetapi organisme fotosintetik itu
sendiri menyerap banyak cahaya yang menembus air yang selanjutnya akan
mengurangi intensitas dan kualitas cahaya pada air di bawahnya.
4. Angin
Angin memperkuat pengaruh suhu lingkungan pada organism dengan cara meningkatkan hilangnya panas melalui penguapan (evaporasi) dan konveksi. Angin juga menyebabkan hilangnya air di organism dengan cara meningkatkan laju penguapan pada hewan dan laju transpirasi pada tumbuhan. Selain itu, angin dapat menyebabkan pengaruh yang sangat mendasar pada bentuk pertumbuhan tumbuhan., yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan anggota tubuh pohon yang terdapat pada sisi arah tiupan angin, anggota tubuh pohon yang berada pada arah yang berlawanan dengan arah tiupan angin akan tumbuh secara normal, yang menghasilkan suatu penampakan “lambaian bendera”.
Angin memperkuat pengaruh suhu lingkungan pada organism dengan cara meningkatkan hilangnya panas melalui penguapan (evaporasi) dan konveksi. Angin juga menyebabkan hilangnya air di organism dengan cara meningkatkan laju penguapan pada hewan dan laju transpirasi pada tumbuhan. Selain itu, angin dapat menyebabkan pengaruh yang sangat mendasar pada bentuk pertumbuhan tumbuhan., yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan anggota tubuh pohon yang terdapat pada sisi arah tiupan angin, anggota tubuh pohon yang berada pada arah yang berlawanan dengan arah tiupan angin akan tumbuh secara normal, yang menghasilkan suatu penampakan “lambaian bendera”.
5. Batu dan Tanah
Penyebab
timbulnya pola pengelompokan pada area tertentu yang acak pada ekosistem
terrestrial adalah struktur fisik, pH dan komposisi mineral batuan serta tanah
yang akan membatasi persebaran tumbuhan dan hewan yang memakannya. Pada aliran
sungai, komposisi substrat dapat mempengaruhi factor kimiawi dalam air, yang
selanjutnya akan mempengaruhi tumbuhan dan h ewan penghuni ekosistem akuatik.
Pada lingkunhan laut struktur substrat dalamm zona pasang-surut dan dasar laut
menentukan jenis organisme yang dapat menempel atau meliang dalam habitat
seperti itu.
6. Gangguan Periodik
gangguan yang
sangat merusak seperti kebakaran, badai, tornado dan letusan gunung merapi
dapat menghancurkan komunitas biologis. Setelah adanya gangguan yang merusak,
daerah akan dikolonisasi ulang oleh organisme yang selamat dari bencana, akan
tetapi struktur komunitas akan mengalami suatu suksesi perubahan selama proses
pemulihan. Beberapa gangguan, seperti letusan gunung berapi merupakan gangguan
yang jarang terjadi dan tidak dapat diprediksi menurut dan ruang, sehingga
organism tidak memiliki adaptasi evolusioner untuk menghadapinya. Sebaliknya
gangguan seperti kebakaran meskipun dalam jangka pendek tidak dapat diprediksi,
tetapi kejadian berulang sering terjadi pada beberapa komunitas, dan banyak
tumbuhan telah beradaptasi terhadap gangguan periodic seperti ini. Pada
kenyataannya beberapa komunitas sesungguhnya bergantung pada kebakaran yang
terjadi secara perioi untuk mempertahankan hidupnya.
b. Iklim
Faktor abiotik
yang baru dijelaskan memiliki pengaruh langsung pada biologi organisme. 4 faktor
pertama-suhu, air, cahaya, dan angin-merupakan komponen utama iklim (climate)
yaitu kondisi cuaca yang dominan pada suatu lokasi, kita dapat melihat dampak
besar iklim pada persebaran organisme dengan cara membuat suatu klimograf,
yaitu suatu plot suhu dan curah hujan dalam suatu daerah tertentu, yang sering
kali diberikan dalam bentuk rata-rata tahunan.
Rata-rata
tahunan untuk suhu dan curah hujan sangat berkorelasi dengan bioma yanng
ditemukan di wilayah yang berbeda-beda. Akan tetapi, kita harus selalu
berhati-hati untuk membedakan antara korelasi antara variabel-variabel dengan
kausal, yaitu suatu hubungan sebab akibat.
F.
Aplikasi Ekologi
Manusia sebagai satu bagian
dari alam merupakan bagian utama dari lingkungan yang kompleks.
Kegiatan-kegiatan seperti perkembangan penduduk, industri pembangunan
jalan-jalan dan hutan, pemakaian insektisida, penggunaan unsur-unsur radio
aktif, pembuatan bandara, perumahan, dan sebagainya merupakan contoh yang dapat
mempercepat proses perubahan lingkungan dari bumi ini. Manusia dengan
kelebihannya yang mempunyai akal dan pikiran dalam kemajuan teknologi ini
merasa makhluk yang paling berkuasa di alam ini. Penemuan-penemuan yang pada
mulanya bertujuan untuk kesejahteraan manusia dapat menjadi bomerang terhadap
hidupnya bila prinsip-prinsip ekologi diabaikan.
Untuk hidup dan hidup
berkelanjutan bagi manusia harus belajar memahami lingkungannya dan pandai
mengatur sumber-sumber daya alam dengan cara-cara yang dapat
dipertanggungjawabkan demi pengamanan dan kelestarian. Seorang ahli ekologi
harus dapat melihat jauh ke depan, dalam jangka panjangan yang lebih bersifat
pengamanan dan pemeliharaan untuk dapat hidup dengan baik dengan tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi.
Asas-asas ekologi dalam
kenyataan dewasa ini banyak dipakai untuk menganalisis lingkungan hidup
manusia, pertambahan penduduk, peningkatan produksi makanan, penghijauan,
erosi, banjir, pelestarian plasma nutfah, dan hewana-hewan langka, koleksi
buah-buahan langka, pencemaran (polusi), dan lain sebagainya. Pada dasarnya
masalah lingkungan itu timbul karena kegiatan manusia sendiri yang tidak
mengindahkan atau tidak mengerti prinsip-prinsip ekologi.
Ada 14 asas dalam ekologi
yang merupakan satu kesatuan antara yang satu dengan yang lain. Yaitu:
1) Energi
dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk lainnya, tetapi tidak dapat hilang,
dihancurkan atau diciptakan.
2) Semua proses pengubahan
energi tidak cermat.
3) Materi, energi, ruang,
waktu, dan keanekaragaman adalah kategori sumber alam.
4) Mengenai kejenuhan dan
ketidakjenuhan.
5)
Peningkatan pengadaan suatu sumber alam mungkin dapat merangsang penggunaan
sumber alam tersebut.
6)
Keturunan (genotif) dengan daya pembiakan tertinggi akan sering dijumpai pada
generasi berikutnya.
7) Keanekaragaman yang kekal
lebih tinggi pada lingkungan yang stabil.
8) Tingkat makanan atau takson menjadi jenuh
oleh keanekaragaman dengan kecepatan yang ditentukan oleh sifat mic,
diferensiasi.
9) Keanekaragaman sebanding
dengan biomassa/produktivitas.
10) Biomassa/produktivitas meningkat
dalam lingkungan yang stabil.
11) Sistem yang mantab
(dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum dewasa.
12)
Kesempurnaan adaptasi setiap habitat/sifat bergantung kepada kepentingan
relatifnya dalam suatu lingkungan tertentu.
13)
Lingkungan fisik yang stabil memungkinkan keanekaragaman biologi berlaku dalam
ekosistem mantap yang kemudian menggalakkan stabilitas populasi lebih jauh
lagi.
14)
Derajat pola keteraturan fluktuasi populasi bergantung kepada pengaruh sejarah
populasi itu sebelumnya.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Ekologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.
2.
Ekologi adalah bagian kecil dari biologi. Ilmu biologi murni dapat
dibagi dua, yaitu pembagian berdasarkan “lapisan vertikal” dan pembagian
berdasarkan “taksonomi”
3. Makhluk hidup atau organisme memiliki
tingkat organisasi yang berkisar dari tingkat paling sederhana ke tingkat
organisasi yang paling kompleks.Tingkatan organisme dalam ekologi adalah
protoplasma, sel, jaringan, organ , sistem organ, organism, populasi,
komunitas, dan ekosistem.
4. Ekologi
masa kini menjadi semakin luas cakupannya, namun ekologi dapat dikelompokkan
berdasarkan bidang kajiannya, yaitu autekologi, sinekologi, berdasarkan
habitatnya, dan berdasarkan taksonomi.
5. Suatu
organisme tidak dapat hidup sendiri. Untuk kelangsungan hidupnya suatu
organisme akan sangat bergatung pada organisme lain dan berbagai komponen
lingkungan yang ada di sekitarnya.
6. Ekologi
memiliki 14 asas yang merupakan satu kesatuan antara asas yang satu dengan asas
yang lain.
B. Saran
Dalam suatu kehidupan, suatu organisme tidak dapat hidup
sendiri. Untuk kelangsungan hidupnya suatu organisme akan sangat bergatung pada
organisme lain dan berbagai komponen lingkungan yang ada di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Djamal Irwan, Zoer’aini. Prinsip-Prinsip
Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. (Jakarta: Bumi
Aksara. 2003 Cetakan ke-3).
Heddy, Suwasono, dkk. Pengantar Ekologi. (Jakarta: Rajawali, 1986).
Mc. Noughton, S.J., Larry L. Wolf. Ekologi Umum. (Yogyakarta: Gajah Mada University. 1990)
P. Odum, Eugene. Dasar-Dasar Ekologi. (Yogyakarta: Gajah Mada University. 1996 Cetakan ke-3)
Heddy, Suwasono, dkk. Pengantar Ekologi. (Jakarta: Rajawali, 1986).
Mc. Noughton, S.J., Larry L. Wolf. Ekologi Umum. (Yogyakarta: Gajah Mada University. 1990)
P. Odum, Eugene. Dasar-Dasar Ekologi. (Yogyakarta: Gajah Mada University. 1996 Cetakan ke-3)
Jasin, Maskoeri. 2002. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Widyosiswoyo, Supartono. 2004. Ilmu Alamiah Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia.
Widyosiswoyo, Supartono. 2004. Ilmu Alamiah Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rahardjanto, Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum.
Umm Press: Malang.
Wolf, Larry dan S.J McNaughton. 1990. Ekologi
Umum. UGM Press: Jogjakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar