Rabu, 25 Maret 2015

PKN













Reinterpretasi dan Sosialisasi Nilai-nilai
Pancasila dalam Perspektif Sosial Politik



































§   Tataran normatif
ü  Dalam Pancasila terendap prinsip yang sangat penting bagi usaha menjaga kehidupan
berbangsa dan bernegara: persatuan dalam keanekaragaman dijiwai ketuhanan.


ü  Relasi sosial yang diwarnai oleh loyalitas daerah, kinship, etnis, agama, ideologi dikembangkan menjadi relasi sosial penuh trust, reciprocal relationships, networking dan komitmen dengan spirit manusia sebagai mahluk Tuhan.


ü  Prinsip tersebut diderivasi menjadi sikap dan tindakan yang mengedapankan: monoteisme, kemanusiaan, gotong-royong, pemerataan dan keadilan sosial. Sikap dan tindakan tersebut diyakini mampu mengatasi segala bentuk penindasan.


§   Bagaimana dalam kehidupan nyata?
ü  Konsep Pancasila secara normatif tidak berubah
ü  Tetapi konstruksi dari waktu-waktu Pancasila berubah, dan nampak beragam, mengikuti
perubahan politik dan struktur kekuasaan.
ü  Sosialisasi Pancasila bervariasi, mengikuti kepentingan politik rejim. Era Soekarno berbeda dengan era Soeharto, dan berbeda pula dengan era pasca-Soeharto.


§   Tantangan sosialisasi Pancasila dan kebutuhan kedepan
ü   Tidak dalam ruang vacuum, berpapasan dg kepentingan politik dan struktur kekuasaan
ü   Globalisasi, kapitalisme dan praktek-praktek transnational (pasar bebas, eksploitasi
sumberdaya alam, keputusan strategis) dan fundamentalisme/ radikalisme agama
ü   Dibutuhkan konstruksi sesuai dengan spirit hidup berbangsa dan bernegara NKRI
ü   Dibutuhkan keperpihakan akademik (critical notes) à seperti apa?

§ Pergeseran/perubahan konstruksi
Pancasila (kehidupan nyata)
§ Rasionalitas instrumental (Castells)
§ Legitimasi kekuasaan rejim/penguasa






Konstruksi
Era Soekarno






Interpretasi dan sosialisasi Pancasila



Konstruksi
Era Soeharto

Pancasila tidak berada dalam ruang
vacuum
Interpretasi dan sosialisasi Pancasila terkait dengan kepentingan politik
dan struktur kekuasaan


Konstruksi
Pasca Soeharto











Lahir konstruksi-konstruksi baru bersamaan dengan kehadiran rejim politik










Konteks politik
(platform)

§ Nation and character building,
politik sebagai panglima, anti Barat
§ Tarik-menarik ideologi negara:
Pancasila, Islam dan komunisme
§ Pancasila sebagai instrumen politik membangun integrasi sosial








§ Kultur politik polyarchy (mengakui ada beberapa pusat kekuasaan), dialog
§ Mengakomodasi perbedaan
§ Demokrasi elitis (pimpinan), musyawarah mufakat (gagal?)
§ Stabilitas rendah, pemerintah
jatuh-bangun


1

Interpretasi dan sosialisasi nilai- nilai Pancasila era  Soekarno

§ Rumusan Pancasila
sederhana, mudah
dicerna (Soekarno: bukan menciptakan, tetapi digali dari bumi Indonesia)
§ Agen: komunitas politik
§ Arena masyarakat sipil, pengetahuan lokal




Kultur politik                                                                     Strategi sosialisasi











Konteks politik
(platform)

§ Pertumbuhan ekonomi, membuka investasi, pro-Barat
§ Komunisme dihabisi, nasionlisme direduksi
(de-Soekarnoisasi), Islam dikooptasi,
§ Pancasila sebagai instrumen pembenar, memperkuat legitimasi rejim









§ Kultur politik olektivisme (hanya ada satu pusat kekuasaan):
§ Alergi/tabu dengan perbedaan,
monoloyalitas, keseragaman
§ Meliteristik, dwifungsi, carrot and stick, sentralisasi, clientelism
§ Stabilitas tinggi (32 tahun berkuasa)

2

Interpretasi dan sosialisasi nilai- nilai Pancasila era Soeharto


§ Rumusan Pancasila rumit, sulit dicerna, menjemukan
§ Agen: client rejim Soeharto
§ Arena: negara, indoktrinasi
§ Terjadi monopoli dan manipulasi interpretasi Pancasila





Kultur politik                                                     Strategi sosialisasi

Struktur kekuasaan
era Soeharto (clientelism)










The Ruling Class

Rejim Soeharto
Didukung meliter
Didukug lembaga donor
internasional/asing



Birokrat client
Monoloyalitas
Bagian dari ABG



Pelaku bisnis client (KKN)
Media client, corong
Intelektual client (tukang, pengetahuan pembenar/proyek)
Komunitas politik client
(Golkar) à bagian ABG
LSM plat merah”










Misal: Inpres











Rakyat, posisi sangat lemah
Bukan warga negara tetapi
client politik (dieksploitasi)
Sebagai obyek pembangunan, mobilisasi, tidak ada partisipasi

Pelaku bisnis, media,
intelektual, komunitas politik, LSM  marginal, terpuruk, dihancurkan secara sistematis






Berkembang selama 32 tahun
Pragamtisme mengalahkan idealisme
Materialisme mengabaikan ideologi





















Tantangan reinterpreasi dan soialisasi Pancasila: Globalisasi/Neo Kolonialisme & Imperialisme

Neo kolonialisme dan imperialisme





















üJargon: globalisasi
üPasar bebas, liberalisasi perdagangan
üTransnational practices

Penguasaan pasar
Komoditas hiburan, kuasai media
Menjauhkan generasi muda dari akar budaya,
1       local knowledge/wisdom (lepas dari akar budaya)
Memandulkan kesadaran berbangsa dan
bernegara, hedonisme  à internasionalisasi?
Kehancuran kemandirian ekonomi dan
kepribadian secara sistematis




2 Eksploitasi sumberdaya alam (energi terbarukan
dan tak terbarukan) à investor justru diundang?
Menciptakan ketergantuangan ekonomi, teknologi dan keahlian à kolonialisasi melalui pengetahuan
Degradasi lingkungan à climate change












Ø Disandera kepentingan kapitalisme global dan transnational practices
Ø Kehancuran identitas politik
Ø Dimanakah Pancasila? Untuk apakah Pancasila?

Intervensi kebijakan dan keputusan strategis
(menguasai hajad orang banyak) à kesehatan,
3       pendidikan
Jasa lembaga riset, lembaga donor/
perbankan/jaringan NGO internasional
Kehancuran kedaulatan politik secara sistimatis




Semakin canggih dengan ICT

Implikasi
struktur kekuasaan








Reijim (penguasa)

Transnational practices
Kekuatan kapitalis global








Sub-elite: birokrat meliter, partai politik

The Ruling
Class




Pelaku bisnis, media,

Persekongkolan

Pelaku bisnis, media,
intelektual, komunitas politik dan  LSM nasional terpinggirkan, hancur

intelektual, komunitas,
dan LSM kategori hitam
Tidak memiliki komitmen

Rakyat, posisi semakin lemah (pembiaran)
Bukan warga negara konsumen
Kehancuran kemandirian ekonomi, kedaulatan politik, dan kepribadian
Apa mereka masih membutuhkan Pancasila?






Legitimasi negara declining
Resistensi identitas dan ideologi





















Tantangan reinterpreasi dan soialisasi Pancasila: Fundamentalisme

Rentang gerakan
keagamaan
Bukan hanya Islam, tetapi juga agama-agama lain

üBassam Tibi: a political ideology based on the politicizing of religion for sociopolitical and economic goals in the pursuit of establising a divine orde







Jargon: gerakan
moral

Jargon: gerakan negara
agama





Humanitys rules





Sekularistik

Refleksi hubungan
agama-negara


Simbiotik





Integralistik



Gods rule











Agama ranah privat
Agama terpisah dari negara
Negara lebih domin (menguasai agama)
Sekularisme                                                       Negara digarami dengan agama
Agama dan negara bertemu, tetapi tidak lebur/menyatu (tetap memiliki identitas)
Toleransi, pluralisme

Agama dan negara tidak terpisah
Agama lebih dominan
(menguasai negara)
Fundamentalisme





















Tantangan reinterpreasi dan soialisasi Pancasila:
an ethnification of the state and nation (Michael Jacobsen)




















Habibie:
Pemilu langsung
Sistem multi-partai
Keterbukaan pers

An ethnification of
state and nation

Text Box: Deentralisasi
(Otda)
ü Mengelola administrasi,
fiskal, pemimpin
üIkatan etnis (himpit dengan wilayah kab/kota)
üMengelola sumberdaya alam
üKerjasama internasional










Bertahan dari serangan globalisasi
Bertahan dari intervensi
pemerintah pusat
Jaringan internasional LSM
Teknologi informasi dan
komunikasi







Era
Soeharto

üStabilitas
üCarrot and stick, meliteristik
Text Box: SentralisasiüSetor ke pusat, dikelola pusat
üMengikuti sistem juklak/juknis









Bonding                                                                                                  Bridging

Semu?
Versi Orde Baru

Catatan penutup


q  Pembahasan dalam diskusi ini bereferensi pada tradisi pikir social constructionism, menempatkan intrepretasi dan sosialisasi Pancasila sebagai kegiatan yang dipengaruhi oleh sejarah, proses politik, institusi, nilai dan norma sosial, serta pengetahuan yang menjadi bagian dari politik rejim (knowledge, emperical and normative).


q  Social constructionism berkembang dalam sosiologi berkat jasa Berger and Luckmann (The Social Construction of Reality, 1966), ketika itu membahas masalah sosiologi pengetahuan. Kemudian memperoleh bentuk-bentuk metodologi yang semakin kompleks (antara lain:  Gergen,1985; Spector and Kitsuse,1987; Woolgar,1988).


q  Tantangan reinterpretasi dan sosialisasi Pancasila kedepan adalah: (1) globalisasi yang amat memanjakan kapitalis transnational-practices, (2) fundamentalisme agama-agama, dan (3) an ethnification of state and nation yang diperkirakan semakin menguat bersama desentralisasi.


q  Tantangan-tantangan tersebut perlu menjadi agenda penelitian UGM (misal: 5 tahun), dengan mengembangkan multi-diciplinary approach (pendekatan multi-disipliner), hindari salah kaprah dengan istilah multi-disiplin. Hasil penelitian tersebut menjadi input bagi kebijakan strategik melakukan reinterpretasi dan sosialisasi Pancasila.


q  Persiapan untuk mencanangkan agenda penelitian tersebut antara lain bisa dilakukan dengan cara: (1) mengembangkan teori dan metodologi yang relevan, supaya terhindar dariotak-atik- gatuk, (2) sumberdaya manusia yang cerdas dan memiliki komitmen yang kuat, (3) anggaran yang memadai, dan (4) mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai kalangan yang peduli Pancasila.




















Terimakasih atas perhatian anda

Tidak ada komentar: