Rabu, 25 Maret 2015

Teknologi benih

Makalah
Kata Pengantar
Puji syukur saya pajatkan kehadirat Allah SWT., karena atas limpahan nikmat-Nya penyusunan laporan ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurah limpah kepada Nabi Besar Muhammad SAW., keluarganya, para sahabatnya dan semoga syafaatnya sampai kepada kita. Amin
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan.Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Di Daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok.
Semoga makalah yang dibuat dapat bermanfaat meski dalam penulisan atau pembahasan masih jauh dari kesempurnaan bagi pembaca.
malang ,   Januari 2013
Penulis            
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Jagung Zea mays L. Merupakan tanaman berumah satu Monoecious dimana letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan hasil.Daun tanaman C4 sebagai agen penghasil fotosintat yang kemudian didistribusikan, memiliki sel-sel seludang pelbuluh yang mengandung klorofil. Di dalam sel ini terjadi dekarboksilasi malat dan aspartat yang menghasilkan CO2 yang kemudian memasukki siklus calvin membentuk pati dan sukrosa. Di tinjau dari segi kondisi lingkungan, tanaman C4 teradaptasi pada terbatasnya banyak faktor seperti intensitas radiasai surya tinggi dengan suhu siang dan malam yang tinggi, curah hujan yang rendah dengan cahaya musiman tinggi disertai suhu yang tinggi, serta kesuburan tanah yang relatif rendah. Sifat-sifat menguntungkan dari jagung sebagai  tanaman C4 antara lain aktifitas fotosintesis pada keadaan normal relatif tinggi, fotorespirasi sangat rendah, transpirasi rendah serta efisien dalam penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan anatomis yang sangat menguntungkan dalam kaitannya dengan hasil.
Kedudukan tanaman jagung dalam taksonomi adalah:
Ordo                : Tripsaceae
Famili              : Poaceae
Sub-famili       : Panicoideae
Genus              : Zae
Spesies            : Zea Mays L.
Tanaman Jagung telah lama dibudidayakan di Indonesia, akan tetapi rata-rata hasilnya relatif lebih rendah, rendahnya hasil jagung terutama disebabkan oleh pengelolaan tanah dan tanaman yang belum mencapai kondisi optimal bagi pertumbuhannya, seperti pemupukan yang belum memadai dan kondisi lahan yang bersifat masam.
Telah diketahui produksi benih tanaman jagung dapat dipengaruhi oleh lingkungan seperti iklim dan kondisi lahan, varietas ditanam.Lahan sebagai tempat tumbuh tanaman perlu mendapatkan perhatian yang seksama.Kekurangan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dapat diberikan melalui pemupukan. Takaran, cara dan waktu pemupukan yang tepat dan disertai oleh pengolahan tanah yang baik, dapat membantu meningkatkan ketersediaan hara yang diperlukan dan akan memberikan hasil jagung yang lebih tinggi. Pemupukan yang tepat, berbeda tergantung dari kesuburan dan jenis tanahnya. Bagi lahan-lahan yang bersifat masam, ketersediaan P dapat ditingkatkan melalui pengapuran
Populasi tanaman juga merupakan salah satu faktor  yang dapat menentukan produksi tanaman. Populasi tanaman atau jarak tanam erat hubungannya dengan umur varietas jagung yang ditanam.
1.2  Rumusan Masalah
  1. Bagaimana cara memproduksi benih jagung yang baik?
  2. Hal-hal apa saja yang harus di penuhi dalam produksi benih jagung?
  3. Faktor apa saja yang mempengaruhi produksi benih jagung?
1.3  Tujuan
  1. Mengetahui Bagaimana cara memproduksi benih jagung yang baik
  2. Mengetahui Hal-hal apa saja yang harus di penuhi dalam produksi benih jagung
  3. Mengetahui apa saja yang mempengaruhi produksi benih jagung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam periode simpan terdapat perbedaan antara benih yang kuat dan benih yang lemah.Karena periode simpan merupakan fungsi dari waktu maka perbedaan antara benih yang kuat dan lemah terletak pada kemampuannya untuk dimakan waktu (Sadjad, 1976). Seperti kehidupan lainnya, benih juga mempunyai umur (jangkauan umur) artinya bahwa suatu ketika benih juga akan mati. Dengan demikian amat penting untuk mengetahui berapa lama benih dapat disimpan sebelum digunakan. Seringkali umur benih dikaikan dengan daya simpan benih (Kuswanto, 1996)
Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor fisik (geneticandphysicalfaktors). Yang dimaksud dengan faktor genetik ialah varietas-varietas yang mempunyai genotype baik (good genotype) seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor fisik ialah benih bermutu tinggi yang meliputi kemurnian (high purity), persen perkecambahan tinggi (high viability and vigor), bebas dari kotoran dan benih rumputan serta bebas dari insek, kadar air (moisture content of seed) rendah yaitu 12-14 persen untuk benih serealia dan kedele (Kamil,1982).
Penyimpanan benih ortodoks seperti jagung terletak pada pengaturan kadarair dan suhu ruang simpan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Harrington (1972) dan Delouche (1990). Namun demikian, suhu hanya berperan nyata pada kondisi kadar air di mana sel-sel pada benih memiliki air aktif (water activity) yang memungkinkan proses metabolisme dapat berlangsung. Proses metabolisme meningkat dengan meningkatnya kadar air benih, dan dipercepat dengan meningkatnya suhu ruang simpan. Peningkatan metabolisme benih menyebabkan kemunduran benih lebih cepat (Justice and Bass 1979).
Benih orthodox tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan yang rendah, yaitu pada suhu 0 – 5o C dengan kadar air benih 5–7%. Dalam kondisi penyimpanan yang optimal, benih yang orthodox akan mampu disimpan sampai beberapa tahun. Pada saat masak, kadar air benih pada kebanyakan benih orthodox sekitar 6–10%. Benih orthodox banyak ditemukan pada zona arid, semi arid dan pada daerah dengan iklim basah, di samping itu juga ada yang ditemukan pada zona tropis dataran tinggi.Benih recalsitrant didefinisikan sebagai benih yang tidak tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan yang rendah, kecuali untuk beberapa species temperaterecalcitrant (Schmidt, 2000).
Secara praktis, benih ortodoks dapat disimpan pada suhu kamar (28oC) atau ruang sejuk (12oC), bergantung pada lama penyimpanan dan kadar air benih yang akan disimpan. Apabila daya berkecambah benih dipertahankan diatas 80% (sesuai standar daya berkecambah), maka kadar air benih harus 12% (dapat dicapai melalui pengeringan dengan sinar matahari pada musim kemarau) agar daya berkecambah benih masih dapat dipertahankan sampai 10 bulan penyimpanan pada suhu kamar (28oC). Kalau kadar air benih dapat diturunkan hingga 10%, daya berkecambah benih dapatdipertahankan sampai 14 bulan, dan lebih dari 14 bulan kalau kadar air benih pada saat disimpan 8%. Daya berkecambah benih setelah penyimpanan 14 bulan masih tinggi (89,3%). Di lain pihak, pada kadar air 14%, benih hanya tahan disimpan selama delapan bulan, dan pada kadarair 16% hanya tahan disimpan sampai empat bulan (Azrai dkk, 2003)
Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor fisik (geneticandphysicalfaktors). Yang dimaksud dengan faktor genetik ialah varietas-varietas yang mempunyai genotype baik (good genotype) seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor fisik ialah benih bermutu tinggi yang meliputi kemurnian (high purity), persen perkecambahan tinggi (high viability and vigor), bebas dari kotoran dan benih rumputan serta bebas dari insek, kadar air (moisture content of seed) rendah yaitu 12-14 persen untuk benih serealia dan kedele (Kamil,1982).
Meskipun tipe ortodoks dan rekalsitran relatif jelas perbedaannya, daya tahan benih untuk bertahan pada saat penyimpanan meliputi variasi yang luas, dari yang sangat rekalsitran, intermediate sampai ortodoks (Schmdit, 2000). Pada umumnya semakin lama benih disimpan maka viabilitasnya akan semakin menurun. Mundurnya viabilitas benih merupakan proses yang berjalan bertingkat dan kumulatif akibat perubahan yang diberikan kepada benih (Widodo, 1991).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Budidaya Tanaman Jagung
Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi yang akhir-akhir ini semakin meningkat pula, jagung biasanya digunakan sebagai pakan dan bahan industri.Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan produksi benih jagung nasional dan tampaknya telah membawa hasil yang nyata.
3.1.1 Iklim
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin.Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-Pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 27 C.
3.1.2 Kondisi Lahan
Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah  baik di tanah tegalan, sawah tadah hujan dan beriirigasi serta sebagian kecil di tanam di dataran tinggi. Tanaman jagung umumnya ditanam pada akhir musim hujan (oktober-nopember) dan menjelang musim kemarau.Tanah yang baik untuk jagung adalah gembur dan subur, karena tanaman ini memerlukan aerasi dan drainase yang baik.
Jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengelolaan yang baik.Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhan.Tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat di tanami jagung dengan hasil yang baik bila pengolahan tanah di kerjakan secara optimal, sehingga aerase dan ketersediaan air dalam tanah berada dalam kondisi baik.Kemasaman tanah biasanya erat sekali hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Kemasaman tanah (pH) yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung berkisar antara 5,6 – 7,5 (Aldrich, dkk. 1975)
3.1.3 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan tempat tumbuh bagi tanaman jagung sehingga perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik.Dengan demikian absorbsi hara oleh tanaman berada dalam kondisi optimal.Pengolahan tanah diusahakan agar kondisi air tanah dapat terpelihara dengan baik.Pada tanah-tanah bertekstur berat,
pengolahan tanah sebaiknya dilakukan secara intensif untuk mendapatkan drainase dan aerasi tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman jagung. Untuk menghemat tenaga dan waktu serta memanfaatkan air tersedia dalam tanah, pengolahan tanah secara minimum dapat dilakukan terutama pada tanah bertekstur ringan. Pengolahan tanah secara minimum yaitu dengan merotor atau mencangkul tanah pada barisan yang akan ditanami selebar 40 cm, pada tanah bertekstur ringan tidak memberikan perbedaan hasil yang berarti bila dibandingkan dengan pengolahan tanah secara sempurna/seluruh permukaan tanah.
Setelah pertanaman jagung tumbuh kira-kira 4-5 minggu lalu dilakukan pembumbunan.Pembumbunan, disamping untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, juga dimaksudkan sekaligus untuk mengurangi gulma yang ada pertanaman jagung.Pembumbunan ini nyata dapat meningkatkan hasil biji jagung. Pembumbunan yang dilakukan pada pertanaman jagung semula tanahnya hanya diolah pada bagian yang akan ditanami saja dan pembumbumbunan juga dapat meningkatkan hasil produksi.
3.2 Pertumbuhan Tanaman Jagung
Kira-kira 4-6 hari jagung di tanam, tanaman akan muncul di atas permukaan tanah bila kondisi tanah cukup lembab. Laju pertumbuhan tinggi tanaman pada fase awal relatif lambat, tetapi tanaman akan tumbuh dengan cepat setelah tanaman berumur 4 minggu. Sistem perakaran jagung berkembang dengan cepat pada saat tanaman berdaun 5-7 helai.
Selanjutnya setelah berumur 7 – 9 minggu, terjadi pembungaan lalu rambut tongkol muncul dan selanjutnya penyerbukan mulai langsung.Umumnya tongkol jagung tumbuh dari ruas 6 – 8 dibawah bunga jantan.Pada fase pembungaan ini biasanya akar cabang (brace root) tumbuh darii ruas bagian bawah dekat tanah.Akar cabang ini selain berguna untuk menunjang atau menompang tanaman agar tidak mudah rebah juga dapat mengabsorbsi hara tanaman (Aldrich, dkk. 1975).
Setelah penyerbukan berlangsung, biji mulai berbentuk dan perkembang.Pada fase pertumbuhan ini akumulasi bahan kering meningkat hingga menjelang panen dan peningkatan ini hanya untuk pengisian biji.Kemudian tongkol jagung dapat di panen bila kelobot terlihat berwarna kuning dan telah kering.Bila klobot dikupas terdapat biji jagung yang mengkilat dan jika ditusuk dengan kuku ibu jari tidak nampak bekasnya.
Pada saat panen ini kadar air biji berkisar antara 30 – 35 %. Sebagai indikator lain untuk mengetahui masaknnya biji adalah adanya lapisan hitam yang terdapat pada ujung biji jagung yang melekat pada tongkol (janggel). Adanya lapisan hitam tersebut menunjukkan bahwa translokasi hasil fotosintesis kedalam biji jagung telah terhenti.Pengamatan lapisan hitam ini agak sulit ditemui di lapang.Akumulasi bahan kering selama pertumbuhan tanaman jagung (hanway, 1966).
3.2.1 Kebutuhan Hara N, P dan K pada Produksi Benih Jagung
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik yang memberikan hasil tinggi, unsur-unsur hara yang tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman harus dalam keadaan cukup. Unsur-unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah N, P dan K
3.2.1.1 Nitrogen
Absorbsi N oleh tanaman jagung berlangsung selama pertumbuhannya.Pada awal pertumbuhan, akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan setelah tanaman umur 4 minggu akumulasi N sangat cepat.Pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman jagung telah mengabsorbsi N sebanyak 50 % dari seluruh kebutuhannya.Oleh karena itu untuk memperoleh hasil yang baik, unsur hara N dalam tanah harus cukup tersedia pada fase pertumbuhan tersebut. Tanaman jagung yang kekurangan unsur N akan memperlihatkan pertumbuhan yang kerdil dan daun tanaman berwarna hijau kekuning-kuningan yang berbentuk huruf V darii ujung daun menuju tulang daun dan dimulai dari daun bagian bawah terlebih dahulu. Selain itu, tongkol jagung terbentuk menjadi kecil dan kandungan protein dalam biji rendah.
3.2.1.2 Fosfor (P)
Tanaman jagung mengabsorbsi P dalam jumlah relatif sedikit dari pada absorbsi hara N dan K. Pola akumulasi P tanaman jagung hampir sama dengan akumulasi hara N. Pada fase awal, pertumbuhan akumulasi P relatif lebih lambat, namun setelah umur 4 minggu meningkat dengan cepat.
3.2.1.3 Kalium (K)
Kalium dibutuhkan tanaman jagung dalam jumlah paling banyak dibandingkan dengan har N dan P pada fase pembungaan, akumulasi hara K telah mencapai 60 – 75 % dari seluruh kebutuhannya.
3.3 Pemupukan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas jagung berumur dalam, lebih tanggap terhadap pemupukan.Dengan demikian untuk mendapatkan hasil jagung yang baik bagi varietas berumur dalam diperlukan pupuk yang relatif lebih banyak. Waktu pemberian pupuk dan takaran yang tepat akan memberikan hasil yang tinggi.
3.4 Panen dan Pasca Panen
Ciri tanaman jagung sudah waktunya dipanen adalah kelobotnya sudah berwarna putih kecoklatan dan tidak meninggalkan bekas apabila bijnya ditekan menggunakan kuku.
3.5Pengolahan, pemilihan, dan pengemasan
Pengolahan benih jagung mencakup pemipilan, pembersihan dari kotoran-kotoran fisik, pemilahan berdasarkan ukuran besar benih (size grading), pemilahan berdasarkan berdasarkan berat (density drading), perlakuan dengan bahan kimia tertentu sebelum pengemasan (misalnya pemberian ridomil pada benih) serta cara, jenis dan ukuran kemasan, perlu mendapat perhatian.
Kadar benih jagung yang akan dipipil dengan alat mekanik hedaknya diperhatikan. Kadar air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mengakibatkan kerusakan mekanis pada kulit biji, sehingga benih kurang tahan simpan. Kerusakan mekanis biasanya lebih kecil apabila benih dipipil pada kadar air 14 – 18 %.
Benih jagung juga dapat rusak apabila diterjunkan terlalu tinggi pada saat dimasukkan kedalam wadah pengeringan, pengolahan atau wadah penyimpanan.Pada industri benih, pengisian benih kedalam alat pengering (driyer), alat pengolahan (air screen cleaner), atau ketempat penyimpanan (bin storer) biasanay dilakukan dengan evelator.Alat ini dapat berupa evelator vertikal (conveyer) dan elevator horizontal.
3.6  Penyimpanan Benih
Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau disemaikan segera setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen, jadi mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu mungkin kareana musim berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih perlu dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba.
Tujuan penyimpanan :
  1. menjaga biji agar tetap dalam keadaan baik (daya kecambah tetap tinggi)
  2. melindungi biji dari serangan hama dan jamur.
  3. mencukupi persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat mencukupi kebutuhan.
3.7  Kadar air dan ketahanan simpan benih
Tujuan penyimpanan benih adalah mempertahankan mutu fisiologis benih yang telah diperoleh dengan cara menekan kemunduran benih seminmal mungkin. Dengan demikian pada saat benih akan ditanam, masih diperoleh suatu keragaan tanaman yang baik. Sebaik apapun benyimpanan benih dilakukan, kemunduran tetap terjadi.Upaya penekanan kemunduran benih sejauh ini hanya dari segi fisiologinya. Dengan cara memberikan suatu lingkungan sedemikian sehingga proses metabolisme yang terjadi di dalam benih dapat ditekan seminimum mungkin.
Masih ada proses lain yang terjadi dalam kemunduran benih yaitu proses kronologis yang akan dipengaruhi oleh periode (lama) simpan benih. Benih dari setiap spesies memiliki jangkauan hidup tertentu, dan serendah apapun proses fisiologis dehambat, suatu saat nanti akan hilang juga viabilitasnya.
Daya simpan benih dapat diperpanjang dengan cara mengatur lembab nisbi di ruang simpannya, karena antara benih dan lembab nisbi di sekitarnya selalu terjadi keseimbangan. Kadar air akan meningkat apabila benih disimpan pada suatu ruang simpan dengan lembab nisbi yang tinggi. Jika nisbi ruang simpan rendah, kadar air keseimbangan benih jagung meningkat dengan kian meningkatnya lembab nisbi ruang simpan, dan kadar air benih menurun apabila lembab nisbi ruang simpan rendah. Waktu yang diperlukan oleh absorbsi (penyerapan uap air) lebih cepat dibanding dengan desorbsi (pengeluaran air dari benih) terutama pada  tingkat lembab nisbi yang sangat rendah yaitu 42,5 – 52,5 %.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Telah diketahui bahwaasanya untuk produksi benih Jagung Hibrida memerlukan sebuah penanganan yang lebih khusus daripada hanya budidaya Jagung biasa. Untuk memperoleh produksi jagung yang baik haruslah mencermati atau teliti pada saat memilih benih dan cara perlakuannya, terutama diperhatikan juga pada pada saat pengolahan tanah, karena pada saat tersebut adalah awal dari keberhasilan memproduksi benih. Dikarenakan jika pengolahan tanah tidak benar akan mengakibatkan benih tidak akan tumbuh dengan optimal, dan juga pada saat memproduksi benih jagung tak lupa dilakukan roguing, yaitu mencabut tanaman lain atau tipe simpang, dan untuk produksi benih Jagung Hibrida juga tak lupa pula dilakukannya pelaksanaan dektaseling.
Proses panen dan pasca panen juga akan menentukan kualitas dan kuantitas benih, karna jika pada saat penanganan panen dan pasca panen tidak benar maka yang terjadi adalah kemurnian benih tidak akan sempurna. Faktor yang penting dalam masa penyimpanan adalah suku kadar air benih serta kelembaban relative, maka ketiga faktor tersebut harus dijaga agar selalu optimum.
DAFTAR PUSTAKA
Azrai, Rahmawati, Ramlah Arief dan Sania Saenong. 2003. Pengelolaan Benih Jagung. Balai PenelitianTanaman Serealia, Maros.
Justice and Bass(1979), dalam Yudi Harisman, 2009. Wadah dan Lama Penyimpanan Benih.wadah-dan-lama-penyimpanan-benih.html; diakses pada tanggal 19 Desember 2010.
Kamil, J. 1982. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung.
Kuswanto, Hendarto. 1996. Dasar-Dasar Teknologi, Produksi dan Sertifikasi Benih. Andi, Yogyakarta.
Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Hutan Tropis dan Sub Tropis.Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Widodo, W. 1991.Pemilihan Wadah Simpan dan Bahan Pencampur pada Penyimpanan Benih. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor

Tidak ada komentar: