BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Tugas ini saya tujukan khususnya untuk kalangan remaja,
pelajar dan generasi muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus
bangsa agar kita semua mengenal Dasar Ilmu Tanah dan perannya terhadap
lingkungan sosial khususnya.
Dengan mengetahui Dasar Ilmu Tanah
ini mampu menerapkan penghijauan di daerahnya masing-masing.
Pengertian tanah
sangatlah beragam dan tergantung bidang ilmu yang menilainya. Pengertian tanah
berdasarkan ahli hukum akan berbeda dengan pengertian tanah menurut ahli
ekonomi, lembaga keuangan / perbankan, dan ibu rumah tangga. Tanah menurut ahli
hukum dinilai berdasarkan status tanah atau hak kepemilikan terhadap tanah,
seperti tanah berstatus hak milik berbeda dengan tanah berstatus hak guna usaha
(HGU) dan hak pakai serta sangat berbeda sekali dengan tanah garapan. Tanah
menurut ahli ekonomi dan lembaga keuangan perbankan dipahami berdasarkan
kedekatan lokasi tanah dengan akses dan kelancaran akses serta kedekatan dengan
pusat pengembangan.
II.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa arti tanah?
2. Bagaimana pengelolaan tanah?
3. Bagaimana penerapan ilmu tanah?
III.
TUJUAN PENULISAN
- Sebagai media sosialisasi dan informasi tentang materi-materi Dasar Ilmu
- Sebagai referensi bagi para pelajar untuk membuat makalah Dasar Ilmu Tanah
- Agar mengetahui arti konsep tanah, morfologi tanah, mineral tanah, pembentukan tanah, sifat fiska tanah, struktur tanah dan sifat fiska air tanah
BAB II
PEMBAHASAN
I.
KONSEP TANAH
Tanah beserta bahan organik lain yang
berasal dari hewan dan jasad renik akan diuraikan oleh mikro organisme menjadi
bahan organik yang kompleks. Bila lapisan tanah mencapai
ketebalan tertentu dan berwarna gelap karena akumulasi bahan organic, maka
suatu horizon A akan terbentuk. Horizon
tanah merupakan suatu lapisan tanah yang hampir sejajar dengan permukaan bumi dan merupakan hasil evolusi
dan terdapat sifat-sifat diantara horizon-horizon yang berbatasan. Tanah dihutan mengalami penambahan bahan
organik sebagian besar dari daun dan
batang. Penambahan daun-daun dan batang
pada permukaan atas tanah memungkinkan perkembangan horizon A yang menutupi
horizon R (batuan induk).
Ruang pori dalam sedimen tanah memungkinkan system perakaran
tanaman menembus lebih dalam dan
memudahkan perpindahan komponen yang terlarut dalam air yang terperkolasi. Partikel tersuspensi tersebut akan mengendap
sedalam 15—50 cm. proses pengendapan
(deposit) bahan-bahan dalam satu horizon yang bergerak dari bebrapa horizon
lainnya disebut illuviasi. Iluviasi
dalam hal ini akan menghasilkan suatu daerah di bawah horizon A, dimana
partikel-pertikel koloid diakumulasikan. Daerah ini disebut horizon B. partikel yang paling sering diakumulasikan di
horizon B adalah liat, bahan organik, dan oksida-oksida besi dan alumunium (sesquioksida).
Translokasi koloid dari horizon A berakibat pada konsentrasi
pasir dan partikel-partikel kuarsa dengan ukuran seperti debu. Pada tanah dengan horizon A yang tipis suatu
lapisan tanah berwarna terang dengan bahan organic rendah dapat berkembang di
bawah horizon A dan diatas horizon B.
horizon ini berwarna keabu-abuan dan disebut horizon E yang artinya eluvial (kegagalan).
Horizon C merupakan suatu lapisan yang sukar dipengaruhi
oleh proses-proses pembentukan tanah dan tidak memiliki sifat-sifat horizon
lainnya. Horizon C biasanya terdiri dari
sediment atau batuan yang dipengaruhi langsung oleh cuaca dari batuan induk di
bawahnya. Sebagian besar horizon-horizon
pada tanah teratas yang dipengaruhi cuaca di atas horizon C disebut solum.
Diatas horizon A boleh jadi terdapat horizon O. horizon O
didominasi oleh bahan organic. Sejumlah
horizon O seperti mug dan gambut berkembang dimana lingkungan jenuh air dalam
waktu yang cukup lama. Bahan organic yang
dihasilkan kebanyakan tidak berhasil untuk diuraikan karena kekurangan oksigen
untuk perombakannya. Di daerah hutan
yang dingin dan basah, horizon O berkembang di atas horizon tanah mineral yang
kondisinya seperti keasaman dan suhu yang rendah menghambat sekali pemecahan
bahan organic.
Pada
suatu saat, sebuah horizon tanah didominasi oleh sifat salah satu horizon
utama, tetpai mempunyai sifat horizon lainnya.
Dua huruf besar digunakan misalnya AB,
huruf pertama A menunjukkan sifat-sifat horizon A lebih besar daripada
horizon B.
1.
Ordo
Tanah
Terdapat bermacam-macam faktor pembentuk tanah. Akibatnya ratusan ribu tanah yang
berbeda telah dikenal di seluruh dunia.
Tanah-tanah diklasifikasikan dalam ordo-ordo. Ordo ini merupakan klasifikasi umum yang
sering dipakai dalam system klasifikasi
tanah (soil taxonomy). Sepuluh ordo
telah dikembangkan terutama berdasarkan macam horizon yang ditemui dalam tanah
dan sifat horizon tersebut.
Pedon
adalah unit-unit terkecil dari tanah yang merupakan kajian dalam penyelidikan
ilmiah. Satu pedon tanah merupakan
volume terkecil yang dapat disebut tanah dan bentuknya dalah polygonal yang
kasar. Areal kisaran pedon adalah 1 –10
m2.
2.
Warna
Tanah
Warna tanah merupakan sifat tanah yang nyata dan mudah
dikenali. Warna tanah dapat diguanakan
sebagai ukuran langsung yang lebih mudah dibandingkan dengan sifat tanah
penting yang lain. Bahan organic
merupakan bahan utama pewarnaan tanah yang bergantung pada keadaan alaminya,
jumlah, dan penyebaran dalam profil tanah tersebut. Warna tanah yang gelap biasanya menunjukkan
kandungan bahan organic yang tinggi
Warna merah pada tanah umumnya dihasilkan oleh tidak adanya
hidrasi dan adanya oksidasi oksida besi (hemabit). Di daerah tropis bayak dijumpai warna tanah
coklat kemerahan yang cenderung disebabkan pengaruh kombinasi oksidasi besi dan
bahan organic.
Warna kuning dihasilkan oleh hidrasi oksidas besi (lunonit)
di subsoil. Hal ini menunjukkan drainase
yang tidak sempurna,
Tanah-tanah horizon A yang berwarna abu-abu terang atau
mendekati kuning putih biasanya merupakan tanda dari bahan induk seperti marl
atau pasir kuarsa dan dimana tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman dan
akumulasi bahan organic di tanah.
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan tanah dengan
sebuah table warna (munsell color chart) yang berisi 175 warna dan disusun
secara sistematik pada 7 label sesuai dengan kilap (spectrum panjang gelombang
yang dominant), nilai (kuantitas total cahaya), dan khroma (kemurnian relative
panjang gelombang yang dominant).
Kombinasi ketiga variable ini yang memberikan warna.
Warna tanah yang putih biasanya kesuburannya rendah, tetapi hal ini tidak berlaku
umum, karena kesuburan tanah lebih tergantung pada variasi kandungan mineral
lempung, tekstur, dan bahan organic.
II. MORFOLOGI
TANAH
Morfologi
tanah yaitu suatu sarana dalam penyelidikan ilmiah dengan tujuan untuk menguraikan,
melukiskan dan melaporkan kenampakan, ciri-ciri, dan sifat tanah yang dimiliki
oleh suatu profil tanah.
1.
Profil Tanah : penampang melintang tanah yang
menampakkan lapisan-lapisan tanah (horizon)
2.
Horizon : lapisan tanah yang kurang lebih
sejajar dengan permukaan bumi dan mempunyai ciri-ciri tertentu (khas)
3.
Solum (tubuh tanah) : tanah yang berkembang secara
genetis; merupakan lapisan tanah mineral dari atas sampai sedikit dibawah batas
atas horizon C
4.
Top Soil (Tanah Atasan) : lapisan tanah yang paling atas
yang dapat diartikan : (1) horizon Ap; (2) Horizon A1 (3) Horizon A seluruhnya
(4) lapisan tanah yang subur karena mengandung banyak bahan organik tanah
5.
Surface soil (tanah permukaan) : lapisan tanah permukaan yang
biasanya terpindahkan (moved by) waktu pengolahan tanah (tebalnya 12-20 cm)
yang biasanya tererosi
6.
Subsurface horizon (tanah bawah
permukaan) : bagian
horizon A yang terdapat dibawah surface
soil
7.
Subsoil (Tanah bawahan) : horizon B bagi tanah yang sudah
terbentuk horizon; sedang bagi tanah yang sedang berkembang berarti lapisan
tanah dibawah tanah permukaan dimana terdapat pertumbuhan akar yang normal
8.
Substratum (lapisan bawah tanah) : lapisan dibawah solum, baik
horizon C maupun horizon R.
9.
Syarat
profil : (1) tegak
(vertikal) (2) baru (3) tidak terkena sinar matahari langsung (4)
tidak tergenang air (5) mewakili tapak sekeliling
10. Step-step pengamatan profil tanah :
1. Membuat
lubang profil (1m x 1m x 1m) atau tebras tebing
2. Menentukan batas-batas horizon,
berdasarkan suara, warna dan kekerasan.
3. Mengukur
batas-batas horizon dalam satuan cm
Batas
horizon :
(a) jelas tidaknya
t – tegas
(abrupt) : tebal batas kurang dari
2,5 cm
j –jelas (clear) : tebal batas 2,5-6,0 cm
a –
berangsur (gradual) : tebal 6,0-15 cm
k-kabur (diffuse) : lebih dari 15 cm
(b)
Topografi batas :
r- rata (smooth)
0-
berombak (wavy)
i- tidak
teratur (irregular)
ii- patah
(broken)
4. Mengamati
sifat-sifat atau kenampakan tanah
a. Warna tanah
b. Tekstur Tanah
c.
Struktur Tanah
d. Konsistensi
e. PH tanah
f.
Perakaran
g. Bahan-bahan kasar dan bentukan
istimewa (padas, konkresi)
III. MINERAL TANAH
Mineral tanah adalah mineral yang terkandung di dalam tanah
dan merupakan salah satu bahan utama penyusun tanah. Mineral dalam tanah
berasal dari pelapukan fisik dan kimia dari batuan yang merupakan bahan induk
tanah, rekristalisasi dari senyawa-senyawa hasil pelapukan lainnya atau
pelapukan (alterasi) dari mineral primer dan sekunder yang ada.
Mineral mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu
tanah, antara lain sebagai indikator cadangan sumber hara dalam tanah dan
indikator muatan tanah beserta lingkungan pembentukannya. Jenis mineral tanah
secara garis besar dapat dibedakan atas mineral primer dan mineral
sekunder.
1. Klasifikasi mineral Tanah
A. Mineral Primer
Mineral primer adalah mineral tanah yang umumnya
mempunyai ukuran butir fraksi pasir (2 – 0,05 mm). Contoh dari mineral primer
yang banyak terdapat di Indonesia beserta sumbernya disajikan dalam Tabel 1.
Analisis jenis dan jumlah mineral primer dilakukan di
laboratorium mineral dengan bantuan alat mikroskop polarisasi. Pekerjaan
analisis mineral primer dilaksanakan dalam dua tahapan, yaitu pemisahan fraksi
pasir dan identifikasi jenis mineral.
B. Pemisahan
Fraksi Pasir
Prinsip dasar pemisahan fraksi pasir adalah menghilangkan
material penyemen yang menyelimuti atau menyemen butir-butir pasir dan memisahkan
butir mineral berukuran fraksi pasir dari fraksi debu dan liat. Material yang
menyeliputi butir pasir dalam tanah umumnya berupa bahan organik. Namun pada
beberapa jenis tanah, material penyeliput tersebut selain oleh bahan organik,
juga oleh besi (pada tanah merah) dan oleh karbonat (pada tanah kapur). Bahan
organik dihilangkan dengan hidrogen peroksida (H2O2) besi dengan sodium
dithionit (Na2S2O4) dan karbonat dengan Chlorida (HCl).
Setelah butir mineral terlepas dilakukan pemisahan fraksi
pasir dengan menggunakan ayakan yang berukuran 1-0,05 mm. Jenis analisis
mineral primer yang biasa dilaksanakan adalah fraksi berat, fraksi ringan, dan
fraksi total. Untuk analisis mineral pasir fraksi berat, terlebih dahulu harus
dipisahkan antara pasir fraksi berat dengan fraksi ringan. Yang tergolong dalam
mineral pasir fraksi berat adalah mineral pasir yang tenggelam dalam larutan
bromoform dengan BJ 2,87. Untuk analisis mineral pasir fraksi total, hasil
pengayakan bisa langsung diperiksa. Indentifikasi mineral pasir Untuk
keperluan identifikasi jenis mineral pasir, diperlukan lempeng kaca berukuran
2,5 cm x 5 cm, cairan nitro bensol, dan mikroskop polarisasi. Butir pasir
ditebarkan di atas lempeng kaca hingga merata kemudian ditetesi nitro bensol
dan diaduk sampai tidak ada pasir yang mengambang. Lempeng kaca di taruh di
mikroskop dan mulai diamati. Dengan mikroskop polarisasi Pengamatan dilakukan
mengikuti metode ”line counting” artinya hanya mineral pasir yang terletak pada
garis horizontal pada bidang pandang mikroskop yang dihitung. Untuk analisis
rutin penghitungan dilakukan hingga 100 butir, tapi untuk keperluan penelitian
yang lebih detail, penghitungan dapat dilakukan hingga 300 butir.
C. Mineral Sekunder
Mineral sekunder adalah mineral yang
terbentuk dari hasil pelarutan mineral primer yang telah mengkristal kembali.
Dan juga berasal dari pelarutan sisa – sisa organisme seperti kerangka binatang
kapur,bangkai dan kotoran burung layang layang yang kemudian mengkristal
kembali bersama unsur unsur lainnya.
D. Pemisahan Fraksi Liat
Prinsip dasar pemisahan fraksi liat adalah menghilangkan
bahan penyeliput dan penyemen, serta memisahkan fraksi liat dari fraksi debu
dan pasir. Dalam proses pemisahan fraksi ini dapat digunakan contoh yang sama
dengan contoh yang digunakan untuk analisis fraksi pasir, sehingga proses
destruksi bahan organik, besi, dan karbonat bisa dilakukan sekaligus.Pemisahan
fraksi liat dilakukan dengan cara yang sama seperti pemisahan fraksi untuk
tekstur yaitu dengan cara pengendapan yang didasarkan pada hukum Stoke.
E. Identifikasi Mineral Liat
Identifikasi
mineral liat dilakukan dengan bantuan alat difraktometer sinar X (XRD).
Terlebih dahulu dibuat preparatnya dengan mengendapkan fraksi liat pada lempeng
kramik, setelah siap, preparat tersebut dijenuhkan dengan Mg2+, Mg2+ +
glycerol, K+ dan K+ dipanaskan pada suhu 550oC selama 1 jam. Prinsip analisis
dengan XRD adalah merekam dan memvisualisasikan pantulan sinar X dari kisikisi
kristal dalam bentuk grafik. Grafik tersebut kemudian dianalisis, terdiri atas
mineral liat apa saja dan relatif komposisinya.Analisis mineral liat juga dapat
dilakukan dengan contoh berupa serbuk halus (powder). Analisis ini biasanya
dilakukan untuk menganalisis pupuk, mineral standar, atau mineral primer yang
sulit diidentifikasi dengan mikroskop.
F. Klasifikasi Endapan Mineral
Endapan Mineral biasanya diperkenalkan klasifikasi endapan
mineral menurut Lindgren (1933), yang terdiri atas epitermal, mesotermal, dan
hipotermal. Pembagian ini didasarkan atas kontras suhu dan kedalaman
pembentukan endapan ini. Namun, pada perkembangan selanjutnya dua dari tiga
istilah tersebut sangat jarang digunakan, bahkan istilah hipotermal yang dulu
diperuntukkan pada endapan yang terbentuk pada lingkungan yang dalam (3-15 km)
dengan suhu ~300-600oC tidak pernah lagi digunakan. Orang lebih mudah memahami
istilah sistem porfiri dibandingkan hipotermal. Hal ini didasarkan atas
karakteristik tekstur dan proses pembentukannya. Bagimana dengan istilah
mesotermal? Apakah begitu suhu pembentukan mineral mencapai/melebihi 300oC
suatu endapan bisa dikelompokkan ke dalam mesotermal, seperti pada presentasi
di IAGI November 2007 yang lalu? Menurut Lindgren (1933), endapan mesotermal
terbentuk pada kedalaman sedang (1,2-4,5 km) dengan kisaran suhu 200-300oC.
Namun, pada perkembangan modern, istilah mesotermal lebih difokuskan pada
mineralisasi yang berhubungan dengan proses orogenesa (orogenic gold), seperti
zear zone, metamorphic lode, orogenic, atau greenstone belt. Jadi, endapan
mesotermal difokuskan pada endapan logam (emas) yang berasosiasi dengan proses
pembentukan batuan metamorfik.
Jadi kalau dilihat dari suhu pembentukannya, memang endapan
mesotermal pasti di antara 200-300oC bahkan lebih dari 300oC. Meskipun
demikian, mineralisasi yang masih berhubungan dengan sistem porfiri, mendekati
300-an deg masih dianggap sebagai endapan epitermal, jadi bukan termasuk
mesotermal. Sebenarnya, faktor suhu ini akan berhubungan dengan logam apa yang
akan terdeposisi dan ligan apa yang akan mengantarkan logam pada tempat
pengendapannya. Penelitian terhadap suhu pembentukan saat ini tidak menjadi
pusat perhatian dalam endapan logam, tetapi lebih ditekankan kepada mekanisme
pengangkutan (jenis larutan dan ligan) dan sumber larutan pembentuk endapan itu
sendiri (isotop stabil). Bagaimana ciri-ciri endapan mesotermal atau yang lebih
dikenal dengan istilah shear zone, lode atau orogenic? Endapan mesotermal
terbentuk oleh hasil ekstraksi logam dari batuan pembawanya, misalnya batuan
pelitik (lempung, lanau) atau basalt pada proses pembentukan pegunungan
(orogenesa). Ekstraksi logam khususnya emas dikontrol oleh penyangga karbon
dioksida (diistilahkan sebagai sekresi metamorfik). Jadi, kalau kita
mendapatkan conto urat kuarsa dan dianalisis inklusi fluidanya akan diperoleh
inklusi yang kaya akan CO2.
G. Mineral Liat Tanah
Mineral liat tanah merupakan mineral sekunder yang
sangat berperan dalam membentuk kesubuan tanah.tipe dan struktur Kristal
mineral liat tersebut sangat menentukan sifatnya dalam mempengaruhi sifat da ciri
tanah.
a. Tipe Mineral
Liat
Pada
dasarnya mineral liat dapat di bedakan atas dua kelompok senyawa,yaitu liat
selikat dan liat bukan selikat.liat selikat kemudian di bedakan dengan tiga
tipe, 1 : 1, 2 : 1 dan tipe 2 : 2 . tipe dalam hal ini menunjukan perbandingan
antara Si-tetraeder Al-oktaeder. Dengan mengetahui tipe mineral liat dan
juga dapat menentukan tingkat kehancuran suatu tanah. Tanah yang
mengandung liat 1 : 1 menunjukan suatu tanah yang lebih tua dari pada tanah
yang bertipe 2 : 1 karena Si telah habis tercuci.
b. Struktur Kimia
dan Kristal Mineral Liat
Melalui
analisa kuantitatif ahli kimia telah dapat menentukan rumus kimia dari berbagai
mineral.melihat rumus kimia yang terkandung di dalam mineral liat,ternyata liat
hanya mengandung K,Mg, dan Na.sedangkan kita mengetahui bahwa didalam liat
tersimpan sejumlah besar hara yang di butuhkan tanaman. Akan tetapi dengan
mengingat sifat mineral liat bermuatan negative pada umumnya bermuatan positif,
maka pengadaan hara dari mineral liat lebih mudah di pahami. Adanya
kation-kation dan anion-anion yang dapat di jerap dan di pertukarkan oleh
mineral liat adalah faktor penentu penyediaan hara bagi tanaman.
c. Sumber Muatan
Negatif
Sumber muatan negative liat yang
utama adalah subsitusi isomorfik.di samping itu juga akibat patahnya pinggiran
lempeng Kristal liat, Dan juga berasal dari permukaan koloid liat
yang mempunyai gugus oksigen dan hidroksil yang tersembul,sehingga menimbulkan
titik – titik bermuatan negative.
IV.
PEMBENTUKAN TANAH
Proses pembentukan tanah adalah perubahan dari bahan induk
menjadi lapisan tanah. Perkembangan tanah dari bahan induk yang padat menjadi
bahan induk yang agar lunak, selanjutnya berangsur-angsur menjadi tanah pada
lapisan bawah (subsoil) dan lapisan tanah bagian atas (topsoil), dalam jangka
waktu lama sampai ratusan tahun hingga ribuan tahun. Perubahan-perubahan dari
batuan induk sampai menjadi tanah karena batuan induk mengalami proses
pelapukan, yaitu proses penghancuran karena iklim.
Tahap
pertama dari proses pembentukan tanah adalah proses pelapukan. Proses ini
terjadi penghancuran dan pelembutan dari bahan induk tanpa perubahan susunan
kimianya. Pelapukan dipengaruhi oleh faktor iklim yang bersifat merusak.
Faktor-faktor iklim yang turut menentukan adalah sinar matahari, perbedaan
temperatur antara siang dan malam, keadaan musim kemarau dan musim penghujan.
Pada
awalnya batuan pecah dalam bentuk pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral
penyusunnya. Selanjutnya oleh adanya air, asam dan senyawa-senyawa yang larut
dalam air, pecahan-pecahan bantuan dan mineral ini menjadi lunak dan terurai ke
dalam unsur-unsur penyusunnya. Dari bahan-bahan sisa penguraian dan senyawa
kembali membentuk mineral-mineral baru.
Pelapukan
digolongkan dalam tiga bentuk :
- Pelapukan fisik
- Pelapukan kimia
- Pelapukan biologis
Pelapukan fisik sering disebut juga alterasi yakni proses
pemecahan dan pelembutan batuan tanpa mengalami perubahan susunan kimia dan
tidak ada pembentukan mineral baru.
Pelapukan
kimia adalah proses pelapukan dan penguraian pecahan-pecahan batuan dan
mineral-mineral ke dalam unsur-unsur penyusunnya yang biasa disertai dengan
pembentukan mineral-mineral baru.
Pelapukan biologis adalah pelapukan yang disebabkan kegiatan
tanaman dan hewan, baik yang tingkat tinggi maupun yang tingkat rendah. Dalam
proses pemecahan batuan induk menjadi tanah terjadi aktivitas hidup organisme.
Bakteri autotrof dan lumut-lumut pada waktu mati menjadi bahan organik bagi
kehidupan organisme yang lain. Tumbuhan tingkat tinggi berperan dengan
aktivitas akar-akarnya masuk dicelah-celah retakan batuan dan seterusnya.
Faktor-Faktor
Pembentukan Tanah
Faktor-faktor
yang menentukan pembentukan tanah adalah sebagai berikut :
- Iklim
- Batuan Induk
- Vegetasi
- Relief (tinggi rendahnya permukaan)
- Manusia
- Waktu
Semua
faktor ini tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi dan saling
berkaitan.
V.
TEKSTUR TANAH / FISIK TANAH
Pengertian tentang tekstur tanah adalah banyaknya setiap
bagian tanah menurut ukuran partikel-partikelnya ditentukan oleh besarnya
butiran tanah. Sehingga pengertian dan definisinya adalah perbandingan antara
banyaknya liat, lempung dan pasir yang terkandung dalam tanah. Badan Pertanahan
Nasional mendefinisikan bahwa tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah
yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir,
debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut
partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu
dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm.
Maka dapat terjadi bahwa pada suatu tanah, butiran pasir
merupakan penyusun yang dominan, pada kasus lain liat merupakan penyusun tanah
yang terbesar. Sebaliknya pada tempat lain, kandungan pasir, liat dan lempung
terdapat sama banyaknya.
Setiap
kaki segitiga menggambarkan suatu fraksi ukuran butir-butir tanah :
- Pasir berukuran 2 mm - 20 mµ
- Lempung berukuran 20 mµ - 2 mµ
- Liat kurang dari 2 mµ.
Sesuai dengan klasifikasi USDA (The
United States Department of Agriculture) butiran atau partikel tanah
dikelompokan dalam :
- Sand : > 0.05 mm
- Silt : 0.002 - 0.05 mm
- Clay: < 0.002 mm
Name of soil separate
|
|
Clay
|
less than 0.002
|
Silt
|
0.002–0.05
|
Very fine sand
|
0.05–0.10
|
Fine sand
|
0.10–0.25
|
Medium sand
|
0.25–0.50
|
Coarse sand
|
0.50–1.00
|
Very coarse sand
|
1.00–2.00
|
Menurut
tempatnya dalam segitiga ini dapat dibaca teksturnya. Maka tekstur berarti
perbandingan antara banyaknya liat, lempung dan pasir, yang dalam garis
besarnya lebih dari :
- 30% liat adalah tanah liat
- 35% lempung adalah tanah lempung
- 60% pasir adalah tanah pasir.
Dari ketiga bagian liat, lempung dan pasir jika hanya satu
bagian saja belum dapat mencerminkan jenis tanah. Lazimnya disebut dua bagian
tanah yang terpenting. misalnya : tekstur liat berpasir, pasir berlempung dan
seterusnya. dimana bagian yang terbanyak disebut lebih dahulu.
Pada segitiga tidak menyebutkan kandungan pasir dan bahan
organik, walaupun kapur dan bahan organik sangat ikut menentukan sifat-sifat
tanah. Jika kandungan ini besar maka perlu disebut juga, misalnya tanah
mengandung 20% liat dan 10-30% kapur; selanjutnya disebut tanah liat berkapur.
Bila setiap bagian merupakan perbandingan yang merata,
disebut tanah yang baik. Umpamanya saja mengandung 50-70% pasir (halus dan
kasar), 10-15% lempung, 5-10% liat, 1-5% kapur, 3-5% bahan organik.
Tekstur
tanah merupakan dasar dari kebanyakan sifat-sifat tanah. Susunan menurut
besarnya butir-butir suatu jenis tanah biasanya dilihat pada grafik segitiga.
Menurut besarnya tersusun dari butir-butir pasir 60%, lempung 15% dan liat 25%.
VI.STRUKTUR TANAH
Struktur tanah digunakan untuk
menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah seperti pasir , debu dan liat yang
membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang dibatasi oleh bidang belah
alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami disebut dengan ped.
Struktur yang daapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan
kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh
permukaan akar.
Tipe struktur terdapat empat bentuk utamanya yaitu
:
a. Bentuk
lempung
b. Bentuk
prisma
c. Bentuk
gumpal
d. Bentuk spheroidel atau bulat
Struktur
tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam kelembaban,
porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar.
Struktur lapisan olah dipengaruhi oleh praktis dan di mana aerasi dan drainase
membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan
agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian (Hakim
et al., 1986)
VII.
SIFAT FISIKA TANAH
a. Tekstur
·
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separate) yang
dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relative antara fraksi pasir (sand),
debu (silt), dan liat (clay).
·
Berikut ini merupakan Tabel Klasifikasi Ukuran Partikel :
Sumber
|
Soil separates |
|||
Kerikil
|
pasir
|
debu
|
liat
|
|
USDA
|
> 2mm
|
2 mm–50 mm
|
50 mm-2 mm
|
< 2mm
|
ISSS
|
> 2mm
|
2 mm-20 mm
|
20 mm-2 mm
|
< 2mm
|
USPRA
|
> 2mm
|
2 mm-50 mm
|
50 mm-5 mm
|
< 5mm
|
BSI,
MIT, DIN
|
> 2mm
|
2 mm-60 mm
|
60 mm-2 mm
|
< 2mm
|
·
Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi :
1)
Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung
minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.
2)
Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung minimal
37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam)
3)
Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari :
(a)
tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur
lempung berpasir (Sandy Loam) atau lempung berpasir halus (2 macam)
(b) tanah
bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat halus,
lempung (Loam), lempung berdebu (Silty Loam) atau debu (Silt)
(4 macam)
(c)
tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (Clay Loam)
atau lempung liat berdebu (Sandy-silt Loam) (3 macam)
·
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar)
(disebut lebih poreus), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai
pori-pori meso (sedang) (agak poreus), sedangkan yang didominasi liat akan
banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus.
Pada
tanah jenis Alfisol memiliki tekstur lempung liat berpasir hingga liat,
dan fraksinya halus, maka terbentuk tanah liat (tanah lempung berat),
yang mudah padat-kompak.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
1.
Konsep
tanah adalah bahan organik lain yang berasal dari hewan dan jasad
renik akan diuraikan oleh mikro organisme menjadi bahan organik yang kompleks
2.
Morfologi tanah yaitu suatu sarana dalam penyelidikan ilmiah dengan tujuan untuk menguraikan,
melukiskan dan melaporkan kenampakan, ciri-ciri, dan sifat tanah yang dimiliki
oleh suatu profil tanah.
3.
Mineral
tanah adalah mineral yang terkandung di dalam tanah dan merupakan salah satu
bahan utama penyusun tanah
4.
Pembentukan
tanah adalah perubahan dari bahan induk menjadi lapisan tanah
5.
Tekstur
tanah adalah banyaknya setiap bagian tanah menurut ukuran partikel-partikelnya
ditentukan oleh besarnya butiran tanah.
6.
Struktur
tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah
7.
Sifat-sifat fisik tanah,
pengukuran dan prediksi serta kontrol (pengaturan) proses fisik
yang terjadi dalam tanah
II. SARAN
Semoga dengan adanya materi
rangakuman Dasar Ilmu Tanah ini para pembaca dapat memanfaatkan dengan sebaik
mungkin, mampu menganalisis tanah secara maksimal hususnya dikalangan
mahasiswa.
III. DAFTAR PUSTAKA
http://www.silvikultur.com/Tekstur_dan_Struktur_Tanah.html
https://bwn123.wordpress.com/2008/09/06/struktur-tanah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar