Rabu, 25 Maret 2015

Hortikultura

makalah hortikultura

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.     Latar Belakang
Tanaman kangkung ( ipomoeae reptans ) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak di tanam oleh petani dengan skala kecil maupun besar untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Tanaman kangkung besar manfaatnya sebagai pemenuhan asupan gizi bagi tubuh dan juga sebagai pelengkap menu masakan tradisional Indonesia.  Ditinjau dari segi kandungan gizi tanaman kangkung setiap 100 g bahan mengandung kalori sebesar 31 kal, protein 1,0 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,3 g, kalsium 29 mg, vitamin A 470 mg, vitamin B1 0,05 mg, air 90,9 g (Setiadi, 1996).
Daya tarik budidaya tanaman kangkung terletak pada teknik budidayanya beserta cara pengelolaannya, dan cara perawatannya yang sangat simpel dan mudah. Selain dari itu salah satu faktor budidaya yang perlu diperhatikan adalah pemberian unsur hara atau pemupukan untuk menyuburkan tanaman, misalnya dengan penggunaan pupuk cair (PPC). (Rukmana, 1994).
Jenis-jenis pupuk pelengkap cair (PPC) ini telah banyak beredar dimasyarakat cukup banyak salah satu diantaranya yakni pupuk pelengkap cair (PPC) Boomflower.  Pemberian pupuk ini dapat mengurangi penggunaan pupuk dasar NPK dan mencegah kekurangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman.  Dengan kegunaan tersebut pupuk pelengkap cair Boomflower dengan dosis tertentu diharapkan mampu memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman kangkung.
Berdasarkan penguraian yang telah dikemukakan diatas, maka perlu dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh pupuk pelengkap cair Boomflower dengan berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kangkung yang optimum.
1.2.     Hipotesis
Terdapat salah satu dosis pupuk pelengkap cair (PPC) Boomflower yang berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman kangkung.
1.3.     Tujuan Dan Kegunaan
Percobaan ini bertujaun untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk pelengkap cair (PPC) Boomflower  dengan dosis tertentu terhadap pertumbuhan tanaman kangkung.
Hasil dari percobaan ini diharapkan menjadi bahan informasi untuk pengembangan tanaman kangkung dan sebagai bahan pembanding pada percobaan selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Kangkung
a. Sistematika
Tanaman kangkung diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisio     :  Spermatophyta
Sub Divisio     :  Angiospermae
Klass     :  Dikocotyledonae
Famili     : Convolvulaceae
Genus     : Ipomoea
Spesies    `: Ipomoeae reptans

b. Morfologi
•    Akar
Tanaman kagkung memiliki system perakaran tunggang dan cabang-cabang akarnya menyebar ke semua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 100-150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air.
•    Batang
Batang  tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceous), dan berlubang-lubang.  Batang tanaman kangkung tumbuh merambat atau menjalar dan percabangannya banyak.
•    Daun
Bentuk daun umumnya seperti jantung hati, ujung daun runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau-tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau-muda.
•    Bunga
Bentuk bunga seperti terompet dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah-lembayung.
•    Buah
Buah kangkung berbentuk bulat-telur yang didalamnya berisi tiga butir biji.
•    Biji
Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau agak bulat, berwarna coklat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat, biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif.
2.2.  Syarat tumbuh
1.     Iklim
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin.
a. Curah Hujan
Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen (ir. Rahmat Rukmana, 1994).
b. Suhu
Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 10 C. Apabila kangkung ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak keras, sehingga tidak disukai konsumen (ir. Rahmat Rukmana, 1994).
2.    Tanah
    Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.
Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air. Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik (ir. Rahmat Rukmana, 1994).
3.  Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur aduk (ir. Rahmat Rukmana, 1994).
Pupuk Pelengkap Cair (PPC)
Pupuk daun atau PPC adalah bahan-bahan atau unsur-unsur yang diberikan malalui daun dengan disemprotkan maupun disiramkan kepada mahkota tanaman (Lingga, 1992).
Beberapa keuntungan menggunakan pupuk daun diantaranya bias lebih cepat diserap oleh tanaman, pertumbuhan tunas atau kuncup bunga lebih cepat dan tanah tidak menjadi rusak karena pemupukan atau melalui tanah (Annonim, 1995).
1.    Nitrogen (N)
Manfaat : memacu pertumbuhan tanaman secara umum terutama pada fase vegetativ, berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain.
Gejala tumbuhan yang membutuhkan pupuk ini : pertumbuhan tanaman lambat, mula-mula daum menguning lalu rontok. Daunnya menguning diawali dari daun bagian bawah lalu disusul daun bagian atas (Lingga, 1992).

2.    Fosfor (P)
Manfaat : membentuk pertumbuhan protein dan mineral yang sangat tinggi bagi tanaman. Bertugas mengedarkan energy keseluruh bagian tanaman, merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, mempercepat pembungaan dan pembuahan tanaman serta mempercepat pemasakan biji dan buah.
Gejala tumbuhan yang membutuhkan pupuk ini : daun bawah berubah warna menjadi tua atau tampak mengkilap merahkeunguan, kemudian menjadi kuningkeabuan dan rontok. Tepi daun, cabang, dan batang berwarna merahkeunguan, batang kerdil dan tidak menghasilkan bunga dan buah, jika sudah terlanjur berbuah ukurannya kecil jelek, dan lekas matang. (Lingga, 1992).
3.    Kalium (K)
Manfaat : membantu pembentukan protein, karbohidrat, dan gula. Membantu pengangkutan gula dari daun ke buah, memperkuat jaringan tanaman serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.
Gejala tanaman yang membutuhkan pupuk ini : daun mengerut atau keriting, timbul bercak-bercak merah kecoklatan lalu kering dan mati, perkembangan akar lambat, buah tumbuh tidak sempurna, kecil, jelek, dan tidak tahan lama. (Lingga, 1992).

4.    Magnesium (Mg)
Manfaat : membantu pembentukan klorofil, asam amino, vitamin, lemak dan gula, berperan dalam transportasi fosfat dalam tanaman.
Gejala tanaman yang membutuhkan pupuk ini : dau tua mengalami klorosis, menguning dan bercak kecoklatan hingga akhirnya rontok. Pada tanaman yang menghasilkan biji akan menghasilkan biji yang lemah. (Lingga, 1992)
5.    Belerang (S)
Manfaat : membantu pembentukan asam amino, protein dan vitamin, membantu pembentukan bintil akar dan pertumbuhan tunas baru.
Gejala tanaman yang membutuhkan pupuk ini : daun muda berwarna hijau muda, mengilap, tapi agak pucat keputihan, lalu berubah menjadi kuning dan hijau, tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus. (Lingga, 1992).
6.    Besi (Fe)
Manfaat : berperan pada proses-proses fisiologis tanaman seperti proses pernapasan, pembentukan klorofil dan fotosintesis.
Gejala tanaman yang membutuhkan pupuk ini : daun muda berwarna putih pucat lalu kekuningan, dan akhirnya rontok. Tanaman perlahan-lahan mati dimulai dari pucuk. (Lingga, 1992).
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat Dan Waktu
Praktek ini dilaksanakan di lingkungan kampus II Universitas Cokroaminoto ( Green House ) Fakultas Pertanian, Palopo Jln.  Lamaranginang pada bulan April – Juni 2011.
3.2. Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih kangkung, tanah, pupuk kandang, PPC Boomflower, polybag ukuran 10 x 20 cm.
Alat-alat yang digunakan adalah mistar, alat tulis menulis, spoit, gembor dan sprayer.
3.3. Metode Percobaan
Praktek ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan yang diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 16 unit percobaan. Dengan konsentrasi PPC Boomflower yang terdiri atas :
Po     =  Kontrol (tanpa perlakuan PPC Boomflower).
P1     = Aplikasi PPC Boomflower pada interval waktu empat hari setelah tanam dengan dosis 0,5 ml/l air.
P2    = Aplikasi PPC Boomflower pada interval waktu lima hari setelah tanam dengan dosis 1,5 ml / l air.
P3     = Aplikasi PPC Boomflower pada interval waktu enam hari setelah tanam 2,5 ml / l air .
3.4. Pelaksanaan Percobaan
Pelaksanaan percobaan ini meliputi persiapan media, penanaman, pemeliharaan dan pengamatan.
Persiapan media tanam dilakukan dengan cara mencampurkan tanah, pupuk kandang, dan pasir dengan perbandingan 1 : 1, kemudian campuran tersebut dimasukkan kedalam polybag.  Selanjutnya media ini disiram air sampai jenuh dan dibiarkan selama seminggu.
Penanaman dilakukan dengan cara merendam terlebih dahulu benih kangkung selama 1 malam dan pilih benih yang tenggelam, kemudian benih ditanam pada media tanam secara merata setelah itu tutup dengan tanah.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penyiraman dan penyiangan. Penyulaman dilakukan pada benih kangkung yang tidak tumbuh atau mati, penyiraman dilakukan pada sore hari, penyiangan dilakukan terhadap gulma yang tumbuh disekitar tanaman, pemupukan dilakukan dua minggu setelah tanam dengan dosis sesuai perlakuan dengan menggunakan hand’sparayer dan dilaksanakan pada sore hari, penyemprotan dilakukan setiap minggu sampai akhir percobaan.
3.5. Parameter Pengamatan
Komponen pertumbuhan tanaman kangkung ( ipomoeae reptans  ) yang diamati adalah :
1.    Tinggi tanaman, diukur pada minggu ke-2 setelah tanam sampai berakhir pada minggu ke-5 dan pengamatan dilakukan setiap minggu
2.    Jumlah daun (helai), dihitung pada minggu ke-2 setelah tanam sampai berakhir pada minggu ke-5 dan pengamatan dilakukan setiap minggu.
BAB IV
  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tinggi Tanaman Kangkung (cm)
Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman kangkung pada akhir percobaan ditunjukkan oleh analisis sidik ragamnya disajikan pada tabel dan diagram berikut.
Annova Rata-Rata Tinggi Tanaman kangkung
SK    DB    JK    KT    F HIT    F TABEL
                    5%    1%
perlakuan    3    0.72    0.24    0.14        
ulangan    3    14.45    4.82    2.9        
galat    9    14.97    1.66             
total    15    30.14                  
KK= 10%
tn :  berpengaruh tidak nyata

Gambar 1 : Diagram rata-rata tinggi tanaman kangkung (cm)
Pada gambar 1 perlakuan pemberian pupuk pelengkap cair ( PPC ) Boomflower pada tanaman ( P2 ) memperlihatkan hasil yang lebih baik ( 12,80 cm ) dibandingkan dengan tanaman pada (P1) yang memiliki tinggi paling rendah (12,26).
Jumlah Daun
Hasil pengamatan rata-rata jumlah daun tanaman kangkung pada akhir pengamatan dapat ditunjukkan oleh analisis sidik ragamnya disajikan pada tabel dan diagram berikut.
Tabel 2.  Annova rata-rata jumlah daun tanaman kangkung
SK    DB    JK    KT    F HIT    F TABEL
                    5%    1%
perlakuan    3    6.89    2.30    0.84        
ulangan    3    22.80    7.60    2.77        
galat    9    24.67    2.74             
total    15    54.36                  
KK = 17%
tn : berpengaruh tidak nyata

Gambar 2 : Diagram rata-rata jumlah daun tanaman kangkung

Pada gambar 2 perlakuan pemberian pupuk pelengkap cair Boomflower pada tanaman ( P3 ) memperlihatkan hasil dan jumlah daun yang lebih baik ( 10,44 cm ) dibandingkan dengan tanaman pada (P2) yang memiliki tinggi paling rendah (8,63).
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan di green house milik Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo, maka pembahasannya adalah :
Tinggi Tanaman (cm)
Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman pada tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan yang dicobakan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kangkung tersebut.  Kita lihat dari 4 perlakuan tinggi tanamannya rata-rata hampir sama, tapi pada tabel lampiran 1 rata – rata tinggi tanaman perlakuan untuk P2 dapat menunjukkan atau menghasilkan pertumbuhan yang baik dibandingkan dengan perlakuan lain.  Berarti pemberian pupuk pelengkap cair Boomflower dengan dosis 1,5 ml/l air pada P2 memperlihatkan hasil tinggi tanaman yang lebih bagus yaitu 12,80 cm dibandingkan P1 (12,26 cm) dengan dosis PPC Boomflower sebanyak 0,5 ml/l air . Hal ini disebabkan karena dosis PPC Boomflower yang diberikan terhadap tanaman kangkung sesuai yang dibutuhkan. Dimana fase bertambahnya tinggi tanaman merupakan fase vegetativ, dimana unsur hara makro dan mikro dibutuhkan oleh tanaman seperti halnya Nitrogen (N) yang berfungsi memacu pertumbuhan vegetativ diantaranya menambah tinggi tanaman.
Jumlah Daun (helai)
Hasil pengamatan rata-rata jumlah daun tanaman pada tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan yang dicobakan berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun pada tanaman kangkung tersebut.  Kita lihat dari 4 perlakuan jumlah daun pada tanaman kangkung rata-rata hampir sama, tapi pada tabel lampiran 2 rata – rata jumlah daun tanaman kangkung pada perlakuan untuk P3 dapat menunjukkan atau menghasilkan perkembangan daun yang baik dibandingkan dengan perlakuan lain.  Berarti pemberian pupuk pelengkap cair Boomflower dengan dosis 2,5 ml/l air pada P3 memperlihatkan hasil pertumbuhan jumlah daun pada tanaman kangkung lebih baik yaitu (10,44 helai) dibandingkan dengan pemberian dosis 1,5 ml/l air PPC Boomflower pada P2 (8,3 helai). Hal ini juga disebabkan karena dosis PPC Boomflower yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman, karena jika tanaman kelebihan atau kekurangan unsur yang dibutuhkan akan membuat pertumbuhan organ tanaman. Kandungan unsur Nitrogen, Fosfor, Kalium dan Besi yang terdapat pada pupuk pelengkap cair Boomflower dapat membantu terbentuknya daun dan klorofil pada daun.
BAB V
 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dengan pemakaian pupuk pelengkap cair Boomflower menunjukkan bahwa tinggi, dan jumlah daun pada tanaman kangkung menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda, hal ini disebabkan karena pemberian pupuk pelengkap cair Boomflower diberikan dengan konsentrasi dosis yang berbeda pada tiap-tiap perlakuan.
5.2. Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan ini didampingi oleh dosen yang bersangkutan agar mahasiswa dapat bekerja lebih serius dan maksimal. 
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995.  Budidaya Tanaman Kangkung.  http://www.google.com
Ariyanti, B., “Peran Agen Kangkung di Simalungun” , Info Agribisnis Trubus, No. 30, hal. 22-23, Juni 1990.

Bambang, P., “Peluang Usaha Menanam Kangkung” , Info Agribisnis Trubus, No. 5, hal. 2-6, Mei 1988.

Tidak ada komentar: